1.
Pengertian dan Penjelasan
Transmission Line
merupakan “Perangkat
atau media yang dirancang untuk menyalurkan energi
listrik dari satu titik ke titik lain. Khusus dalam bidang telekomunikasi,
digunakan untuk transfer energi RF
signal output dari pemancar ke antena.”
“Media
yang menghubungkan antara pengirim dan
penerima informasi (data), karena jarak yang jauh, maka terlebih
dahulu data diubah menjadi kode/isyarat tertentu, dan kode/isyarat tertentu
inilah yang kemudian akan dimanipulasi sedemikian rupa untuk diubah kembali
menjadi sebuah informasi (data).”
·
Fungsi Transmission Line :
“Untuk mengirim energi dan sinyal listrik dari satu tempat ke tempat lainnya (dari titik sumber/generator ke titik beban).”
“Untuk mengirim energi dan sinyal listrik dari satu tempat ke tempat lainnya (dari titik sumber/generator ke titik beban).”
·
Karakteristik Transmission Line :
Karakteristik ini bergantung pada :
1. Jenis perangkat elektronika
2. Data yang digunakan oleh perangkat elektronika
3. Tingkat keefektifan dalam pengiriman data
4. Ukuran data yang dikirimkan
Karakteristik ini bergantung pada :
1. Jenis perangkat elektronika
2. Data yang digunakan oleh perangkat elektronika
3. Tingkat keefektifan dalam pengiriman data
4. Ukuran data yang dikirimkan
2.
Pengertian dan Satuan - satuan
Unit
a. Impedansi
Impedansi
adalah perbandingan fasor tegangan V dan fasor arus I pada suatu
elemen kutub dua dengan adanya sinyal masukan gelombang sinusoida.
![]() |
Z =
Impedansi (ohm)
V =
Tegangan (volt)
I =
Arus (Ampere)


Pada sebuah rangkaian RLC
dengan sumber tegangan sinusoidal, besarnya impedansi total pada rangkaian tersebut
adalah perbandingan antara V total terhadap I total.
Impedansi juga bisa didefinisikan sebagai
besarnya pembebanan atau hambatan suatu komponen pada arus bolak-balik.
Impedansi memiliki satuan Ohm. Hambatan pada resistor (R) dinamakan resitansi,
hambatan pada kapasitor (XC) dinamakan reaktansi kapasitif, dan
hambatan pada induktor (XL) dinamakan reaktansi induktif.
Rumus untuk impedance

Z =
Impedansi
R =
Resistansi
XL =
Reaktansi induktif
XC =
Reaktansi kapasitif

Gambar diagram fasor impedansi

X = Reaktansi pada arus bolak-balik (ohm)
R = Resistansi pada arus bolak-balik (ohm)
Z = Impedansi (ohm)
θ = Sudut beda phase antara tegangan dan arus
bolak-balik
b. Reaktansi Induktif
Reaktansi
induktif adalah perlawanan terhadap aliran arus dalam sebuah sirkuit induktif. Hal
ini menyebabkan arus dalam sebuah rangkaian tertinggal oleh tegangan
yang diberikan. Hal ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
![]() |
Contoh
rangkaian Induktif dan resistif
![]() |
Dalam suatu rangkaian
yang berhubungan dengan frekuensi harga tahanan dari sebuah induktor akan
berubah, perubahan ini disebut dengan reaktansi induktif.Reaktansi induktif
adalah besarnya hambatan yang dilakukan terhadap arus bolak-balik (AC).
Reaktansi induktif diberi simbol (XL) sedangkan besarnya diukur
dalam satuan Ohm ( Ω). Hubungan antara
reaktansi induktif dan perubahan induktansi terhadap perubahan frekuensi
adalah:
1. bila frekuensi tetap, sedangkan induktansi bertambah maka
XL akan naik.
2. bila frekuensi tetap, sedangkan induktansi menurun maka XL
akan turun.
3. bila induktansi tetap
tetapi frekuensi naik maka XL akan naik.
4. bila induktansi tetap
tetapi frekuensi turun maka XL akan turun.
Reaktansi
induktif berbanding lurus terhadap frekuensi, jika frekuensi meningkat maka
reaktansi induktif juga akan meningkat atau membesar dan begitu juga
sebaliknya.
c. Reaktansi Kapasitif
Reaktansi kapasitif adalah
perlawanan terhadap aliran arus dalam sirkuit kapasitif. Ini akan menyebabkan
arus dalam rangkaian mendahului tegangan. Hal ini dapat dihitung dengan :
![]() |

Contoh Rangkaian Resistif, Induktif dan kapasitif
![]() |
Reaktansi kapasitif berbanding terbalik terhadap frekuensi, jika frekuensi
meningkat maka reaktansi kapasitif akan menurun dan begitu juga sebaliknya. Karakteristik
disipasi daya kapasitor pada rangkaian AC sama seperti pada karakteristik daya
induktor yaitu sama dengan ‘0’ (Nol), karena daya yang diserap dan disalurkan
oleh kapasitor sama besar dan ini hanya berlaku untuk kapasitor ideal.
d. Impedansi karakteristik
Impedansi
karakteristik merupakan impedansi yang berada pada saluran transmisi.
Terbentuk oleh adanya resistansi, reaktansi kapasitif dan reaktansi induktif
pada sebuah saluran transmisi.
Misalnya
terdapat sebuah saluran transmisi yang sangat panjang (infinite length). Pada
titik input diberi sinyal, dan sinyal tidak pernah mencapai output, maka
impedansi yang terukur pada input saluran tersebut adalah impedansi
karakteristik, yang dinyatakan dalam satuan ohm dan dinotasikan sebagai Zo, Sedangkan
untuk kondisi yang nyata, impedansi karakteristik diukur pada saluran transmisi
yang panjangnya tertentu dengan ujung outputnya dipasang sebuah beban yang
impedansinya sama dengan impedansi karakteristik saluran yang diukur tersebut
Transfer
energi listrik maksimum (dan paling efisien) terjadi ketika impedansi sumber
sama dengan impedansi beban.
Jika karakteristik impedansi
dari suatu transmission line dan impedansi pada beban adalah sama, maka energi
dari pemancar akan mengalir melalui transmission line menuju ke antenna tanpa
adanya losses yang disebabkan oleh reflection. Setiap transmission line
pasti memiliki CHARACTERISTIC IMPEDANCE, biasanya bersimbol Z0. Z0
adalah perbandingan antara E terhadap I pada tiap titik di sepanjang
transmission line.
Karakteristik impedan
menentukan jumlah jumlah arus yang dapat mengalir di sepanjang transmission
line ketika dihubungkan pada sebuah sumber tegangan. Karakteristik
impedan dapat dibandingkan dengan resistan pada rangkaian DC yang menentukan
besarnya arus yang dapat mengalir.

Characteristic Impedance and the Infinite Line

Impedansi
yang ada pada input transmission line adalah bukan hanya resistansi yang ada
pada kabel yang terhubung seri dangan impedansi beban.
Dampak dari hubungan seri
induktor dan shunt capasitor pada kabel itu sendiri dapat meng”overshadow”
resistansi, dan bahkan beban.
Untuk menentukan input
impedansi dari transmission line, tentukan dahulu impedansi dari suatu bagian/potongan
transmission line.
Impedansi antara titik K dan
L pada gambar B, dapat dihitung dengan menggunakan rumus impedansi seri dan
paralel.
Hasilnya akan menjadi nilai
impedansi yang melewati titik M dan N. Namun ingat bahwa ini hanya satu bagian
kecil dari suatu transmission line, ada bagian lain yang identik dan terhubung
dengan titik M dan N.
Impedansi yang melewati
titik K dan L pada dua bagian dapat dihitung, menghasilkan impedansi untuk
potongan/bagian ketiga.
Proses
ini (penjumlahan impedansi dari satu bagian dengan bagian lainnya) dapat
berulang terus menerus.
Penambahan masing-masing
bagian menghasilkan impedansi yang melalui titik K dan L berubah menjadi nilai
yang lebih rendah.
Dan setelah sekian banyak
bagian telah ditambahkan/dijumlahkan, maka akan semakin berkurang dampaknya
terhadap impedansi yang melalui titik K dan L.
e. Impedansi
di Kawasan Fasor
Impedansi suatu elemen rangkaian di kawasan
fasor adalah perbandingan antara fasor tegangan dan fasor arus elemen tersebut

![]() |

Rumus untuk Impedansi Secara Umum
![]() |
|||
![]() |
Rumus Impedansi
Karakteristik :
·
Paralel Wire

·
Coaxial Cable


D = diameter bahan
dielektrik
d = diameter konduktor
f.
Admitansi
adalah
kebalikan dari impedansi, yang merupakan nilai yang menunjukkan seberapa mudah
suatu rangkaian AC mengalirkan arus listrik. Satuan Internasional untuk
admitansi adalah Siemens (S) atau mho (Ʊ).
Dengan rumus :


Perlu diperhatikan, bahwa bagian riil admitansi tidak
sama dengan kebalikan dari bagian riil impedansi. Bagian imajiner admitansi pun
juga tidak sama dengan kebalikan bagian imajiner impedansi.
g. Voltage Standing Wave Ratio
Ketika suatu
saluran transmisi diakhiri dengan impedansi yang tidak sesuai dengan
karakteristik saluran transmisi, maka tidak semua daya diserap di ujung.
Sebagian daya direfleksikan kembali ke saluran transmisi. Sinyal yang masuk
bercampur dengan sinyal yang dipantulkan yang menyebabkan suatu gelombang tegak
tegangan mempola di saluran transmisi. Perbandingan tegangan maksimum terhadap
tegangan minimum disebut Voltage Standing Wave Ratio (VSWR).

Kondisi yang paling
baik adalah ketika VSWR bernilai 1 (S=1) yang berarti tidak ada refleksi ketika
saluran dalam keadaan matching sempurna. Namun kondisi ini pada
praktiknya sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu nilai standar VSWR yang
diijinkan untuk pembuatan saluran transmisi dan antena adalah VSWR ≤ 2.
Praktiknya suatu VSWR 1.2 : 1 adalah yang terbaik. Pada VSWR 2.0, kira-kira 10%
dari daya dipantulkan kembali ke sumber. Tingginya VSWR tidak hanya berarti
daya terbuang, tetapi juga daya yang dipantulkan akan menyebabkan kabel panas


Atau
V fwd = forward
voltage (tegangan maju ke beban/ antena)
V
refl = reflected voltage (tegangan
mundur dari beban/ antena)
h. Koefisien Refleksi
Koefisien Refleksi
(Γ) adalah perbandingan antara
tegangan yang direfleksikan dari beban terhadap tegangan yang dikirimkan ke
beban yang disebabkan adanya diskontinuitas dalam suatu saluran transmisi.
Koefien refleksi disimbolkan Γ.
Rumus untuk Koefisien Refleksi

V fwd = forward voltage
V
refl = reflected voltage

VSWR berhubungan dengan koefisien refleksi. Dimana
besarnya VSWR dapat dihitung sesuai persamaan berikut :

i.
Return
Loss
Return Loss (RL) adalah hilangnya
kekuatan sinyal akibat refleksi yang disebabkan pada diskontinuitas dalam jalur transmisi. Return loss juga dapat dinyatakan sebagai rasio (dalam
dB) relatif daya sinyal terkirim terhadap daya sinyal refleksi
Rumus untuk Return Loss
![]() |
Pi
= incident power atau daya
yang terkirim (Watt)
Pr = reflected
power atau daya yang terefleksi (Watt)
Besarnya
Return loss juga dapat diketahui dengan persamaan :
![]() |
3.
Jenis – Jenis Losses
Losses merupakan
kerugian – kerugian yang muncul dalam transmission line karena faktor dari
bahan penyusun transmission tersebut, atau faktor yang lainnya.
Jenis – jenis losses ialah :
a. Copper Losses
Yakni losses yang
terjadi akibat adanya dispasi daya berupa panas pada tembaga (copper) yang
dapat merugikan sehingga proses transmisi data tidak dapat berjalan dengan 100%
Proses : ketika
arus mengalir melalui konduktor yang terbuat dari tembaga sebagian energi akan
berubah menjadi panas akibat conduktivity tembaga tidak 100 %
b. Dielectric Losses
Yakni losses yang
terjadi akibat adanya dispasi berupa panas yang ditimbulkan oleh bahan dielectric
antara 2 konduktor
Proses :
panas yang diakibatkan oleh konduktor akan disalurkan ke media disekitar
konduktor. Pada saat terjadi beda potensial, arah orbit elektron bahan
dielectric akan berubah akibat panas
sehingga mempengaruhi aliran elektron antar konduktor.
c. Radiation and Induction Losses
Yakni losses yang
terjadi diakibatkan daya yang teradiasi keluar konduktor dan tidak menuju ke
antenna
Proses :
terjadi ketika medan elektromagnetik disekitar konduktor “menabrak” benda /
objek logam disekitarnya sehingga arus terinduksi ke benda tersebut
makasih bang ilmunya
BalasHapusthanks bang sangat membantu
BalasHapus