RADAR
EQUATION
Banyak persamaan digunakan untuk menyelesaikan
masalah perhitungan-perhitungan dalam
radar. Berikut persamaan-persamaan sederhana yang digunakan dalam
perhitungan-perhitungan radar.
A. DUTY CYCLE
Duty cycle
adalah perbandingan antara waktu pancar dan waktu penerimaan sinyal pantul
gelombang radar.
Rumus


PRP T
Keterangan:
τ
= selang waktu pemancar (TX) pada
waktu memancar (on)
PRP (T) = Pulse Repetition Periode, yaitu selang waktu antara satu
pulsa dengan pulsa
berikutnya. Sering juga disebut Pulse Repetition Time (PRT)
Saat ini juga berlaku hukum bahwa PRF berbanding terbalik dengan PRT.
Sehingga didapatkan rumus sebagai beriktu:



PRF PRF T
Dimana PRF ( Pulse Repetition Frequensy
) adalah banyaknya perulangan siklus (pulsa ) yang terjadi dalam satu detik.
B. PULSA SYNCRO
RADAR ( Radio Detection and Ranging ) merupakan suatu sistem yang
memanfaatkan gelombang elektromagnetik untuk mendeteksi suatu target, dimana
dalam proses operasi dari sistem diawali dengan memancarkan gelombang
elektromagnetik ke udara bebas. Bilamana dalam perambatannya energi gelombang
tersebut mengenai suatu obyek, akan dipantulkan kembali (Echo), dan sebagian
dari energi pantulan akan ditangkap oleh sistem antena, dan selanjutnya
diproses oleh penerima radar (RX).
Dijelaskan pula bahwa antena yang
digunakan pada sistem radar menggunakan satu antena, baik untuk TX maupun RX.
Waktu antara t0-t1 merupakan waktu yang diperlukan TX
untuk memancarkan energi, dalam hal ini pulsa yang dipancarkan disebut pulsa syncro ( S0 ). Kemudian pada
saat t1 antena berpindah ke RX, sehingga waktu terima RX dari
pantulan (echo) dari suatu target adalah t1-t2.
Selanjutnya proses berulang kembali dari t0.
Lebar pulsa (t0-t1)
berkisar antara 0,8-1 µs. Selang waktu antara t0-t2
disebut sebagai waktu pengulangan pulsa (PRT), sekaligus sebagai penentu jarak
maksimum yang dapat dijangkau untuk dapat ditampilkan pada layar penampil
(radar display) dari sistem radar. Dengan demikian dapat diambil pengertian
bahwa PRT dapat dihitung (ditentukan) berdasarkan jarak maksimum dari jangkauan
radar.
C. SIGNAL NORTH dan SIGNAL INCREAMENT
Menentukan posisi pesawat terbang dengan
proses radar primer maupun radar sekunder diperlukan suatu patokan sebagai
pembanding dalam menghitung waktu penerimaan signal radar untuk mendapatkan
jarak (range). Pada umumnya radar telah dilengkapi alat khusus utuk keperluan
tersebut, yang disebut ENCODER dan SELSYN.
Encoder
tersebut dibentuk dari sebuah piringan yang berlubang transparan kecil-kecil
sejumlah 4096 lubang yang digunakan untuk menghasilkan signal increament.
Signal increament ini disebut juga dengan signal Azimuth Change Pulse ( ACP ). Disamping itu terdapat satu lubang
kecil untuk menghasilkan signal north. Signal north ini disebut pula sebagi North
Reference Pulse ( NRP ).
Dalam
perhitungan radar, jumlah pulsa yang ditangkap oleh beam width antena sangat
menentukan ketepatan perhitungan.
Antena radar memiliki dimensi tertentu,
sehingga bentuk pancaran dari antena akan memiliki cakupan tertentu pula.
Dengan cakupan antena radar yang tertentu tersebut, menyebabkan setiap target
dapat menghasilkan beberapa signal echo pada setiap putaran antena. Variabel
ini pada sistem radar disebut Hit/Scan atau Hit/Target.
Dengan memperhitungkan cakupan antena,
kecepatan rotasi dan periode pengulangan pulsa (PRT), dapat ditentukan jumlah
echo yang datang dari sebuah target pada setiap rotasi antena sesuai dengan
rumus :

θS

6
m

Dimana : nB = jumlah echo per rotasi
θB = lebar pancaran atau beam width dalam derajat
fp = frekkuensi pulsa radar PRF ( Hz )
θS = antena scaning rate dalam derajat per detik

D. SIGANAL MINIMUM YANG DAPAT
DIDETEKSI
Signal minimum yang dapat dideteksi oleh
penerima radar ( Rx ) disebut Minimum Detectable Signal ( Smin ). Spesifikasi dari Smin sangat sulit ditentukan. Hanya
saja, penentuan Smin biasanya didasarkan pada Threshold Level pada output Rx.
Dengan didapatnya nilai Smin ,
maka dapat dihitung maksimum radar range sebesar :
Rmax = 

Dimana : Pt = daya yang dipancarkan dalam watt
G = faktor
penguatan antena ( gain )
Ae = permukaan
efektif dari antena ( m2 )
E . DERAU
(NOISE) PADA PENERIMA
Derau (noise) pada sebuah penerima
tidak dapat di hilangkan sama sekali.Salah satu noise yang akan muncul adalah
THERMAL NOISE atau JOHNSON NOISE.Thermal noise akan semangkin besar seiring
dengan kenaikan temperatur alat.Daya pada thermal noise yang mungkin timbul, di
hitung berdasarkan formula.
Pn =
k T Bn
Dimana : Pn = Daya noise
K = Konstan Boizmann 1,38x 10 23j/derajat
T
= Temperatur 2900K
Bn= Banwidht dalam Hz
I.
RADAR CROSS SECTION DARI TARGET
II.
CW DAN FM RADAR
A.Efek Doppler
Seperti telah diketahui bahwa radar penerbangan sipil melakukan deteksi terhadap pesawat dengan mengirim energi
elektromagnetik dalam waktu singkat (±1µs). Setelah itu perangkat perangkat penerima siap menerima energi pantulan dalam waktu yang cukup lama di bandingkan dengan waktu
pancar (±1,3µs).
Energi pantulan ini tidak hanya menunjukkan adanya target, tetapi juga
dengan adanya selang waktu pancar dan penerimaan, akan dapat menunjukkan jarak
stasiun radar dengan target.
Adanya pergerakan dari pesawat udara yang di deteksi dan kecepatan sinyal pancar akan menimbulkan efek perubahan
frekuensi yang dipantulkannya. Efek ini disebut Efek Doppler. Telah diketahui pula bahwa salah satu antara sumber frekuensi atau
pengamat (observer) bergerak dan yang lain diam,
maka akan terjadi perubahan frekuensi yang diterima oleh observer tersebut.
Perubahan frekuensi yang di timbulkan inilah yang dinamakan frekuensi
doppler. Dan ini dipakai dalam dasar teknik radar
terutama dalam continuous wave radar (CW Radar).
Bila jarak antara stasiun radar dan target adalah R, panjang gelombang
adalah λ, maka total panjang gelombang merupakan perjalanan bolak balik radar ke objek dan
objek kembali lagi ke radar. Maka rumus untuk mencari frekuensinya adalah 2R dibagi λ. Selama 1λ sama dengan 2π rad, maka θ (total angular) yang terbentuk antara radar dan zan adalah sebesar 4π R
per λ rad.
Sehingga kecepatan angular frekuensi dopplernya;

Dimana
frekuensi dopplernya;

Keterangan
:
fo = kecepatan
pancar (Hz)
c = kecepatan
propagasi di udara 3 x 108 m/s
fd
=
frekuensi doppler (Hz)
λ = panjang gelombang (meter)
Vr
= V cos θ (knots)
V = kecepatan gerak sasaran (meter)
θ = sudut yang dibuat oleh lintasan sasaran dan
garis dari stasiun radar ke
sasaran
(derajat). bila θ = 00, maka fd adalah maksimum. bila θ = 900,
maka fd
adalah nol
ωd = kecepatan
angular frekuensi doppler (rad)
B. Jenis radar
Terdapat beberapa jenis radar,
seperti: Continuous Wave (CW) Radar, Frekuensi Modulated Continuous Wave (FM-CW)
Radar, dan Airborn Doppler Navigation Radar.
1.Continuous Wave (CW) Radar
Radar dapat memancarkan gelombang energi yang besar secara terus menerus
dan tidak berupa semburan energi yang sesaat. Hal ini seperti yang dipakai pada
radar penerbangan sipil. Radar yang memancarkan energi yang besar secara terus
menerus ini disebut Continuous Wave Radar, selanjutnya disebut CW Radar.
Diagram blok dari CW Radar diperlihatkan oleh gambar 7.

Gambar 7. Blok diagram CW Radar
Frekuensi pancar Fo yang dipancarkan
oleh antena akan mengenai sasaran dimaksud, dan sasaran akan memantulkan
frekuensi pancar tadi, dengan besar energi pantul yang jauh lebih lemah dari
energi pancar.
Bila sasaran tersebut bergerak dengan kecepatan Vr rad, terhadap stasiun
radar, maka frekuensi pantulan yang diterima oleh antena radar akan mengalami
pergeseran frekuensi yang di sebabkan oleh Efek Doppler. Besarnya frekuensi
yang di terima adalah Fo±Fd. Tanda(+) menunjukan bahwa sasaran mendekati
stasiun radar, tanda(-) menunjukkan sebaliknya.
Sinyal selanjutnya masuk
ke perangkat penerima, dengan proses deteksi dan mixer akan menghasilkan sinyal
Fd saja yang diteruskan ke penguat
frekuensi.
Di sini sinyal Fd
dipisahkan dari derau yang tidak diinginkan dan sinyal yang di kehendaki
diperkuat. Selanjutnya sinyal melalui proses lebih lanjut akan masuk ke display
indicator (layar peraga). Indikator sendiri harus dipasangkan dengan earphone
atau sebuah frekuensi meter.
Namun dengan hanya menggunakan
1 antenna saja seperti pada gambar 7 diatas, maka pasti akan terjadi kebocoran
frekuensi pancar ketika transmiter memancar. Mungkin dengan membuat sekat (
isolator) pada perangkat penerima,masalah ini dapat diatasi. Dengan menggunakan
hybrid junction, circulator, atau pemisahan polarisasi pancaran. Namun sangat
tidak mungkin bila kebocoran frekuensi pancar dapat diatasi dengan sepenuhnya.
Karena antena tidak akan pernah bisa
tepat (matched) terhadap udara bebas (free space). Hal ini akan menimbulkan
Reflected Power yang akan masuk ke perangkat penerima dan dapat menimbulkan
kerusakan. Dengan alasan tersebut, digunakanlah 2 antenna. Satu antenna
berfungsi sebagai pemancar dan yang lainnya sebagai penerima sinyal pantul. Hal
ini kemudian diadopsi pada CW- Radar tipe AN/MPQ-46 CW (gambar 8), yang
digunakan oleh militer untuk memantau peluru kendali. Dengan harapan perangkat
penerima radar tidak terkena pengaruh dari sinyal pancar. Pada CW- Radar tipe
AN/MPQ-46 CW antenna penerimanya berada disebelah kanan. Dan tampak seperti
digambar, kedua antenna mempunyai terowongan
sebagai pelindung.
Frekuensi yang dipakai
termasuk dalam kategori C-band,yaitu berkisar antara 4,00 GHz – 8,00 GHz. Radar
ini tidak memiliki kecakapan untuk menentukan jarak sasaran terhadap stasiun
radar, karena CW Radar tidak termodulasi sehingga bandwidth-nya sangat sempit
dan tidak cukup menerima hits/scan. Radar ini hanya menunjukan kecepatan
target.

Gambar 8. AN/MPQ-46 CW Radar
Berikut adalah contoh perhitungan frekuensi doppler dari radar CW-Doppler.
Pertanyaan : Pancaran dengan frekuensi 5 GHz, sasaran bergerak dengan
kecepatan radial
100
km/jam. Berapa frekuensi doppler yang diterima oleh penerima?
Penyelesaian ;
c 3 X
108
λ = –– = –––––– = 0,06 m = 6 cm
f 5 X 109
100 X 103
Vr = –––––––– = 27,8 m/s
60 X 60
2 Vr 2 X 27,8
Fd = ––––– = –––––––– = 927 Hz
λ 0,06
2.Frequency Modulation Continuous
Wave (FM-CW Radar)
CW Radar masih dianggap
kurang mampu untuk perhitungan jarak yang tepat, dan harus memiliki suatu
patokan waktu (timing mark) untuk keperluan tersebut, juga band width pancaran
terlalu sempit(max 10).
Diperlukan suatu cara
untuk mengatasinya yaitu dengan menggunakan sistem modulasi, apakah modulasi
itu secara amplitude modulasi, frekuensi modulasi, atau phase modulasi. Pada CW
Radar cara yang paling umum di pakai untuk mendapatkan bandwidth yang lebih
lebar adalah dengan frekuensi modulasi. Dan sebagai patokan waktu digunakan
perubahan frekuensi tersebut. Lebih besar waktu deviasi frekuensi yang di
pancarkan, akan lebih tepat dalam pengukuran interval waktu pancar dan
penerimaan.
Dengan lebar band width sesuai yang dikehendaki,
akan di dapat informasi untuk perhitungan jarak. Umumnya banyak digunakan
sebagai altimeter radar. Altimeter
radar adalah
alat untuk mengukur ketinggian pesawat
dari permukaan laut.
Gambar 9, menunjukan gambaar
diagram blok dari FM-CW Radar yang menggunakan frekuensi saw tooth sebagai
modulasi frekuensi dan berfungsi sebagai altimeter radar yang ada di pesawat
udara.Cara kerjanya dapat di gambarkan sebagai berikut:
Apabila suatu sasaran yang tidak
bergerak terkena pancaran FM-CW Radar ini, maka sinyal pantulan yang di terima
oleh antena penerima akan menunjukan perbedaan frekuensi yang sebanding dengan
tinggi pesawat. Ini terjadi karena sinyal yang kini di terima kenyataannya
telah di pancarkan sebelumnya,dan saat di terima oleh mixer telah terjadi
perbedaan frekuensi.

Gambar 9. Blok diagram FM – CW Radar
Jika jumlah perbedaan frekuensi terhadap waktu diketahui, maka perbedaan
waktu pancar dan penerimaan pantulan dapat diketahui pula serta dapat di pakai
dasar untuk menghitung ketinggian pesawat. Oleh karena itu keluaran dari mixer
dapat diperkuat kemudian di masukkan ke perhitungan frekuensi, Selanjutnya ke
indikator yang telah di kalibrasi dengan besaran feet.
Oleh adanya efek doppler, akan
terdapat frekuensi doppler yang tertumpang pada sinyal pantul yang di tandai
dengan perubahan beat frekuensi. Akan tetapi ini tidak banyak mempengaruhi
perbedaan frekuensi yang terjadi.
Pengaruhnya akan terdapat frekuensi
doppler yang bergabung (superimposed) pada beat frekuensi yang selanjutnya
digunakan untuk menentukan jarak. Keadaan superimposed ini dapat diperlihatkan dengan gambar 11a dan
11b.
Adanya frekuensi doppler ini menyebabkan
frekuensi pantul akan bergerak naik atau turun (gambar 11a) dari FM cycle. Pada satu bagian dari FM cycle, beat
frekuensi akan naik dan satu bagian lagi akan turun.
Fb (up) =fr –fd
Fb (down) =fr + fd
Sinyal pancar dan sinyal pantul. Sehingga
ketinggian pesawat masih dapat terhitung dengan tepat. Beat frekuensi yang
didapat selanjutnya digunakan untuk menghitung kecepatan pesawat.
Secara grafik dapat dilihat terjadi beat frekuensi
ini seperti gambar 10.
a. Frekuensi modulasi linier
Frekuensi pantulan ditunjukkan oleh garis
putus-putus. Bila sumber sinyal pantul berjarak R,sinyal pantul diterima
setelah :
T= 2R
−−
C
Jika sinyal pantul dicampur dengan sinyal
pancar fo, maka akan terdapat beat frekuensi fb, seandainya sinyal pantul itu
berasal dari sebuah sasaran yang tidak bergerak, tidak akan terjadi efek
doppler, karena tidak terdapat radial velocity (kecepatan pesawat mendekati
atau menjauhi pemancar radar). Dalam hal ini fb = fr dimana fr menunjukan
besaran frekuensi yang berhubungan dengan jarak sasaran.
b. Modulasi FM-CW Radar
Modulasi
ini tidak hanya dimodulasikan arah linier saja tetapi juga ke arah linier ke
bawah, bila modulasinya adalah saw tooth.
c. Beat frekuensi
Beat frekuensi yang terjadi sehubungan dengan gambar
10. Pada gambar ini dinyatakan bahwa sasaran itu tidak bergerak. Tetapi bila
bergerak, akan memiliki kecepatan (radial velocity) yang memberikan efek
doppler.

Gambar 10
.Hubungan frekuensi dan waktu pada FM-CW Radar.
Garis tebal merupakan sinyal yang dipancarkan; garis putus-putus merupakan
sinyal pantulan.
(a) frekuensi modulasi linier
(b) modulasi FM-CW Radar
sinyal sawtooth
(c) beat frekuensi (Fb)

Gambar 11(a); hubungan
sinyal pancar dan pantul yang dipengaruhi efek doppler
Gambar 11(b); beat frekuensi
Sebagai contoh pesawat mendekati stasiun
radar, fb (up) terjadi selama kemiringan sinyal naik (gambar 11a) dari FM
cycle,dan ini menunjukan perbedaan tehadap range frekuensi (fr), karena adanya
fd. Demikian juga pada kondisi sebaliknya fb (down). Dari fb (up) dan fb (down)
akan didapat fr sebesar 0,5 [fb(up)+ fb(down)]. Nilai selanjutnya menunjukan
jarak sasaran terhadap stasiun radar.
3. Airborne Doppler
Navigation Radar
Pesawat udara disamping menggunakan
peralatan navigasi udara yang ada di bandar udara seperti DVOR, DME, ILS, NDB
dan RADAR, juga menggunakan peralatan yang disebut Airborne Doppler Navigation
Radar, yang menggunakan prinsip CW Doppler radar atau FM-CW RADAR.

Peralatan ini terpasang pada pesawat udara
dan dapat digunakan setiap saat ketika pesawat itu terbang dalam segala cuaca.
Kegunaan peralatan ini adalah dapat memberikan informasi simpangan sudut dan
kecepatan pesawat relatif terhadap bumi (ground speed).
Simpangan sudut adalah sudut yang
terbentuk dari garis horizontal sumbu pesawat (heading) dan komponen horizontal
vector kecepatan pesawat.

Fo
Fd = 2 ( − ) V cos γ
c
dimana :
fo = frekuensi pembawa
V = kecepatan pesawat
c = kecepatan propagasi di
udara
γ = diatur sekitar 650
sampai 700
umumnya diperlukan empat buah antenna beam untuk
memantau vector kecepatan ground speed, dan arah pergerakan pesawat. Pancaran
beam antenna (seperti gambar 12b).
Yang dipancarkan dari pesawat dua beam
kearah depan dan dua beam lagi kearah belakang, mengarah ke tanah. Penempatan
antenna simetris dengan sumbu pesawat (front and aft of aircraft).
Bila terjadi arah pesawat tidak sesuai
dengan depan (heading) pesawat, atau arah dan posisi pesawat miring, efek
doppler frekuensi yang diterima oleh dua beam antenna depan tidak akan
sama.
Perbedaan frekuensi yang diterima ini akan
digunakan menggerakkan servo motor untuk mengatur antena agar tetap seperti
posisi semula dan ditunjukan simpangan sudut(drift angle) yang terjadi,serta
besar amplitude perbedaan frekuensi yang di dapat menunjukkan kecepatan
pesawat(ground speed) setelah melalui proses komputerisasi. Dari peralatan ini
di hasilkan kelengkapan informasi navigasi yang di butuhkan oleh
penerbang,terutama mengenai kecepatan pesawat dan simpangan sudut.
MTI (Moving Target Indicator )
Merupakan
asr (air surveilance radar )
berkualitas tinggi yang beroperasi pada presence clutter.
Fungsi mti adalah untuk menghilangkan atau
mengurangi clutter yang dihasilkan dari sasaran yang diam
konsep dari mti adalah radar dapat
memisahkan antara target yang diam dengan target yang bergerak
Prinsip Kerja MTI
serangkaian pulsa mengenai target yang
diam atau target yang bergerak
perbedaan phase pulsa yang pertama, kedua,
ketiga, dan pulsa ke-n
phase pulsa pertama dikurangi phase pulsa
kedua, dan seterusnya
apabila tidak terjadi perbedaan phase,
maka target tersebut diam. sedangkan terjadi perbedaan phase, maka target
bergerak.
Contoh dari sebuah MTI Radar Processor
MTI dikembangkan oleh mit lincoln
laboratory untuk asr (airport surveilance radar) FAA
spesifikasinya adalah
- beroperasi pada band s (2,7-2,9 ghz)
- lebar pulsa kurang dari 1 mikro second
- beamwidth 1,4 derajat azimuth
- rotasi radar rata-rata 12,5 s/d 15 rpm
- daya average 400 watt s/d 600 watt
3 FAKTOR TERBATASNYA PERFORMANE DARI MTI
- tidak stabilnya peralatan
- fluktuasi internal dari clutter
- antena scanning modulation
NONCHORENT MTI
merupakan MTI radar yang mana menggunakan
amplitudo dari fluktuasi radar
noncoherent MTI tidak memerlukan sebuah
phase detector seperti pada coherent mti
Pulse Doppler Radar
menggunakan efek doppler
jenis pulse doppler ini digunakan pada mti
radar
Other Type of MTI
2 frekuensi MTI
area MTI
Sistem Radar Tracking
Sistem radar tracking dimaksudkan
untuk memperoleh pengukuran azimuth (koordinat), dan jarak dari lintasan dengan
akurat. Termasuk disini seluruh informasi dari target tersebut. Dengan data
yang akurat lintasan sasaran akan dapat diketahui dan posisi target akan dapat
diprediksi.
Scanning pancaran berbentuk kipas
dari antenna radar dapat memberikan informasi tracking untuk menentukan path
dari target dan memprediksi posisi yang akan datang. Masing – masing waktu dari
scanning akan melalui suatu target, yang memungkinkan untuk membangun ulang
track dari target tersebut. Hal ini akan ditampilkan pada PPI-scope dengan
suatu tanda pips pada permukaan layar/scope.
Hubungan garis dari pips memberikan
indikasi track dari target. Untuk melayani peningkatan kepadatan jalur, target
trajectory data kemungkinan diproses dengan sistem otomatisasi dalam komputer
digital. Dengan tambahan alat ini dapat diproses data tentang track dari target
dan juga pendeteksian dari target itu sendiri. Proses ini lazim disebut
Automatic Detection and Tracking (ADT).
A. Jenis Radar
Terdapat
dua jenis radar tracking yang masing – masing digunakan untuk tujuan yang
berbeda, yaitu : Continous Tracking dan Track While Scan.
1. Continous Tracking
Jenis tracking ini umumnya digunakan oleh radar militer untuk
mendapatkan posisi sasaran yang benar – benar akurat. Sasaran akan terus
diikuti oleh berkas antenna yang mempunyai kebebasan horizontal dan vertikal
yang digerakkan oleh servo motor.
2. Track While Scan
Jenis ini biasanya digunakan untuk radar penerbangan sipil, dimana
jumlah target yang mesti dilacak cukup banyak sehingga tidak mungkin satu
antenna hanya mengikuti satu sasaran saja. Lintasan sasaran diketahui dengan
memutar antenna terus menerus dengan jumlah putaran yang tetap sehingga biarpun
sasaran tidak diikuti secara penuh, informasi tentang sudut, ketinggian, dan
jarak akan terus diperbaharui.
Sebuah radar surveillance yang dapat menghasilkan atau menampilkan track
dari target disebut Track While Scan Radar. Istilah ini juga diaplikasikan pada
radar yang melakukan scanning bagi angular sector yang terbatas untuk
menghasilkan informasi tracking pada high data rate pada satu atau lebih
target.
B. Metode Tracking
1. Sequential Lobing
Pada metode ini, pemasangan berkas pancaran antena dibagi menjadi
kuadran – kuadran. Satu berkas pancaran antenna akan dipancarkan secara
bergantian pada kuadran – kuadran tersebut untuk mencari posisi sasaran yang
sebenarnya. Perbedaan posisi sasaran dan sudut referensi disebut informasi
sudut.

Penyajian kutub pola antenna yang
diswitch.
Penyajian pancaran segi-empat


Signal error, (c).
Pada metode ini digunakan antenna parabola
dengan 4 horn yang berfungsi sebagai pemancar ataupun penerima. Perbedaan
amplitude tegangan yang diterima oleh keempat horn itulah yang menggerakkan
rotating joint. Metode ini merupakan metode pertama yang diterapkan pada sistem
radar yang telah ditinggalkan, dan diganti dengan metode yang lain.
2. Conical Scan
Hampir sama dengan sequential lobing, tetapi pada metode ini pancaran
antenna akan diputar terus menerus. Sudut antara sumbu rotasi dan sumbu berkas
pancaran antenna disebut sequine angle.
Antenna untuk conical scan yang paling
sederhana adalah parabola dengan pencatu yang berputar pada sumbu reflektor.


Gambar block diagram dari conical scan tracking
radar.
Penerima itu adalah suatu
superheterodin yang konvensional kecuali fitur ganjil kepada conicalscan radar
perkerjaan mengikuti jalan. Satu fitur tidak menemukan di dalam
penerima-penerima radar yang lain adalah bermakna tentang penyulingan modulasi
scan berbentuk kerucut, atau isyarat kesalahan. Ini tercapai setelah detektor
yang kedua it1 bagian video penerima. Isyarat kesalahan dibandingkan dengan
pengangkatan/tingginya dan asimut isyarat-isyarat acuan di dalam
detektor-detektor galat sudut, yang adalah detect0rsj tahap sensitip 'Suatu
pl~asesensitive detektor adalah suatu alat taklinear di mana isyarat masukan
(dalam hal ini galat sudut isyarat) adalah bergaul dengan isyarat acuan.
isyarat-isyarat Masukan dan acuan [menjadi/dari]?berasal dari yang sama frekuensi.
Keluaran d c kekutuban balik voltase seperti(ketika tahap dari isyarat masukan
berubah melalui 180". Besaran dari d c keluaran dari detektor galat sudut
adalah sebanding ke kesalahan, dan tanda (polaritas) adalah satu indikasi arah
kesalahan. Angle-errordetector keluaran-keluaran
diperbesar dan memandu pengangkatan/tingginya antena dan motor servo asimut.
Posisi yang bersudut target
itu bisa ditentukan dari pengangkatan/tingginya dan asimut dari poros antena. Posisi itu dapat membaca dengan
suara keras atas pertolongan penjuru/sudut yang standar transd~rcerss uch
seperti(ketika sinkro-sinkro, potensiometer-potensiometer, atau
analog-to-digital-data konvertor-konvertor.
Boxcar pembangkit. Ketika
menyuling/menyadap pemodulasian yang dibebankan atas suatu yang berulang
rangkaian sempit kacang-kacangan, itu adalah biasanya menyenangkan untuk
meregang kacang-kacangan sebelum penyaringan laluan yang rendah. Ini adalah
callet! boxcaring, atau satnple dan pegangan.keuntungan Auron~atic
contr01.~" Tlie amplituda tanda gema di penampung radar penjejakan akan tidak
konstan tetapi akan berbeda menurut waktu. Ke tiga yang utama penyebab variasi
di dalam amplituda adalah
(1) hubungan
inverse-fourth-power antara tanda gema dan daerah,
(2) conicalscan moditlatiori
(tanda galat sudut), dan (3) ginjatan
amplituda di dalam salib sasaran sectiot~T. fungsi kepalsuan kendali bati
automatik (AGC) untuk memelihara d c tingkat konstan keluaran penampung dan
untuk memperlancar atau menghapuskan sebanyak mungkin amplituda yang seperti
kebisingan ginjatan-ginjatan sebagai yang mungkin tanpa gangguan, extractiondf
tanda eror yang diinginkan di coriical-scan frekuensi.
Penjuru/sudut bermata
juling, Tegangan angle-error-signal ditunjukkan di Fig. 56 sebagai suatu fungsi
Or, penjuru/sudut antara sumbu rotasi dan arah itu kepada sasaran.
3. Monopulse Tracking
Sequential lobing dan conical scan memerlukan sejumlah kecil pulsa
pantul untuk diproses agar didapatkan signal informasi besaran sudut. Deretan
pulsa pantul yang diterima oleh perangkat penerima termodulasi secara AM oleh
proses berkas pancaran akibat perputaran antenna. Tetapi tidak tertutup kemungkinan
ada faktor lain yang mempengaruhi modulasi ini, misalnya perubahan arah pesawat
terbang yang menyebabkan fluktuasi pada radar cross section.
Telah diketahui bahwa radar cross section mempengaruhi signal yang diterima oleh
perangkat penerima.
Karena permasalahan diatas, diupayakan agar fluktuasi amplitudo pulsa
pantul tidak akan berpengaruh pada akurasi tracking, jika pengukuran sudut
hanya didasarkan pada satu pulsa saja. Salah satu teknik yang populer adalah
amplitudo comparation monopulse atau disebut monopulse saja.
Tampak pada gambar, radar monopulse
menggunakan dua beam antenna yang tumpang tindih satu sama lain yang berasal
dari pencatuan dua horn. Sum pattern digunakan untuk pentransmissian.
Selain itu, sum dan difference pattern
digunakan bersama untuk penerimaan. Signal yang diterima oleh difference
pattern akan menghasilkan besaran signal informasi sudut, sedangkan signal yang
diterima oleh sum pattern digunakan untuk mengetahui jarak sasaran dan
dijadikan patokan untuk menentukan lebih (+) atau kurang (-) dari error sudut.
Kedua signal tersebut akan diproses secara terpisah dan kemudian digabungkan
untuk mengetahui karakteristik informasi.
Monopulse tracking memiliki ketepatan
pengukuran sudut yang tinggi.
Dengan pancaran pencil beam dapat dimiliki ketepatan sampai dengan
0,003˚ untuk pendeteksian peluru kendali dengan sistem continous tracking
monopulse.

PRINSIP DASAR PADA PEMANCAR RADAR
Sistem dalam perancangan sebuah radar juga memilih
beberapa jenis pemancar yang digunakan, dimana masing-masing pemancar memiliki
karekteristik yang berbeda-beda .
Ada
empat jenis pemancar yang digunakan pada radar yaitu;
1.
Osilator Magnetron
2.
Amplifier Klystron
3.
Travelling Wave-Tube
4.
Crossed-Field Amplifier
Osilator
magnetron pertamakali dikembangkan pada perang dunia kedua dan merupakan
pemancar yang paling banyak digunakan saat ini terutama untuk sistem mobile.
Amplifier
klystron dikenalkan pada tahun 1950,dibuat dengan daya yang lebih tinggi pada
gelombang mikronya dibandingkan gelombang mikro pada magnetron.
Travelling
wave-tube ditemukan setelah klystron dan memiliki karekteristik yang sama
dengan klystron. Perbedaannya terletak pada bandwithnya dimana Travelling
wave-tube memilki bandwith yang lebih lebar.
Cross-
field amplifier yang dikenalkan pada tahun 1960 dan merupakan family dari
magnetron dan juga memiliki karekterisik yang sama dengan magnetron.
Tidak
ada satupun pada pemancar radar yang sempurna, melainkan masing-masing memilki
keunggulan dan keterbatasan tertentu. Masing-masing dibuat sesuai dengan
kebutuhan dan utamanya masing-masing pemancar dapat digunakan untuk mencapai
batas range yang ditentukan oleh radar tersebut.
Ada
dua jenis dasar konfigurasi pemancar radar yaitu;
·
Self-excited oscillator yand digunakan oleh
magnetron
·
Power amplifier yang digunakan Klystron,
travelling wave-tube dan crossed-field amplifier.
Perbedaan karekterisistik dari pemancar radar;
1.
Osilator Magnetron
·
Harganya murah
·
Memilki ukuran dan berat yang sepadan
·
Efisiensinya tinggi
·
Hidup lebih lama
·
Stabilitasnya lebih bagus
·
Dioperasikan pad tegangan rendah
2.
Amplifier Klystron
·
Memliki daya yang lebih tinggi
·
Penguatannya tinggi
·
Efisiensinya juga bagus
·
Dioperasikan pada tegangan tinggi
·
Ukuranyan lebih besar dibandingkan Magnetron
·
Membutuhkan tabung
3.
Travelling-Wave Tube
·
Memilki persamaan dengan Klystron
·
Perbedaanya terletak pada bandwithnya dimana
bandwith Travelling-wave tube lebih lebar.
4.
Cross-Field Amplifier
·
Memiliki kesamaan dengan magnetron dalam hal
ukuran dan berat,efisiensidan operasi tegangan.
·
Perbedaanya, Cross-field memilki lebar band yang
sama dengan travelling-wave tube.
A. OSILATOR MAGNETRON
1.CONVENTIONAL
MAGNETRON

1.Anoda
2.Hole
3.Slot
4.Katoda
5.Sekat
6.Coupling loop
7.Strap(Pengikat)
2.COAXIAL
MAGNETRON
Daya output dikopling dari
penstabil coaxial cavity.
Cavity dioperasikan di mode TED11
dengan medan listrik
3.PERFORMANCE
CHART AND RIEKE DIAGRAM
Ada empat
parameter menentukan operasi dari magnetron yaitu;
·
Medan magnetic →input

·
Arus anoda →input
·
Beban konduktansi →output
·
Beban suspentansi →output
B.KLYSTRON AMPLIFIER
1.PULSE
MODULATION
Klystron akan
menghasilkan pulsa dengan memanfaatkan elektroda pada electron gun dan ini
dinamakan modulasi anoda. Keuntungan modulasi ini adalah sangat sedikit
membutuhkan daya dalam pengoperasiannya. Daya dibutuhkan saat pengisian dan
pembuangan muatan kapasitor dari gun klystron.
2.BANDWITH
Frekuensi yang
dihasilkan klystron ditentukan oleh rongga-ronga resonan. Ketika semua rongga
diset pada frekuensi yang sama, penguatan dari tabung akan tinggi, tetapi
bandwithnya akan sempit. Cara ini dinamakan Synchronus
tuning.
Penguatannya
akan berkurang sebesar 10 dB dan bandwithnya akan bertambah sekitar 15% sampai
25% ketika masing-masing rongga di set
pada frekuensi yang berbeda-beda. Ini dinamakan Stagger tuning.
3.TUNING
Tuning berfungsi
untuk menaikkan kapasitansi rongga kemudian menurunkan impedansi dari rongga
sehingga akan mengurangi bandwith .
C.TRAVELLING-WAVE-TUBE
AMPLIFIER (TWT)
Pada umumnya TWT
hampir sama dengan Klystron. Penguatan, efesiensi dan power level dari TWT sama
dengan klystron. Namun hasil output yang dicapai klystron lebih bagus
dibandingkan TWT.
Umumnya
TWT diperuntukkan untuk menghasilkan output power yang besar. Katoda, RF, dan
semua collector harus ditentukan untuk mendapatkan power yang tinggi. Power
juga ditentukan oleh bandwith. Dimana jika bandwithnya jika kecil maka
penguatan yang dihasilkan akan sedikit demikian sebaliknya.
D.CROSSED-FIELD
AMPLIFIER (CFA)
CFA sama seperti
osilator magnetron dengan karekteristik posisi magnet dengan medan listrik
adalah tegak lurus. Tabungnya mempunyai efesiensi yang tinggi, membutuhkan
tegangan rendah, beratnya ringan dan ukurannya sesuai sehingga banyak
menggunakan alat ini untuk system mobile.
CFA mampu
menhasilkan bandwith dengan power yang besar,tetapi penguatan rendah. CFA
memiliki phase yang stabil, dan biasanya CFA dioprasikan secara pararel.
ANTENA
PARAMETER
Tujuan
dari antenna radar adalah untuk membuat suatu transduser antara propogasi pada ruang bebas dengan propogasi gelombang yang
terbimbing (kabel transmisi). Fungsi dari antenna ketika transmisi adalah untuk
mengkonsentrasikan energy radiasi kesuatu bentuk pancaran yang diinginkan
diudara. Pada antenna penerima energy yang dikumpulkan terdiri dari sinyal echo
dan akan diantarkan ke receiver. Jadi antenna radar diatas adalah sebagai
pengumpul yang saling berhubungan.
Salah
satu karakteristik radar adalah untuk pendeteksian yang memiliki jangkauan yang
jauh mak width yang digunakan akan sempit.
Width yang sempit ini sangat penting jika digunakan untuk menghasilkan
target yang tidak terputus-putus. Penambahan frekuensi microwave pada aplikasi
radar adalah dengan width yang relative kecil tetapi memiliki pancaran
gelombang yang panjang dan informasi target yang bagus.
Pada chapter ini akan membahas
tentang peralatan antenna transmit dan receive, tergantung dari diskusi kami
ini yang sesuai untuk menghasilkan satu atau beberapa teori antenna yaitu:
Gain disini ada
dua yaitu directive gain dan power gain. Directive gain adalah
gambaran dari pola antenna (antenna pattern). Sedangkan power gain prioritas
penggunaanya adalah pada radar equation.
Directive
Gain, tolak ukur dari antenna yang bagus adalah pada kemampuan khusus
untuk mengkonsentrasikan energy yang disebut gain. Directive Gain
adalah pengukuran kemampuan antenna untuk memfokuskan energy dalam arah
tertentu. Dimana intensitas radiasi berfungsi sebagai koordinat sudut.
Pada pemancar antenna directive
gain dapat didefinisikan sebagai berikut:

![]() |
Power gain
merupakan penguatan power yang bertujuan dalam pembentukan bentuk radiasi.
![]() |
Directive gain
selalu lebih besar daripada power gain yang berhubungan dengan resolusi yang
juga berhubungan dengan beamwidth antenna.
Pencatatan dari
suatu radiasi berfungsi untuk menggambarkan sudut koordinat yang disebut dengan
radiation-intensity pattern. Ketebalan power tercatat sebagai sudut yang disebut sebagi power pattern.
Power pattern dan radiation- intensity pattern akan identik ketika berada pada
rerlativ basis yaitu Ketika berada pada maksimum power yang normal pada setiap
komponennya. Pada saat relative basis ini
kedua hal diatas disebut dengan antenna radiation pattern. Sebagai
contoh dari suatu antenna radiation pattern untuk suatu antenna parabola ada
pada gambar 7.1

Gambar
7.1
Pola
radiasi(radiation pattern) untuk antenna parabola reflector yang
mengilustrasikan pancaran utama dan side radiation.
a. Affektive Aperture
Affektive
Aperture merupakan parameter yang mengukur keefektifan area yang dihasilkan
oleh pancaran dari antenna .
![]() |


b. Polarizatition
Merupakan
sisa pancaran dari main lobe. Low side lobe umumnya digunakan pada aplikasi
radar. Jika side lobe terlalu tinggi/besar maka, signal echo akan masuk ke
receiver. Sehingga dapat menimbulkan kesalahan dalam target. Side lobe pertama
tidak boleh melebihi 28 dB.
c. Aperture Eficienci
Merupakan
perbandingan arah tangkapan target sesungguhnya dari pancaran antenna dengan
arah kemungkinan dari arah sebenarnya.
ANTENA RADIATION
PATTERN
Radiasi
antenna merupakan amplitude dan phase arus yang dipancarkan melalui aperture.
Ada beberapa penyaluran radiasi
antenna:
1.
One dimensional aperture distribution
2.
Circular apperture
3.
Aperture blocking
…………………………….
Aperture Blocking
Merupakan
sebuah halangan (obstacle) yang ada didepan antenna yang dapat merubah pancaran
bentuk radiasi energy.
Aperture blocking ini disebabkan
oleh feed dari bentuk reflector antenna yang dapat menurunkan performa pancaran
antenna dengan menurunkan gain dan menaikkan side lobe dan bukan main lobenya.
SCANING FIELD REFLECTOR ANTENAS
Antena antena yang besar kadang kadang sulit untuk
scan secara otomatis .beberapa teknik scan beam pada antena yang lebar sering di gunakan.untuk memposisikan semua
struktur.phase array antena dan lens antena memounyai kemampuan scan beam tanpa
memerlukan pergerakan mekanik yang besar.
1)
Spherical
reflector
Jika reflector
parabola diletakkan dengan permukaan spherical reflector akan memungkinkan
untuk menerima scan sudut yang lebar karena sudutnya symetry spherical
(berbentuk lingkaran.bagaimanapun hal ini tidak menghasilkan bentuk radiasi
dari objek (bentuk pesawat bentuk gelombangnya.spherical aberration di gunakan
untuk menjelaskan fase daru gekombang radiasi dengan spherical reflector.ada
tiga teknik yang bisa digunakan untuk meminimalkan efek dari spherical
tadi.yang pertama dengan menggunakan reflektor pada radius yang besar maka
bagian sphare adalah sebuah perkiraan sebuah parabolik.yang keduapendekatan
untuk kompensasi untuk spherical aberration dengan spesial feed atau correcting
lenss.yang ketiga meminimaliskan efek dari spherical.keuntungan dari reflektor
ini radiasinya terpencar pencar dan bandwithnya kecil.
2) Parabolic torus
Sudut scan yang
lebar dapat di hasilkan dalam satu dimensi dapat di hasilakn denga parabolic
torus.gelombang yang di hasilkan parabolic torus ini tidak berbentuk
pesawat.pada prinsipnya parabolic torus dapat di scan 180 derajat.keuntungan
parabolic torus ini menghasilkan metode economic untuk scanning beam dengan
cepat pada bentuk antena yang lebar dan sudut scannya relatif lebar.
3) Organ pipe scanner
Bentuk radiasi
organ pipe scanner hampir sama dengan parabolic torus dengan bentuk antena yang
lebih kecil dari parabolic torus.
LENS ANTENA
Analogi antena lens dapat di temukan pada sebuah
radar.ada tiga jenis lens pada radar
yaitu Dielectric lenses,artificial di electric,metal plates lens.luneburg lens.
Keuntungan lensa sebagai antena:
Lensa dapat menscan beam dengan lebar sudut yang
lebar.dan dari segi fisik.bila lensa terkena sesuatu benda pada focusnya tidak
akan tergannggu bentuk resultan antenanya.
Kelemahan lensa sebagai antena :
Reflector antena lebih efisien dari lensa antena
karena kehilangan propagasi melalui medium lensa dan refleksi dari kedua
lensa.dan terkadang panas dapat mempengaruhi kerja dari lensa ini.
EFEK EROR PADA BENTUK RADIASI
Ada beberapa eror dalam bentuk radiasi pancaran
antena yaitu:
1.systematic eror
2.random eror pada raflector
RADOMES
Adalah proteksi untuk antena apabila sebuah radar
beroperasi pada cuaca yang buruk seperti angin
yang kencang, ice, temperatur yang sangat panas.randomes ini untuk
memproteksi struktur dari antena.
Antenna array mempunyai elemen-elemen yang dapat meradiasikam
sinyal-sinyal ke angkasa, amplitudo relative dan sinyal fase di aplikasikan ke
tiap-tiap elemen yang dikontrol untuk mendapatkan bentuk radiasi yang
diinginkan dari hasil tiap-tiap elemen yang digabungkan. Dua bentuk umum
geometrical pada antenna array adalah linear array dan planar array.
Linear array terdiri dari elemen-elemen
yang disusun dalam satu dimensi garis lurus, sedangkan planar array adalah
konfigurasi dua dimensi elemen-elemen yang disusun sejajar.
PHASE SHIFTER (PENGUBAH FASE)
Perbedaan
fase tiap-tiap elemen antenna dapat dihitung dengan rumus ;
|
Keterangan :
Ø=Fase
π=3.14
f=frekuensi
L=PanjangmTransmission Line
V=Kecepatan Propagasi
PHASE
SHIFTER terdiri dari 8 jenis:
a. Digital switch phase shifter
b. Diode phase shifter
c. Ferri magnetic phase shifter
d. Latching ferrite phase shifter
e. Regia spencer phase shifter
f. Dual mode ferrite phase shifter
g. Other ferrite phase shifter
h. Other electronic phase shifter
a.
Digitally switched phase shifter
·
Menggunakan
diode dan ferrit
·
Fase
di switch menggunakan nilai yang tepat dan sedikit error
·
Pengkalibrasiannya
tidak perlu mempertimbangkan range temperature dan frekuensi.
b.
Diode phase shifter
·
Menggunakan
diode yang befungsi sebagai switch
·
Biasanya
digunakan untuk microwave phase shifter
·
Tidak
sensitif terhadap temperature
·
Dapat
bekerja pada temperatur yang rendah
·
Dapat
bekerja di semua range frekuensi
c.
Ferrimagnetic phase shifter
·
Menggunakan
2 dasar metal oxide yaitu garnet dan ferrimagnetik spinnel
·
Kemampuan
dari magnet tergantung dari arah sinyal dating
d.
Latching ferrite phase shifter
·
Menggunakan
ferrite yang berbentuk torroid yang terletak di tengah-tengah waveguide
·
Tiap
bagian waveguide tersebut menghasilkan perbedaan fase (latching)
·
Arah
pergeseran tergantung pada arah propogasi
·
Jarang
digunakan karena sinyal transmit dan receivenya berbeda mode
e.
Reggia spencer phase shifter
·
Ferit
pertama yang sukses diaplikasikan pada radar
·
Menggunakan
batangan ferit yang diletakkan di tengah-tengah
waveguide dan di bungkus dengan solenoid
·
Perubahan
fase di sebabkan oleh perubahan arus yang melalui coil
·
Kecepatan
switching yang sangat lambat
·
Sangat
sensitive terhadap temperature perubahan 1 derajat celcius menyebabkan
perubahan 1 derajat fase.
f.
Dual mode ferrite phase shifter
·
Hampir
sama dengan reggia-spencer, namun bekerja dengan rotor
·
Dilengkapi
dengan penstabil temperature
·
Switching
sangat cepat namun terbatas yang diakibatkan oleh ketebalan metallic film yang
melapisi rotor.
g.
Other ferrite phase shifter
·
Banyak ferrite phase shifter lainnya namun prinsip
kerjanya sama seperti ferrite phase shifter yang telah di bahas.
h.
Electromagnetical phase shifting
device
·
Sama
seperti electronic phase shifter, electromagnetical device juga dapat merubah
fase yang telah digunakan pada fase array radar, khususnya pada model
terdahulu.
A. THE RADAR RECEIVER
Receiver pada RADAR berfungsi untuk mendeteksi sinyal echo
yang di inginkan dalam bentuk noise, interferensi, atau clutter. Kemudian
dipisahkan sinyal yang dinginkan dari sinyal yang tidak di inginkan, dan di
kuatkan sinyal yang di inginkan ke level dimana target informasi bias di
tampilkan kepada operator atau digunakan dalam sebuah data processor otomatis.
Berikut adalah blok diagram RADAR pada umumnya :

Design receiver yang baik di dasarkan pada maksimalnya rasio
output sinyal ke noise. Untuk memaksimalkan output rasio output sinyal ke
noise, Receiver RADAR harus di design sebagai filter yang match. Oleh karena
itu, receiver seharusnya di design untuk menghasilkan noise internal sekecil
mungkin.
Pada RADAR receiver, terdapat AFC yang mana berfungsi untuk
mengatur frekuensi antar sinyal pancaran RADAR dengan sinyal penerimaan RADAR
sehingga akan mengurangi clutter pada receiver RADAR.
1.
NOISE FIGURE
Pada BAB II sudah dijelaskan mengenai NOISE FIGURE sebagai
sbuah ukuran noise yang di hasilkan pada receiver sesungguhnya bila
dibandingkan dengan noise dari receiver yang ideal.
Pada noise figure terdapat rumus :

Dimana : Sin =
daya input sinyal yang tersedia
Nin
= daya input noise yang tersedia
Sout
= daya output sinyal yang tersedia
Nout
= daya output noise yang tersedia
Yang mana Gain (G) sama dengan Sout/Sin,
dan Nin sama dengan kT0Bn
.
Pada umumnya noise figure di ekspresikan dengan Db.
1.1.Jaringan Noise Figure dalam
cascade
Anggap terdapat dua jaringan
noise, yang mana mempunyai noise bandwith yang sama Bn tetapi
terdapat perbedaan noise figure dan gain yang tersedia. Maka akan terjadi
rumus:

1.2.Temperature Noise
Noise yang di perkenalkan pada jaringan juga apat di
ekspresikan sebagai temperature noise yang efektif. Rumus dasar temperature
noise adalah :

Yang mana temperature noise system (T0) ditentukan
sebagai temperature noise yang efektif dari sebuah system receiver termasuk
efek dari temperature antenna.
1.3.Pengukuran Noise Figure
Noise Figure dari receiver RADAR bisa menurunkan operasi dan
mengakibatkan menurunnya kemampuan RADAR. Oleh sebab itu monitor noise figure
sebaiknya dilakukan dalam pengoperasian RADAR sehingga kesalahan sensivitas
receiver bias di deteksi dan di koreksi. Monitor tersebut dapat dilakukan
secara otomatis atau manual oleh operator.
Noise
figure dapat di ukur dengan dengan rumus :

Dimana : T2 = Temperatur ouput
T1 = Temperatur awal
Y =N2/
N1
N1 = power ouput noise yang
pertama
N2 = power output noise yang kedua
2.
MIXER
Banyak penerima Radar superheterodyne tidak
menggunakan low-noise amplifier. Penggantinya, langkah pertama adalah mixer.
Walaupun noise figure daripada mixer tidak mungkin sebagai low noise seperti
peralatan yang lainnya, hal ini dimungkinkan untuk aplikasi radar ketika factor
lain selain low noise tersebut adalah penting. Fungsi daripada mixer tersebut
adalah untuk mengubah sinyal RF ke sinyal IF dengan kehilangan sinyal yang
minimum.
Untuk mengukur hilangnya daripada mixer
tersebut dapat di cari dengan rumus:

Pada dasarnya terjadinya kehilangan power
pada saat melakukan pengubahan dari RF ke IF power tidak lebih daripada 3 dB
(teori).
Dalam mixer radar terdapat berbagai macam
jenis menurut cara kerja suatu mixer ntuk mengubah RF power menjadi IF power,
antara lain:
-
Balanced mixer
Pada balanced mixer, terdapat narrow bandpass RF filter yang
mana narrow bandpass RF filter berfungsi untuk menghilangkan sinyal local oscillator
sehingga menghasilkan IF amplifier. Narrow bandpass filter diletakkan antara
local oscillator dan mixer dimana apabila local oscillator di tune, maka narrow
band filter akan otomatis tune.
Pada balanced mixer terdapat magic T yang mana merupakan
persimpangan daripada RF dan local oscillator sehingga kedua sinyal tersebut
menghasilkan IF amplifier dari kedua diode mixer tersebut.

Gambar : Balanced mixer
-
Reactive Image Termination
Pada
mixer ini, RF dan local oscillator akan bertemu pada diode mixer, dimana local
osclillator akan melewati hybrid junction, setelah dip roses maka akan bertemu
dengan RF dan menjadi IF dan kemudian di hybrid junction sehingga menghasilkan
IF output yang di inginkan.

2.1.Diode burn out
Apabila
pada mixer terjadi kelebihan RF power, maka akan terjadi terbakar. Hal ini
mengakibatkan diode pada mixer akan rusak dan tidak adanya IF energy akan
dihasilkan. Salah satu penyebab terjadinya kerusakan tersebut di karenakan
meningkatnya RF leakage yang melalui duplexer. Ketika transmitter memancar, TR
tube rusak. Sehingga RF yang bocor akan masuk ke receiver dan akan merusakkan
diode pada mixer karena input RF yang berelebihan masuk ke receiver.
2.2.Noise figure due to RF losses

3.
LOW NOISE FRONT-ENDS
Sebelumnya penerima microwave superheterodyne tidak
menggunakan RF amplifier untuk tahap pertama, semenjak RF amplifier mempunyai
daya noise figure yang cukup kuat daripada mixer sendiri yang menjadi receiver
untuk tahap pertama. Pada gambar di bawah akan diperlihatkan beberapa RF
amplifier yang di gunakan umum pada aplikasi radar.

B. DISPLAY
Tujuan daripada display adalah untuk menampilkan dalam bentuk
yang sesuai dengan tafsiran operator dan berisi informasi dalam sinyal echo
radar. Ketika display terhubung langsung ke video output dari receiver.,
informasi yang tampil di sebut dengan raw video. Ketika receiver video output
pertama kali dip roses oleh pendeteksi otomatis dan tracking processor, output
akan ditampilkan pada display yang disebut dengan synthetic video.
Dalam display, ada 2 basic cathode-ray tube display.
-
Deflection modulated CRT, seperti A-scope, yang mana
target di indikasikan dari deflection electron beam.
-
Intensity modulated CRT, seperti PPI, yang mana target
di indikasikan dengan intensitas dari electron beam.
Dalam bentuk focus dan deflection daripada electron beam
dapat dilengkapi dengan electrostatically, electromagenatic atau keduanya.
Electrostatically deflection CRT menggunakan sebuah elektrk field yang
ditampilkan ke pasangan dari deflecting tubes. Sedangkan electromagnetic
deflection CRT membutuhkan magnetic coils, yang diposisikan sekitar leher tube.
1.
CRT Screen

2.
Color CRT
Pada televise komersial, kita akan melihat
bahwa tampilan dari TV yang menggunakan tabung CRT tersebut berwarna. Begitu juga dengan display
pada radar, bahwa terdapat tampilan berwarna. Hal ini berguna untuk mempermudah
operator untuk mengenal objek yang di inginkan.
Pada tampilan radar yang berwarna, hal ini
tidak selalu bagus untuk di tampilkan untuk dikarenakan resolusi daripada CRT
yang terbatas dari segi ukuran dan spasi tiap dot.
3.
Bright Display
Dalam display radar, terdapat bentuk dari bright display
yaitu direct-view storage tube. The storage tube menggunakan 2 electron beams
yang di hasilkan dari perpisahan electron gun. Salah satunya adalah writing
beam. Dan satunya lagi adalah flood beam.
Metode lain untuk menncapai bright display adalah scan
converter. Outputnya akan di simpan dalam penyimpan analog atau digital. Dan
hasilnya akan ditampilkan pada TV monitor biasa. Salah satu tipe storage device
yang sudah meng aplikasikan scan conventer adalah double-ended storage tube.
4.
Synthetic video Display
Penggunaan computer digital sebagai otomatisasi deteksi dan
pelacakan oleh processor dan mengambil hasil informasi target dalam bentuk
display synthetic yang mana informasi target di tampilkan dalam msimbol yang
standard dan mendampingi alphanumeric. Ini sangat berguna dalam pengaturan
tampilan air traffic control yang mana informasi target di identifikasi dan
altitude yang dinginkan untuk ditampilkan.
C.
DUPLEXERS AND RECEIVER PROTECTORS
Duplexer adalah alat yang memperbolehkan sebuah antena
tunggal untuk melayani pemancar dan
penerima. Setiap kali pada
proses pengiriman harus dapat melindungi penerima dari pemadaman atau kerusakan.
Pada jenis aplikasi duplexer daya puncak
pemancar dapat mencapai megawatt atau lebih dan kekuatan aman maksimum yang
dapat diperbolehkan pada penerima boleh kurang dari satu watt. Oleh karena itu, duplexer harus dapat menyediakan, pada contoh kali ini, lebih dari 60 db penghalang
diantara pemancar dan penerima.
Sebagai tambahan, sepanjang interpulse periode atau bila radar
mati, penerima harus bisa dilindungi dari radiasi tegangan tinggi. Sebelumnya telah ada dua metode dasar yang digunakan dari antena biasa untuk bisa mengirimkan dan menerima. Metode lebih awal direpresentasikan oleh branch-type
duplexer dan balanced
duplexer yang mempergunakan gas TR-tube.
Lain metode menggunakan ferit
circulator memisahkan pemancar dan penerima, serta pelindung penerima terdiri dari gas TR-tube dan pembatas dioda.
1. Branch-type duplexers
Diagram branch-type duplexer
pada gambar 9.5 salah satu dari paling awal duplexer. Ini terdiri dari TR (transmit-receive)
saklar dan sebuah ATR (anti-transmit receive) saklar. Bila pemancar dibelokkan pada TR dan ATR
tabung harus bisa mengionisasikan.
Selama proses berlangsung, pemancar berhenti dan
bukan terjemahan maupun TR Branch-type duplexer yang memiliki luas bidang terbatas dan power-handling kemampuannya juga, serta pada umumnya diganti oleh balanced duplexer dan alat proteksi lainnya. Hal ini digunakan, dalam beberapa radar pada umumnya.

2. Balanced duplexers
Balanced duplexer, terdapat
pada gambar 9.6, didasarkan pada
short-slot di tiap persimpangan
yang terdiri dari dua bagian gelombang utama ikut serta salah satu dari dinding sempit yang ada pada balanced duplexer.

Gambar 9.6 : Imbang duplexer menggunakan tabung
terjemahan rangkap
dan
dua short-slot persimpangan cangkokan.
(a)
mengirimkan kondisi; (b) menerima kondisi.
Kemampuan Power-handling dengan balanced duplexer lebih besar dari pada kemampuan branch-type duplexer dan
ini punya luas bidang lebih lebar,
melalui sepuluh persen dengan desain besar. receiver pelindung, biasanya dapat disipkan diantara duplexer dan penerima untuk dapat lebih menambahkan proteksi.
3. TR Tubes
Pada tabung terjemahan alat
pelepasan gas dirancang memerinci dan mengionisasikan dengan cepat serangan tinggi kekuatan rf, salah satu yang biasa terdiri dari gelombang
utama berisi satu atau banyak filter resonan.

Gambar 9.7 : Imbang duplexer
menggunakan atr tabung.
(a) mengirimkan kondisi; (b) menerima kondisi
4. Receiver
protectors
Penggantian keep-alive dengan
radioaktif tritium eliminasi. sejak tritium tidak diperlukan, penutup jendela mekanis tidak diperlukan untuk melindungi penerima dari pengiriman
jarak dekat bila radar
berhenti berputar. Ini juga memperbaiki kehandalan, tritium-activated biasanya digunakan oleh pembatas dioda. Kombinasi yang dua disebut TR-lirniter dan meluas menggunakan sebagai pelindung penerima.

Gambar 9.8 : Kebocoran melalui sebuah TR tabung.
5.
Solid-state limiters
Solid-state PN dan dioda dapat bertindak sebagai Rf
pembatas dan sebagai pelindung penerima. Idealnya, pembatas melewati kekuatan rendah tanpa redaman, akan tetepi dapat menyediakan redaman
sinyal supaya mengendalikan daya keluaran yang konstan. Ini dapat digunakan untuk proteksi penerima radar di dua implementasi
tergantung pada apakah dioda dioperasikan dengan forward-bias. Ini digunakan
untuk low-power aplikasi,
mungkin juga digunakan sebagai
pelindung penerima.
6. Passive
TR-limiter
Sebuah aplikasi penting bila
menggunakan radioactive-primed. Kombinasi dikenal sebagai passiile
tr-limiter, tr-limiter
melindungi penerima dari
pengiriman dekat bahkan ketika radar terhalang
untuk berhenti sejak ini memerlukan salah satu radioactive-primed tabung
atau dioda pembatas. Kehadiran pembatas dioda berikut mereduksi, meningkat
sebaik penerima front-end ini diharapkan melindungi, tetapi lebih rendah dari pembatas dioda untuk
bertindak sendirian atau pembatas dioda ferit.
Sebelum pengenalan tentang
solid-state pembatas dioda, low-power gas TR-tube, mengetahui sebagai
pelindung, sering digunakan sebagai tambahan proteksi untuk penerima. Ini
ditempatkan diantara penerima duplexer dan penerima untuk melindungi dari
pengaruh radar dekat yang terlalu lemah ke tabung konversional di
duplexer, tetapi cukup kuat ke kerusakan
penerima. TR-limiter atau dioda pembatas telah mengganti pelindung. Demikian
alat dikenal sebagai pelindung penerima. Pelindung penerima juga melayani melindungi dari
kekuatan mismatche di antena.
7. Ferrite
limiter
Pembatas ferit mengikuti oleh
pembatas dioda, juga sebagai solid-state pelindung penerima. Dioda perlu mereduksi
kebocoran ke tingkat aman sejak ferit bertindak sendirian tidak cukup menutupi
kebocoran daya puncak tinggi. Pembatas dioda ferit punya waktu cepat sekitar
beberapa puluhan dari nanosecond, dan
jika kelas kekuatan tidak melewati, pada dasarnya tidak terbatas.
Oleh karena itu, kekuatan peristiwa diserap di
ferit sehingga kemampuan daya rata bisa bukan merupakan suatu masalah. udara
atau air mendingin boleh sangat dibutuhkan. Bahan ferit mungkin bias seperti,
contoh latching-ferrite circulator, mmemperbolehkan untuk menangani dari
kekuatan yang lebih tinggi. Sejak latching-ferrite pelindung penerima tidak
bermasalah dengan kekuatan tinggi bila dalam keadaan apapun, proteksi dari
pemancar dekat dapat berupa TR-limiter beserta ferit.

Gambar 9.9 : Circulator pelindung penerima. four-port
circulator
ditunjukkan dengan keempat
pelabuhan untuk menghentikan pemancar dan penerima daripada Hy three-port
circulator.
8. Circulator and receiver protector
Ferit circulator three- atau
four-port alat itu pada prinsipnya, bisa memisahkan pemancar dan penerima tanpa
kebutuhan akan konversional duplexer pada gambar 9.5. Circulator tidak
menyediakan cukup proteksi dengan sendirinya dan memerlukan pelindung penerima
seperti pada gambar 9.9. Isolasi diantara pemancar dan penerima circulator
jarang dapat melindungi penerima dari kerusakan. Akan tetapi, bukan isolasi
diantara pemancar dan penerima, itu biasanya menentukan jumlah kekuatan
pemancar di penerima, tetapi impedansi
tidak sepadan di antena yang membuktikan bahwa kekuatan pemancar berjalan ke
penerima.
Pelindung penerima boleh
menggunakan solid-state dioda untuk semua solid-state penataan, atau ini boleh
TR-limiter terdiri dari radioaktif primed TR-tube mengikuti oleh pembatas
dioda. Ferit circulator dengan pelindung pnerima menarik untuk aplikasi radar
karena, luas bidang lapang, dan padat
desainnya.
9. Other duplexer considerations
Duplexer dijelaskan di atas
menggunakan pelindung penerima, punya waktu pemulihan dari bagian yang sangat
kecil microsecond beberapa puluhan dari microsecond. Dengan memanfaatkan asas
multipacting, mulipactor tabung hampa udara yang berisi permukaan mampu
dihasilkan dari hasil tegangan sekunder yang tinggi yang kemudian
bertabrakan atas emisi dengan elektron.
Kehadiran Rf energi menyebabkan
elektron membuat kelipatan untuk mengadakan emisi sekunder dengan elektron
besar. Elektron pindah ke gelombang dengan osilasi menerapkan Rf medan elektrik
menyerap dari energi Rf energi. Kekuatan Rf suka terlalu thermally di permukaan
emisi sekunder. Waktu pulih multipactor sangat cepat, ini mempunya spike- leakage yang rendah dan dapat ditangani
puncak ketinggiannya dalam kekuatan rata-rata. Flat-leakage kekuatannya
melewati multipactor untuk cukup tinggi memerlukan pembatas dioda berikut juga
dengan multipactor. Dan ini tidak dapat
melindungi jika kekuatan berputar berhenti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar