1.
PRINSIP SISTEM ILS
1.1.UMUM
ILS
singkatan dari Instrument Landing System adalah alat bantu navigasi yang
memberi informasi kepada penerbang untuk pendekatan menuju ke landasan.
ILS dimaksud untuk memudahkan penerbang mengadakan pendekatan
ke landasan terutama pada waktu cuaca kurang baik dan visibility yang terbatas.
Karena itu ILS dapat meningkatkan banyaknya pendaratan dari suatu bandara pada
segala cuaca.
1.2.PENJELASAN ILS
Supaya
aman melakukan proses pendekatan atau pendaratan ke landasan adalah perlu memberikan
informasi yang tepat untuk posisi/jarak pesawat terhadap threshold landasan,
posisi terbang di sumbu/as (center line) landasan dan sudut pendaratan.
3 (tiga) komponen informasi dari sistem ILS.
a.
Pemancar Localizer sebagai pemandu kekanan/kekiri dari
as landasan.
b.
Pemancar Glide Slope sebagai pemandu sudut pendaratan pada sumbu landasan.
c.
Marker Beacon (Inner, Middle dan Outer Marker Beacon)
yang terletak pada jarak tertentu dari threshold sebagai pemandu jarak
horizontal terhadap threshold landasan.
Dalam
kondisi tertentu peralatan DME dapat
digunakan sebagai pengganti Marker Beacon tersebut.

Localizer
bekerja pada frekwensi VHF antara 108 – 111.975 MHz dan umumnya dengan
jangkauan penerimaan ± 25 NM.
Jajaran
antena Localizer terletak ± 1000 feet (300 m) dari ujung (stop end) landasan
dan umumnya terletak tegak lurus dengan as landasan.
Glide
Slope bekerja pada frekwensi UHF antara 328.6 MHz – 335.4 MHz dan umumnya
dengan jangkauan penerimaan ± 10 NM.
Antena
Glide Slope terletak pada jarak ±300 m dari threshold pendaratan dan ±120 m
dari as landasan.
Marker
Beacon bekerja pada frekwensi VHF pada frekwensi 75 MHz. Marker Beacon
digunakan untuk memberi informasi jarak terhadap threshold, sbb:
Outer
Marker terletak 7,2 Km dari threshold pendaratan, dimodulasi dengan nada (tone)
400 Hz dan dikode/sandi dengan garis-garis.
Middle
Marker terletak 1050 m dari threshold pendaratan, dimodulasi dengan nada (tone)
1300 Hz dan dikode/sandi dengan garis dan titik.
Inner
Marker terletak antara 75 m dan 450 m dari threshold pendaratan, dimodulasi
dengan nada (tone) 3000 Hz dan dikode/sandi dengan titik-titik.
Dalam
beberapa hal Marker Beacon tidak dipasang, sebagai gantinya dapat dipasang DME
pada Glide Slope (co-located).
Peralatan ILS pada umumnya terdiri dari Pemancar dual,
monitor, kontrol dan jajaran antena.

1.3.TEORI ILS
Localizer
maupun Glide Slope bekerja dengan prinsip yang sama.
Localizer bekerja untuk memberikan informasi panduan
horizontal, sedangkan Glide Slope memberi informasi panduan vertikal.
Pemancar memancarkan frekwensi carrier yang dimodulasi AM
(Amplitude Modulated) dengan dua sinyal audio ialah 90 Hz dan 150 Hz.
Bila
pesawat pada posisi sudut pendaratan dan perpanjangan as landasan, akan
menerima sinyal modulasi 90 Hz dan 150 Hz yang sama besarnya (DDM=0).
Dari penjelasan ini dapat dilihat bahwa posisi pesawat adalah
berhubungan dengan perbedaan Modulation Depth 90 Hz dan 150 Hz.
Untuk Localizer DDM=0 bila posisi pesawat pada perpanjangan as
landasan, sedangkan untuk Glide Slope DDM=0 bila posisi pesawat pada posisi
sudut pendaratan.
Pada Localizer modulasi sinyal 90 Hz mendominasi sebelah kiri
perpanjangan as landasan pendekatan dan 150 Hz mendominasi sebelah kanan
perpanjangan as landasan pendekatan.
Untuk Glide Slope modulasi sinyal 90 Hz mendominasi di atas
sudut pendaratan (descent path) dan 150 Hz mendominasi di bawah sudut
pendaratan. Sudut pendaratan pada umumnya 3 derajat.
Karena pancaran frekwensi yang dipakai Localizer maupun Glide
Slope terpengaruh terhadap pantulan pancaran dari bangunan, gunung-gunung. Bila
perlu untuk mengurangi pengaruh tersebut dapat menambahkan pancaran sinyal di
udara yang disebut Clearance pada ILS.
Pancaran Clearance pada Localizer mendominasi sudut 10º sampai
35º dari perpanjangan as pada kedua sisi perpanjangan landasan.
Sinyal Clearance pada daerah tersebut lebih kuat dan dapat
menanggulangi terhadap pantulan sinyal (yang tidak dikehendaki) yang dihasilkan
oleh side lobe dari sinyal Course (sinyal normal).
Pancaran sinyal Clearance juga sama pada Glide Slope, sinyal
Clearance memperkuat sinyal modulasi 150 Hz (bagian bawah sudut pendaratan),
untuk memastikan/menjamin indikasi terbang ke atas secara positip (positive fly
up).
Pancaran RF sinyal Clearance dihasilkan oleh pemancar yang
kedua dan beroperasi sama seperti prinsip pemancar yang memancarkan RF sinyal
Course, namun ada perbedaan RF / frekwensi kerja antara pemancar Clearance
dengan pemancar Course yaitu sebesar 8 - 9 KHz.
Perbedaan frekwensi kerja ini masih dalam lebar jalur
frekwensi (bandwidth) dari penerima ILS pada pesawat, dan penerima ini akan
memilih (“lock on”) sinyal yang lebih kuat.
Bila sistem kedua Course dan Clearance tersebut dipakai untuk
ILS disebut Dua Frekwensi Localizer/Glide Slope (Two Frequency Localizer/Glide
Slope).
Pancaran Marker Beacon berbentuk kipas vertikal (vertical fan
shaped), dan tiap Marker mempunyai nada dan kode berlainan. Besarnya pancaran
kipas vertikal tergantung dari penyetelan keluaran power (power output) dari
Marker Beacon.
Bila pesawat melewati Outer Marker penerima Marker Beacon pada
pesawat akan menyalakan lampu merah lembayung (purple), melewati Middle Marker
maka penerima akan menyalakan lampu kuning gading (amber), dan melalui Inner
Marker akan menyalakan lampu putih.
Tiap lokasi ILS mempunyai Identifikasi yang dipancarkan lewat
Localizer dengan kode tertentu (ditetapkan) dengan nada 1020 Hz.
Paramater yang kritis pada ILS dimonitor dengan memasang
antena monitor dekat dengan antena yang memancarkan sistem ILS dan ini disebut
monitor Near Field.
Mungkin dipakai tambahan monitor yang tergabung dengan elemen
radiasi (antena) disebut monitor Integral.
Dalam beberapa hal dipasang tambahan monitor pada Inner
Marker, monitor ini disebut monitor Far Field.
Monitor tersebut selalu mengecek/mendeteksi sinyal yang dipancarkan
dan memulai sistem kontrol untuk memindahkan ke pemancar standby atau mematikan
bila terjadi parameter yang dimonitor dalam kondisi diluar toleransi.
1.4.TEORI LOCALIZER
Localizer
ILS menggunakan jajaran antena multielemen untuk menghasilkan radiasi sinyal
yang direncanakan / diminta.
Dua sinyal dipancarkan oleh pemancar yang menghasilkan :
a.
Sinyal Carrier and Side Band (CSB)
b.
Sinyal Side Band Only (SBO)
Sinyal
yang dipancarkan diudara terdiri dari kombinasi kedua sinyal tersebut dan
menghasilkan pola radiasi gabungan (composite radiation pattern). Efek ini
disebut Space Modulation.
Sinyal CSB adalah RF frekwensi Carrier yang dimodulasi dengan
dua frekwensi audio, 90 Hz dan 150 Hz dan menghasilkan suatu sinyal modulasi
amplitudo yang terdiri sbb:
a.
RF Carrier (FC)
b.
Upper Sideband, RF plus 90 Hz dan RF plus 150 Hz.
c.
Lower Sideband, RF minus 90 Hz dan RF minus 150 Hz.
Besarnya
modulasi AM audio frekwensi (90 Hz atau 150 Hz) pada frekwensi carrier adalah
20%, total modulasi kedua audio tersebut adalah 40%.
Sinyal SBO adalah frekwensi Sideband saja dan frekwensi
carriernya dihilangkan (diperlemah). Karena ada dua audio modulasi frekwensi
(90 Hz dan 150 Hz), hasil frekwensi sideband adalah:
a.
Frekwensi RF Carrier plus dan minus 90 Hz.
b.
Frekwensi RF Carrier plus dan minus 150 Hz.
Bila
dua sinyal (CSB dan SBO) di atas dipancarkan, hasil kombinasi kedua sinyal
tersebut tidak ada perbedaan Modulation Depth, karena kedua sinyal mempunyai
Modulation Depth dan fase yang sama.
Supaya menghasilkan
radiasi ILS seperti yang diminta perlu merubah hubungan fase dari Sideband
(SBO) tersebut:
a.
Menggeser fase 180º antara Sideband 90 Hz dan Sideband
150 Hz.
b.
Namun hal di atas belum menghasilkan hasil radiasi yang
dikehendaki karena salah satu Sideband dari SBO akan menambah radiasi CSB, sedangkan
Sideband dari SBO yang lain akan saling menghilangkan karena fase digeser 180º
tersebut.
Untuk
mendapatkan pancaran yang dikehendaki selanjutnya menggeser fase 180º sinyal
SBO pada separo sistem jajaran antena.
Demikian sehingga hasil :
a.
Separo dari jajaran antena akan memancarkan kombinasi
sinyal CSB dan SBO dimana sideband 90 Hz akan saling menambah (sama fasenya),
sedangkan sideband 150 Hz akan saling menghilangkan (berbeda fase 180º)
b.
Separo dari jajaran antena yang sebaliknya akan
memancarkan kombinasi sinyal CSB dan SBO dimana sideband 150 Hz akan saling
menambah (sama fasenya), sedangkan sideband 90 Hz akan saling menghilangkan
(berbeda fase).
Sinyal CSB dipancarkan dari sepasang antena bagian tengah dari
jajaran antena Localizer dan menghasilkan DDM=0 pada as landasan.
SBO dipancarkan oleh pasangan antena yang terletak di sebelah
kanan dan kiri landasan dan menghasilkan sinyal 90 Hz yang mendominasi sebelah
kiri landasan sedangkan sinyal 150 Hz akan mendominasi sebelah kanan landasan.
Biasanya sinyal CSB menghasilkan pancaran yang lebih kuat pada
pasangan antena bagian tengah dan SBO pada pasangan bagian luar (ujung). Hal
ini mempunyai efek yang relatif menghasilkan beam yang sempit (narrow beam)
atau lobe yang diarahkan pada lintasan pendekatan.
Menambah power SBO terhadap CSB power akan menghasilkan beam
yang sempit (sudut course width mengecil) dan sebaliknya.
Bila sinyal CSB saja yang dipancarkan (tidak dengan SBO)
sistem akan menjadi tidak terarah (non-directional) dan menghasilkan DDM=0 pada
semua daerah.
Hal ini digunakan untuk menyetel peralatan dan meyakinkan
bahwa level modulasi 90 Hz dan 150 Hz adalah balance.
1.5.TEORI GLIDE SLOPE
Prinsip
kerja Glide Slope sama dengan Localizer, kecuali informasi yang diberikan
adalah sudut pendaratan pada bidang vertikal.
Untuk menghasilkan hal tersebut di atas antena Glide Slope
dipasang pada tiang vertikal, satu antena di atas antena yang lain. Tanah di
depan antena Glide Slope berfungsi sebagai reflektor dan sudut pendaratan
(sudut Glide Slope) ditentukan oleh tinggi antena terhadap tanah.
Karena tanah berfungsi sebagai reflektor adalah penting supaya
daerah/tanah di depan antena Glide Slope dijaga tetap rata (sesuai
persyaratannya) dan bebas halangan.
Ada tiga tipe sistem antena Glide Slope untuk mengatasi
macam-macam kondisi lokasi, sbb:
a.
Null Referance Glide Slope.
b.
Sideband Referance (B-Type) Glide Slope
c.
“M” array Glide Slope
a.
Null Referance Glide Slope.
Antena Null Referance system adalah konfigurasi yang
sederhana dan digunakan apabila kondisi lokasi yang akan dipasang antena Glide
Slope adalah rata di bagian depan antena sampai 450 m.
Sistem antena terdiri dari dua antena yang dipasang pada
tiang, satu antena dipasang di atas antena yang lain secara vertikal.
Antena bagian bawah memancarkan Course sinyal CSB saja,
dan dipasang pada tinggi (h) kira-kira 5 x panjang gelombang dari atas tanah.
Antena bagian bawah ini menghasilkan lobe utama (major
lobe) dengan sudut 3º pada bagian tengahnya.
Antena bagian atas dipasang dua kali tinggi antena bagian
bawah (2h) dan memancarkan sinyal SBO saja.
Antena bagian atas ini menghasilkan pancaran 2 (dua) lobe
dan minimum (nol) pada sudut 3º.
Hasil kombinasi di udara dari sinyal CSB hasil antena
bagian bawah dan sinyal SBO hasil antena bagian atas, menghasilkan DDM=0 pada
sudut 3º dengan modulasi 150 Hz mendominasi bagian bawah sudut Glide Slope dan
modulasi 90 Hz mendominasi bagian atas sudut Glide Slope.
b.
Sideband Referance (B-Type) System.
Sideband
Referance system dipasang apabila kondisi lokasi yang akan dipasang Glide Slope
dimana bagian depan dari antena Glide Slope terdapat tanah lapang/daerah yang
curam.
Sistem antena terdiri dari dua antena yang dipasang pada
tiang, satu antena dipasang di atas antena yang lain secara vertikal tetapi
tinggi antena (h) berbeda dengan tinggi antena Null Referance System.
Antena bawah dipasang tinggi h/2, memancarkan sinyal CSB
dan SBO dan menghasilkan lobe utama 2 kali sudut Glide Slope.
Antena atas dipasang tinggi 3h/2 dan memancarkan sinyal
SBO saja dan menghasilkan beberapa lobe dengan null (sinyal null) pertama pada
4º (first null centered on 4º). Perubahan tinggi antena dan kombinasi sinyal
menghasilkan pola radiasi Glide Slope sedemikian hingga pengaruh yang
disebabkan oleh tanah lapang/daerah di depan antena menjadi berkurang/kecil.
c.
“M” Array Glide Slope
“M” Array System dipasang apabila kondisi
lokasi yang akan dipasang Glide Slope antena dimana bagian depan antena Glide
Slope terdapat tanah lapang/daerah halangan berupa bukit, gedung-gedung dan
transmisi listrik. Susunan
“M” Array antena terdiri dari 3 antena yang dipasang vertikal pada satu tiang,
satu antena di atas antena yang lain.
Antena bagian bawah dengan tinggi h, memancarkan
kombinasi sinyal CSB dan SBO dengan lobe utama pada 3º.
Antena tengah dengan tinggi 2h, juga memancarkan
kombinasi sinyal CSB dan SBO dengan minimum lobe pada 3º. Antena atas dengan
tinggi 3 h, yang memancarkan sinyal SBO saja dan menghasilkan beberapa lobe
dengan maximum lobe pada 1º dan 3º serta minimum lobe pada 2º dan 4º.
Kombinasi sinyal menghasilkan radiasi (field strength)
pada sudut di bawah 1º sangat berkurang sehingga sistem tidak begitu
terpengaruh adanya bukit.
Seperti dalam Localizer, sinyal clearance dipasang untuk
memberikan indikasi “terbang-keatas” (fly up). Dalam hal ini hanya 150 Hz SBO
yang digunakan dan dipancarkan dari antena bagian bawah dan atas.
Untuk mengarahkan pancaran sinyal semua sistem diatas
menggunakan multielemen antena dipole jalur lebar (broadband antena).
1.6.RUMUS – RUMUS
a.
![]() |
Modulation Depth dapat dihitung dengan rumus sbb :



b.
Modulation
Power dapat dihitung dengan rumus sbb. :




c.
Space
Modulation Depth dan DDM dapat dihitung dengan rumus sbb. :






DDM dapat
ditulis dalam 3 cara :
§ %
§ Modulation
factor
§ Micro
Ampere (mA)
d.
Rumus untuk menghitung Course
Width :

dimana :
q
= course width
A = jarak antena Localizer terhadap runway end
L
= panjang runway
e. Rumus-rumus
ketinggian antena Glide Slope
Sistem
antena Glide Slope
|
hA1
|
hA2
|
hA3
|
|
Null
Reference
|
l /
4 sin q
|
2hA1
|
-
|
|
Sideband
Reference
|
l /
8 sin q
|
3
hA1
|
-
|
………………(15)
|
Capture
Effect (M - Type)
|
l /
4 sin q
|
2hA1
|
3hA1
|
|
l = panjang gelombang =

30 = sudut luncur
f. Rumus
jarak penempatan antena Glide Slope terhadap threshold sebagai
berikut :
(1) Pada
kondisi landasan pacu yang rata (flat) mulai titik pendaratan sampai
dengan threshold.

![]() |
(2) Pada
kondisi landasan pacu yang thresholdnya lebih tinggi dari pada titik
pendaratan (down slope).

![]() |
(3) Pada
kondisi landasan pacu yang thresholdnya lebih rendah dari pada titik
pendaratan (up slope).

![]() |
Dimana
: D = Jarak longitudinal antara Threshold dengan letak antena
TCH = Ambang batas ketinggian
pesawat udara di atas Threshold (Threshold Crossing Height)
q = Sudut
nominal untuk pendaratan dengan ILS sebesar 3º.
s = Slope kemiringan rata-rata landasan pacu
diri Threshold sampai dengan titik pendaratan (tan a).
a = Sudut
kemiringan rata-rata landasan pacu diri Threshold sampai dengan titik
pendaratan.
1.7.DEFINISI
Teknisi diharap mengenal istilah-istilah yang umum
dipakai sebagai berikut:
ALIGNMENT:
Posisi atau
arah yang bertepatan dengan patokan nominalnya.
COURSE LINE:
Tempat kedudukan
titik-titik yang terletak paling dekat dengan sumbu landasan pada bidang
horizontal dimana DDM= nol (zero).
COURSE BENDS:
Posisi rata-rata jalur
pendekatan dari frekwensi dan besarnya perubahan Course Line / Sudut pendaratan
dimana masih bisa diikuti untuk pendekatan ke landasan oleh pesawat.
COURSE ROUGHNESS:
Perobahan yang cepat dan
tidak teratur dari Course Line/Sudut pendaratan suatu jalur pendekatan yang
tidak bisa diikuti untuk pendekatan ke landasan oleh pesawat.
COURSE SCALLOPING:
Perobahan yang cepat dan
berirama teratur dari Course Line/Sudut pendaratan suatu jalur pendekatan yang
tidak bisa diikuti untuk pendekatan ke landasan oleh pesawat.
COURSE ALIGNMENT ERROR:
Besarnya sudut/linier
Course Line rata-rata dari Course Line nominal.
COURSE SECTOR:
Sektor bidang horizontal yang terletak pada Course
Line dan batas tempat kedudukan titik-titik yang dekat dengan Course Line
tersebut yamg mempunyai DDM=0.155.
COVERAGE:
Ruang udara yang
dipersyaratkan melingkup sinyal RF dengan karakteristik tertentu, yang
dipancarkan oleh Localizer, Glide Slope atau Marker Beacon.
DECISION HEIGHT:
Ketinggian yang ditentukan
untuk memulai pembatalan pendekatan ke landasan oleh penerbang bila jarak
pandang tidak memenuhi syarat untuk pendaratan.
DIFFERENCE IN DEPTH OF
MODULATION (DDM):
Persentase kedalaman
modulasi (modulation depth) dari sinyal yang besar dikurangi persentase
kedalaman modulasi dari sinyal yang kecil.
DISPLACEMENT ERROR:
Pemindahan sudut/linier
dari sembarang titik DDM=0 terhadap Course Line nominal atau sudut pendaratan
nominal.
DISPLACEMENT SENSITIVITY
(Localizer):
Perbandingan DDM terukur
terhadap jarah perpindahan posisi kesamping dalam bidang horizontal (lateral)
garis patokan.
FACILITY PERFORMANCE CATEGORY
I –ILS:
ILS yang memberikan
informasi untuk pendekantan ke landasan dari limit jangkauan ILS ke suatu titik
dimana Course Line Localizer berpotongan dengan sudut pendaratan Glide Slope
pada ketinggian 60 meter atau kuarang yang terletak di atas bidang horizontal
yang melalui threshold.
FACILITY PERFORMANCE
CATEGORY II –ILS:
ILS yang memberikan
informasi untuk pendekantan ke landasan dari limit jangkauan ILS ke suatu titik
dimana Course Line Localizer berpotongan dengan sudut pendaratan Glide Slope
pada ketinggian 15 meter atau kuarang yang terletak di atas bidang horizontal
yang melalui threshold.
FACILITY PERFORMANCE
CATEGORY III –ILS:
ILS yang memberikan
informasi untuk pendekantan untuk pendaratan ke landasan dari limit jangkauan
ILS sampai kepermukaan landasan.
FLAG ALARM:
Indikasi alarm pada
peralatan penerima pesawat terbang, sebagai peringatan penerbang bahwa tidak
ada informasi pedoman Localizer/Glide Slope yang memenuhi syarat, karena
pemancar atau penerima ILS rusak.
GLIDE PATH ANGLE:
Sudut antara garis lurus
dari glide parh ILS dengan horizontal.
GLIDE PATH SECTOR:
Sektor bidang vertical
yang tersetak pada garis sudut pendaratan ILS dan batas tempat kedudukan
titik-titik yang terdekat dengan garis sudut pendaratan tersebut yang mempunyai
DDM=0.175
ILS REFERENCE DATUM:
Suatu titik pada
ketinggian yang ditentukan dan terletak vertical di atas perpotongan as
landasan dan threshold dimana dilalui oleh perpanjangan garis sudut pendaratan
ILS.
LOW CLEARANCE ZONE:
Daerah di luar Course
Sector atau Glide Path Sector dimana harga DDM lebih kecil dari yang
dipersyaratkan untuk daerah tersebut.
2.
PRINSIP PERALATAN
2.1.LOCALIZER
Sistem terdiri dari sistem pemancar, sistem antena
dan sistem monitor.
Sistem pemancar terdiri dari dua pemancar,
control unit, dua monitor, antena change over, dua power supply dan battery.
Sistem pemancar menghasilkan sinyal carrier dimodulasi dengan sinyal navigasi
90 Hz dan 150 Hz. Modulasi tersebut menghasilkan sinyal carrier side band
(CARR) dan side band only (SB) yang akan dipancarkan melalui antena.
Sistem antena terdiri dari 14 LPDA, sebuah
antena network yang mengombinasikan sinyal CARR dan SB dari pemancar dan
monitor network yang mengombinasikan sinyal pick up dari antena dan field
monitor untuk memonitor course position dan course width pancaran Localizer.
Sistem monitor terdiri dari dua integral
dan dua near field monitor yang menerima sinyal monitor dari monitor network.
Jika sinyal monitor tidak sesuai dengan preset limit, akan terjadi indikasi
alarm dan control unit akan mentransfer atau shutdown pemancar.
Peralatan pemancar terdiri dari RF OSC
unit, PA unit, MSG unit, PH CONT unit dan DISP unit.
PLL synthesizer RF OSC membangkitkan
sinyal VHF 108 – 112 MHz dan dibagi ke sistem CARR dan SB. PA unit menguatkan
keluaran sinyal CARR menjadi 15 W (modulation depth 40%) dengan gain sekitar +
40.8 dBm dan sinyal SB 0.3 W dengan gain sekitar + 27 dBm. PA unit juga
berfungsi menghasilkan sinyal RF envelope untuk sinyal AGC dan sinyal deteksi
fase.
MSG unit menghasilkan sinyal 90 Hz + 150
Hz dan sinyal 90 Hz – 150 Hz, kemudian dimodulasikan AM pada VCA dan diteruskan
ke directional coupler pada PA unit untuk mendeteksi phase error terhadap
sinyal REF dari PH CONT unit kemudian dikembalikan ke RF OSC unit dan
dibandingkan dengan sinyal referensi dari MSG unit. Rangkaian loop ini juga
berfungsi sebagai AGC/ALC agar power output konstan.
DISP unit berfungsi mengontrol dan
mengeset data yang dikirimkan ke pemancar yaitu CARR AMP, SB AMP, MOD DP, MOD
BAL, SB PH, ID LVL, ID NORM, ID SPC, ID CNT, 3 dB ATT ON, SB OFF, 90 Hz OFF,
150 Hz OFF.
Panel Monitor Control digunakan untuk
mengontrol dan memonitor sub sistem Localizer, menunjukkan status dan
menyediakan remote interface. Monitor Control terdiri dari MON unit, TST SG
unit, MPU unit, Control Unit, COM unit.
MON unit memonitor sinyal INTG dan sinyal
ID yang dipick up dari antena transmisi dan sinyal NF dari antena monitor.
Parameter yang dimonitor adalah Modulation
factor, RF level, DDM, SDM dan kemudian
dibandingkan dengan alarm setting dari MPU unit dan menyimpannya sebagai data.
TST SG unit membangkitkan sinyal modulasi
90/150 Hz untuk mengkalibrasi MON unit.
MPU Unit berfungsi mengolah data
monitoring dari MON unit, Control Unit dan peralatan eksternal menjadi data
pengukuran. MPU unit juga menyediakan interface dengan RMMS dan BITE
menggunakan sistem RS-232 C untuk serial communication, menerima alarm setting
dari BITE kemudian mengeset alarm setting pada MON unit.
Control Unit berfungsi mengontrol operasi
monitor, pemancar dan antena change over, memilih operasi remote/local dan
mengirim data ke MPU unit dan COM unit. Control unit menganalisa alarm dari MON
unit untuk transfer otomatis dan shutdown pemancar.
COM unit digunakan untuk komunikasi dengan
RCSU, mengirim dan menerima sinyal kontrol dan monitor via modem atau kabel
melalui port Ch A RS-232 C.
2.2.GLIDE SLOPE
Peralatan Glide Slope identik dengan peralatan
Localizer, kecuali sebagai berikut :
Sistem antena terdiri dari 2 antena untuk
tipe NR dan SBR dan 3 antena tipe M-Array (CE) serta sebuah antena field
monitor untuk memonitor course position dan course width pancaran Glide Slope.
Sistem monitor terdiri dari dua near field
monitor yang menerima sinyal monitor dari antena field monitor. Jika sinyal
monitor tidak sesuai dengan preset limit, akan terjadi indikasi alarm dan
control unit akan mentransfer atau shutdown pemancar.
PLL synthesizer RF OSC membangkitkan
sinyal UHF 328.6 – 335.4 MHz dan dibagi ke sistem CARR dan SB. PA unit
menguatkan keluaran sinyal CARR menjadi 5 W (modulation depth 80%) dengan gain
sekitar + 34.1 dBm dan sinyal SB 0.05 W dengan gain sekitar + 24.7 dBm.
DISP unit berfungsi mengontrol dan
mengeset data yang dikirimkan ke pemancar yaitu CARR AMP, SB AMP, MOD DP, MOD
BAL, SB PH, 3 dB ATT ON, SB OFF, 90 Hz OFF, 150 Hz OFF.
MON unit hanya memonitor sinyal NF dari
antena monitor.
2.3.MARKER BEACON
Peralatan Marker Beacon
dibandingkan dengan peralatan Localizer dan Glide Slope memiliki
perbedaan-perbedaan sebagai berikut :
Sistem antena terdiri dari sebuah antena yagi
dua elemen.
Sistem monitor terdiri dari dua integral
monitor. Jika sinyal monitor tidak sesuai dengan preset limit, akan terjadi
indikasi alarm dan control unit akan mentransfer atau shutdown pemancar.
Peralatan pemancar terdiri dari MOD unit,
PA unit, dan DISP unit.
MOD unit membangkitkan sinyal carrier 75
MHz dan dimodulasi dengan sinyal audio 400 Hz, 1300 Hz atau 3000 Hz. PA unit
menghasilkan keluaran sinyal 3 W (OM),
1 W (MM dan IM) dengan modulation depth
95%.
DISP unit berfungsi mengontrol dan
mengeset data yang dikirimkan ke pemancar yaitu RF AMP, MOD DP, ID NORM, ID
SPC, ID CNT.
MON unit memonitor sinyal INTG yaitu ID
keying.
TST SG unit membangkitkan sinyal audio 400
Hz, 1300 Hz dan 3000 Hz untuk mengkalibrasi MON unit.
2.4.SPESIFIKASI
PERALATAN
Spesifikasi berikut di
bawah hanya meliputi parameter utama saja, untuk parameter yang menyeluruh
dapat dilihat pada buku manual dari pabrik.
LOCALIZER
|
NILAI
NOMINAL
|
Frequency Range
|
108 - 111,975 MHz
|
Frequency Stability
|
± 0,001 %
|
Course Width
|
Adjustable 2.4° s/d 6°
|
Coverage
|
25 NM dalam daerah ±10°
|
|
17 NM antara ±10° s/d ±35°
|
|
10 NM diluar ±35°
|
Nominal
Power Output
|
15 W
|
Modulation
Depth
90Hz &
150Hz
|
20 ± 2%
|
Identification
Frequency
|
(1020 ± 5 ) Hz
|
Modulation
Depth For
Identification 1020 Hz
|
10 ± 5%
|
GLIDE SLOPE
|
|
Frequency Range
|
328,6 – 335,4 MHz
|
Frequency Stability
|
± 0,001 %
|
Glide Angle
|
Adjustable 2° s/d 4°
|
Coverage
|
10 NM dalam daerah ±8° dari C/L
|
|
& 0.45q s/d 1.75q
|
Nominal
Power Output
|
± 5 watt
|
Modulation
Depth
90Hz & 150Hz
|
40 ± 2.5 %
|
MARKER
BEACON
|
|
Frequency Range
|
75 MHz
|
Frequency Stability
|
± 0,001 %
|
Nominal
Power Output
|
Outer : 3 W
Inner/Middle : 1 W
|
Modulation
Frequency
|
400 ± 1 Hz, 1300 ± 1 Hz, 3000 ± 1 Hz
|
Modulation
Depth
|
95 ± 4 %
|
3.
PERSYARATAN
GROUND INSPECTION
Rekomendasi toleransi dari ICAO DOC
8071 Vol. II
LOCALIZER
No.
|
Parameter
|
Cat.
|
Nominal
|
Toleransi
|
1.
|
Course
Alignment
|
I
II
III
|
C/L
|
Sama dg ± 10.5 m (± 35 ft)
Sama dg ± 7.5 m (± 25 ft)
[Sama dg ± 4.5 m (± 15 ft)]
Sama dg ± 3.0m (± 10 ft)
|
2.
|
Displacement
Sensitivity
|
I
II
III
|
0.00145 DDM/m
(0.00044 DDM/ft)
di ILS ref. Datum
|
Sama dg ± 17%
Sama dg ± 17%
[Sama dg ± 10%]
Sama dg ± 10%
|
3.
|
Off Course
Clearance
|
I
II
III
|
DDM > 0.18
|
Pada kedua sisi Course Line
bertambah 0.18 DDM linier.
|
4.
|
Polarization
|
I
II
III
|
Tidak ada polarisasi vertikal
|
Kesalahan DDM 0.016
Kesalahan DDM 0.008
Kesalahan DDM 0.005
|
5.
|
Carrier Frequency :
Single Frekwensi
Dual Frekwensi
Perbedaan Frek.
|
|
Frekwensi kerja
|
± 0.005%
± 0.002%
antara 5 kHz dan 14 kHz
|
6.
|
Output Power :
Single Frekwensi
Dual Frekwensi
|
|
Ditentukan waktu kalibrasi perdana
|
> 50% dari standar.
> 80% dari standar untuk sistem
Course.
> 50% dan < 100% untuk sistem
Clearance.
|
7.
|
Tone Frequency
|
I
II
III
|
90 Hz dan 150 Hz
|
± 2.5% [1.5%]
± 1.5%
± 1.0%
|
8.
|
Modulation Depth
(90 Hz dan 150 Hz)
|
I
II
III
|
20% pada C/L
|
18% - 22%
18% - 22% [19% - 21%]
19% - 21%
|
9.
|
Modulation Depth
(1020 Hz)
|
|
10%
|
7% - 15%
|
10.
|
Modulation Depth
(Voice)
|
|
35%
|
30% - 40% (rata-rata)
|
11.
|
Harmonic Content
Of 90Hz And 150Hz Tones
|
I
II
III
|
|
Tidak > 10% tiap tone.
Tidak > 10% tiap tone.
Harmonik kedua untuk 90 Hz tidak
> 5% untuk Kat. III
|
12.
|
Fluctuation Of
Course Line
|
III
|
Tidak ada fluktuasi
|
0.005 DDM (5 mA)
puncak-ke-puncak dalam band frekwensi.
0.01 sampai 10 Hz
|
13.
|
90 Hz Dan 150 Hz
Phasing
|
I
II
III
|
sama fase
|
20º
20º relatif terhadap 150 Hz
10º
|
14.
|
Monitor System
Operation
|
I
II
III
|
Kesalahan waktu radiasi < 10
detik.
< 5 detik [3 detik].
< 2 detik [ 1 detik].
|
|
15.
|
Monitor Course
Alignment Alarm
|
I
II
III
|
± 10.5 m (± 35 ft)
± 7.5 m (± 25 ft)
± 6.0 m (± 20 ft)
|
Tidak lebih dari nominal limit.
|
16.
|
Monitor
Displacement
Sensitivity Alarm
|
|
± 17%
|
Tidak lebih dari nominal limit.
|
17.
|
Monitor Power
Reduction Alarm
Single Frekwensi
Dual Frekwensi
|
|
< 50%
< 20%
|
Tidak lebih dari nominal limit.
|
18.
|
Course Structure
Along Runway
|
III
|
|
Dari ILS ref. Datum ke ILS Point D: ±5mA. Dari Point D ke ILS Point E :±5mA. Pada ILS Point D, meningkat linier menjadi 10mA pada ILS Point E.
|
GLIDE SLOPE
|
Parameter
|
Cat.
|
Nominal
|
Toleransi
|
1.
|
Angle
Stability
|
I
II
III
|
Sudut nominal q
|
± 7.5% Sudut nominal q
± 7.5% Sudut nominal q
± 4.0% Sudut nominal q
|
2.
|
Displacement
Sensitivity
(Half Sector)
|
I
II
III
|
Harga nominal
pada waktu kalibrasi perdana
|
± 25%
± 20%
± 15%
|
3.
|
Clearance
Below
Path
|
I
II
III
|
|
Tidak kurang dari harga nominal
|
4.
|
Carrier
Frequency
Single
Frekwensi
Dual
Frekwensi
Perbedaan
Frek.
|
|
Frekwensi
kerja
|
± 0.005%
± 0.002%
antara 4 kHz
dan 32 kHz
|
5.
|
Output Power
:
Single
Frekwensi
Dual
Frekwensi
|
|
Ditentukan waktu kalibrasi perdana
|
> 50% dari
standar.
> 80% dari
standar untuk sistem Course.
> 50% dan
< 100% untuk sistem Clearance.
|
6.
|
Tone
Frequency
(90 Hz Dan
150 Hz)
|
I
II
III
|
90 Hz dan 150 Hz
|
± 2.5% [1.5%]
± 1.5%
± 1.0%
|
7.
|
Modulation
Depth
(90 Hz Dan
150 Hz)
|
|
40%
|
± 2.5%
|
8.
|
Harmonic
Content
Of 90Hz and
150Hz Tones
|
I
II
III
|
|
Tidak >
10% tiap tone.
Tidak >
10% tiap tone.
Harmonik
kedua untuk 90 Hz tidak > 5% untuk Kat. III
|
9.
|
Fluctuation
Of
Glide Path
|
III
|
Tidak ada fluktuasi
|
0.02 DDM (18 mA)
puncak-ke-puncak dalam band frekwensi
0.01 sampai
10 Hz
|
10.
|
90 Hz Dan 150
Hz
Phasing
|
I
II
III
|
Sama fase
|
20º
20º relatif
terhadap 150 Hz
10º
|
11.
|
Monitor
System
Operation
|
I
II
III
|
Kesalahan
waktu radiasi < 6 detik.
< 2 detik
[1 detik].
< 2 detik
[1 detik].
|
|
12.
|
Monitor Angle
Alarm
|
|
± 7.5% dari sudut nominal.
|
Tidak lebih dari nominal limit.
|
13.
|
Monitor
Displacement
Sensitivity
Alarm
|
|
± 25% dari harga nominal yang
diseleksi
|
Tidak lebih dari nominal limit.
|
14.
|
Monitor Power
Reduction
Alarm
Single
Frekwensi
Dual
Frekwensi
|
|
< 50%
< 50%
|
Tidak lebih dari nominal limit.
|
Permisi Bang, kebetulan ada analisa yang Saya butuhkan dengan rumus-rumus yang di share diatas, tetapi gambar rumus tsb tidak muncul Bang. Apakah ada e-mail yang bisa Saya hubungi? Terimakasih sebelumnya. Ini e-mail Saya: christoverdavid@gmail.com
BalasHapusgambarnya tidak bisa dimuat sama sekali
BalasHapus