Minggu, 18 Juni 2017

ILS (INSTRUMENT LANDING SYSTEM)

1.                  PRINSIP SISTEM ILS

1.1.UMUM
ILS singkatan dari Instrument Landing System adalah alat bantu navigasi yang memberi informasi kepada penerbang untuk pendekatan menuju ke landasan.
ILS dimaksud untuk memudahkan penerbang mengadakan pendekatan ke landasan terutama pada waktu cuaca kurang baik dan visibility yang terbatas. Karena itu ILS dapat meningkatkan banyaknya pendaratan dari suatu bandara pada segala cuaca.

1.2.PENJELASAN ILS
Supaya aman melakukan proses pendekatan atau pendaratan ke landasan adalah perlu memberikan informasi yang tepat untuk posisi/jarak pesawat terhadap threshold landasan, posisi terbang di sumbu/as (center line) landasan dan sudut pendaratan.
3 (tiga) komponen informasi dari sistem ILS.
a.       Pemancar Localizer sebagai pemandu kekanan/kekiri dari as landasan.
b.      Pemancar Glide Slope sebagai  pemandu sudut pendaratan pada sumbu landasan.
c.       Marker Beacon (Inner, Middle dan Outer Marker Beacon) yang terletak pada jarak tertentu dari threshold sebagai pemandu jarak horizontal terhadap threshold landasan.
Dalam kondisi tertentu  peralatan DME dapat digunakan sebagai pengganti Marker Beacon tersebut.





Localizer bekerja pada frekwensi VHF antara 108 – 111.975 MHz dan umumnya dengan jangkauan penerimaan ± 25 NM.
Jajaran antena Localizer terletak ± 1000 feet (300 m) dari ujung (stop end) landasan dan umumnya terletak tegak lurus dengan as landasan.
Glide Slope bekerja pada frekwensi UHF antara 328.6 MHz – 335.4 MHz dan umumnya dengan jangkauan penerimaan ± 10 NM.
Antena Glide Slope terletak pada jarak ±300 m dari threshold pendaratan dan ±120 m dari as landasan.
Marker Beacon bekerja pada frekwensi VHF pada frekwensi 75 MHz. Marker Beacon digunakan untuk memberi informasi jarak terhadap threshold, sbb:
Outer Marker terletak 7,2 Km dari threshold pendaratan, dimodulasi dengan nada (tone) 400 Hz dan dikode/sandi dengan garis-garis.
Middle Marker terletak 1050 m dari threshold pendaratan, dimodulasi dengan nada (tone) 1300 Hz dan dikode/sandi dengan garis dan titik.
Inner Marker terletak antara 75 m dan 450 m dari threshold pendaratan, dimodulasi dengan nada (tone) 3000 Hz dan dikode/sandi dengan titik-titik.
Dalam beberapa hal Marker Beacon tidak dipasang, sebagai gantinya dapat dipasang DME pada Glide Slope (co-located).
Peralatan  ILS pada umumnya terdiri dari Pemancar dual, monitor, kontrol dan jajaran antena.


1.3.TEORI ILS
Localizer maupun Glide Slope bekerja dengan prinsip yang sama.
Localizer bekerja untuk memberikan informasi panduan horizontal, sedangkan Glide Slope memberi informasi panduan vertikal.
Pemancar memancarkan frekwensi carrier yang dimodulasi AM (Amplitude Modulated) dengan dua sinyal audio ialah 90 Hz dan 150 Hz.
Bila pesawat pada posisi sudut pendaratan dan perpanjangan as landasan, akan menerima sinyal modulasi 90 Hz dan 150 Hz yang sama besarnya (DDM=0).
Dari penjelasan ini dapat dilihat bahwa posisi pesawat adalah berhubungan dengan perbedaan Modulation Depth 90 Hz dan 150 Hz.
Untuk Localizer DDM=0 bila posisi pesawat pada perpanjangan as landasan, sedangkan untuk Glide Slope DDM=0 bila posisi pesawat pada posisi sudut pendaratan.
Pada Localizer modulasi sinyal 90 Hz mendominasi sebelah kiri perpanjangan as landasan pendekatan dan 150 Hz mendominasi sebelah kanan perpanjangan as landasan pendekatan.
Untuk Glide Slope modulasi sinyal 90 Hz mendominasi di atas sudut pendaratan (descent path) dan 150 Hz mendominasi di bawah sudut pendaratan. Sudut pendaratan pada umumnya 3 derajat.
Karena pancaran frekwensi yang dipakai Localizer maupun Glide Slope terpengaruh terhadap pantulan pancaran dari bangunan, gunung-gunung. Bila perlu untuk mengurangi pengaruh tersebut dapat menambahkan pancaran sinyal di udara yang disebut Clearance pada ILS.
Pancaran Clearance pada Localizer mendominasi sudut 10º sampai 35º dari perpanjangan as pada kedua sisi perpanjangan landasan.
Sinyal Clearance pada daerah tersebut lebih kuat dan dapat menanggulangi terhadap pantulan sinyal (yang tidak dikehendaki) yang dihasilkan oleh side lobe dari sinyal Course (sinyal normal).
Pancaran sinyal Clearance juga sama pada Glide Slope, sinyal Clearance memperkuat sinyal modulasi 150 Hz (bagian bawah sudut pendaratan), untuk memastikan/menjamin indikasi terbang ke atas secara positip (positive fly up).
Pancaran RF sinyal Clearance dihasilkan oleh pemancar yang kedua dan beroperasi sama seperti prinsip pemancar yang memancarkan RF sinyal Course, namun ada perbedaan RF / frekwensi kerja antara pemancar Clearance dengan pemancar Course yaitu sebesar 8 - 9 KHz.
Perbedaan frekwensi kerja ini masih dalam lebar jalur frekwensi (bandwidth) dari penerima ILS pada pesawat, dan penerima ini akan memilih (“lock on”) sinyal yang lebih kuat.
Bila sistem kedua Course dan Clearance tersebut dipakai untuk ILS disebut Dua Frekwensi Localizer/Glide Slope (Two Frequency Localizer/Glide Slope).
Pancaran Marker Beacon berbentuk kipas vertikal (vertical fan shaped), dan tiap Marker mempunyai nada dan kode berlainan. Besarnya pancaran kipas vertikal tergantung dari penyetelan keluaran power (power output) dari Marker Beacon.
Bila pesawat melewati Outer Marker penerima Marker Beacon pada pesawat akan menyalakan lampu merah lembayung (purple), melewati Middle Marker maka penerima akan menyalakan lampu kuning gading (amber), dan melalui Inner Marker akan menyalakan lampu putih.
Tiap lokasi ILS mempunyai Identifikasi yang dipancarkan lewat Localizer dengan kode tertentu (ditetapkan) dengan nada 1020 Hz.
Paramater yang kritis pada ILS dimonitor dengan memasang antena monitor dekat dengan antena yang memancarkan sistem ILS dan ini disebut monitor Near Field.
Mungkin dipakai tambahan monitor yang tergabung dengan elemen radiasi (antena) disebut monitor Integral.
Dalam beberapa hal dipasang tambahan monitor pada Inner Marker, monitor ini disebut monitor Far Field.
Monitor tersebut selalu mengecek/mendeteksi sinyal yang dipancarkan dan memulai sistem kontrol untuk memindahkan ke pemancar standby atau mematikan bila terjadi parameter yang dimonitor dalam kondisi diluar toleransi.

1.4.TEORI LOCALIZER
Localizer ILS menggunakan jajaran antena multielemen untuk menghasilkan radiasi sinyal yang direncanakan / diminta.
Dua sinyal dipancarkan oleh pemancar yang menghasilkan :
a.       Sinyal Carrier and Side Band (CSB)
b.      Sinyal Side Band Only (SBO)
Sinyal yang dipancarkan diudara terdiri dari kombinasi kedua sinyal tersebut dan menghasilkan pola radiasi gabungan (composite radiation pattern). Efek ini disebut Space Modulation.
Sinyal CSB adalah RF frekwensi Carrier yang dimodulasi dengan dua frekwensi audio, 90 Hz dan 150 Hz dan menghasilkan suatu sinyal modulasi amplitudo yang terdiri sbb:
a.       RF Carrier (FC)
b.      Upper Sideband, RF plus 90 Hz dan RF plus 150 Hz.
c.       Lower Sideband, RF minus 90 Hz dan RF minus 150 Hz.
Besarnya modulasi AM audio frekwensi (90 Hz atau 150 Hz) pada frekwensi carrier adalah 20%, total modulasi kedua audio tersebut adalah 40%.
Sinyal SBO adalah frekwensi Sideband saja dan frekwensi carriernya dihilangkan (diperlemah). Karena ada dua audio modulasi frekwensi (90 Hz dan 150 Hz), hasil frekwensi sideband adalah:
a.       Frekwensi RF Carrier plus dan minus 90 Hz.
b.      Frekwensi RF Carrier plus dan minus 150 Hz.
Bila dua sinyal (CSB dan SBO) di atas dipancarkan, hasil kombinasi kedua sinyal tersebut tidak ada perbedaan Modulation Depth, karena kedua sinyal mempunyai Modulation Depth dan fase yang sama.
Supaya  menghasilkan radiasi ILS seperti yang diminta perlu merubah hubungan fase dari Sideband (SBO) tersebut:
a.       Menggeser fase 180º antara Sideband 90 Hz dan Sideband 150 Hz.
b.      Namun hal di atas belum menghasilkan hasil radiasi yang dikehendaki karena salah satu Sideband dari SBO akan menambah radiasi CSB, sedangkan Sideband dari SBO yang lain akan saling menghilangkan karena fase digeser 180º tersebut.
Untuk mendapatkan pancaran yang dikehendaki selanjutnya menggeser fase 180º sinyal SBO pada separo sistem jajaran antena.
Demikian sehingga hasil :
a.       Separo dari jajaran antena akan memancarkan kombinasi sinyal CSB dan SBO dimana sideband 90 Hz akan saling menambah (sama fasenya), sedangkan sideband 150 Hz akan saling menghilangkan (berbeda fase 180º)
b.      Separo dari jajaran antena yang sebaliknya akan memancarkan kombinasi sinyal CSB dan SBO dimana sideband 150 Hz akan saling menambah (sama fasenya), sedangkan sideband 90 Hz akan saling menghilangkan (berbeda fase).
Sinyal CSB dipancarkan dari sepasang antena bagian tengah dari jajaran antena Localizer dan menghasilkan DDM=0 pada as landasan.
SBO dipancarkan oleh pasangan antena yang terletak di sebelah kanan dan kiri landasan dan menghasilkan sinyal 90 Hz yang mendominasi sebelah kiri landasan sedangkan sinyal 150 Hz akan mendominasi sebelah kanan landasan.
Biasanya sinyal CSB menghasilkan pancaran yang lebih kuat pada pasangan antena bagian tengah dan SBO pada pasangan bagian luar (ujung). Hal ini mempunyai efek yang relatif menghasilkan beam yang sempit (narrow beam) atau lobe yang diarahkan pada lintasan pendekatan.
Menambah power SBO terhadap CSB power akan menghasilkan beam yang sempit (sudut course width mengecil) dan sebaliknya.
Bila sinyal CSB saja yang dipancarkan (tidak dengan SBO) sistem akan menjadi tidak terarah (non-directional) dan menghasilkan DDM=0 pada semua daerah.
Hal ini digunakan untuk menyetel peralatan dan meyakinkan bahwa level modulasi 90 Hz dan 150 Hz adalah balance.

1.5.TEORI GLIDE SLOPE
Prinsip kerja Glide Slope sama dengan Localizer, kecuali informasi yang diberikan adalah sudut pendaratan pada bidang vertikal.
Untuk menghasilkan hal tersebut di atas antena Glide Slope dipasang pada tiang vertikal, satu antena di atas antena yang lain. Tanah di depan antena Glide Slope berfungsi sebagai reflektor dan sudut pendaratan (sudut Glide Slope) ditentukan oleh tinggi antena terhadap tanah.
Karena tanah berfungsi sebagai reflektor adalah penting supaya daerah/tanah di depan antena Glide Slope dijaga tetap rata (sesuai persyaratannya) dan bebas halangan.
Ada tiga tipe sistem antena Glide Slope untuk mengatasi macam-macam kondisi lokasi, sbb:
a.       Null Referance Glide Slope.
b.      Sideband Referance (B-Type) Glide Slope
c.       “M” array Glide Slope

a.       Null Referance Glide Slope.
Antena Null Referance system adalah konfigurasi yang sederhana dan digunakan apabila kondisi lokasi yang akan dipasang antena Glide Slope adalah rata di bagian depan antena sampai 450 m.
Sistem antena terdiri dari dua antena yang dipasang pada tiang, satu antena dipasang di atas antena yang lain secara vertikal.
Antena bagian bawah memancarkan Course sinyal CSB saja, dan dipasang pada tinggi (h) kira-kira 5 x panjang gelombang dari atas tanah.
Antena bagian bawah ini menghasilkan lobe utama (major lobe) dengan sudut 3º pada bagian tengahnya.
Antena bagian atas dipasang dua kali tinggi antena bagian bawah (2h) dan memancarkan sinyal SBO saja.
Antena bagian atas ini menghasilkan pancaran 2 (dua) lobe dan minimum (nol) pada sudut 3º.
Hasil kombinasi di udara dari sinyal CSB hasil antena bagian bawah dan sinyal SBO hasil antena bagian atas, menghasilkan DDM=0 pada sudut 3º dengan modulasi 150 Hz mendominasi bagian bawah sudut Glide Slope dan modulasi 90 Hz mendominasi bagian atas sudut Glide Slope.

b.      Sideband Referance (B-Type) System.
Sideband Referance system dipasang apabila kondisi lokasi yang akan dipasang Glide Slope dimana bagian depan dari antena Glide Slope terdapat tanah lapang/daerah yang curam.
Sistem antena terdiri dari dua antena yang dipasang pada tiang, satu antena dipasang di atas antena yang lain secara vertikal tetapi tinggi antena (h) berbeda dengan tinggi antena Null Referance System.
Antena bawah dipasang tinggi h/2, memancarkan sinyal CSB dan SBO dan menghasilkan lobe utama 2 kali sudut Glide Slope.
Antena atas dipasang tinggi 3h/2 dan memancarkan sinyal SBO saja dan menghasilkan beberapa lobe dengan null (sinyal null) pertama pada 4º (first null centered on 4º). Perubahan tinggi antena dan kombinasi sinyal menghasilkan pola radiasi Glide Slope sedemikian hingga pengaruh yang disebabkan oleh tanah lapang/daerah di depan antena menjadi berkurang/kecil.

c.       “M” Array Glide Slope
M” Array System dipasang apabila kondisi lokasi yang akan dipasang Glide Slope antena dimana bagian depan antena Glide Slope terdapat tanah lapang/daerah halangan berupa bukit, gedung-gedung dan transmisi listrik. Susunan “M” Array antena terdiri dari 3 antena yang dipasang vertikal pada satu tiang, satu antena di atas antena yang lain.
Antena bagian bawah dengan tinggi h, memancarkan kombinasi sinyal CSB dan SBO dengan lobe utama pada 3º.
Antena tengah dengan tinggi 2h, juga memancarkan kombinasi sinyal CSB dan SBO dengan minimum lobe pada 3º. Antena atas dengan tinggi 3 h, yang memancarkan sinyal SBO saja dan menghasilkan beberapa lobe dengan maximum lobe pada 1º dan 3º serta minimum lobe pada 2º dan 4º.
Kombinasi sinyal menghasilkan radiasi (field strength) pada sudut di bawah 1º sangat berkurang sehingga sistem tidak begitu terpengaruh adanya bukit.
Seperti dalam Localizer, sinyal clearance dipasang untuk memberikan indikasi “terbang-keatas” (fly up). Dalam hal ini hanya 150 Hz SBO yang digunakan dan dipancarkan dari antena bagian bawah dan atas.
Untuk mengarahkan pancaran sinyal semua sistem diatas menggunakan multielemen antena dipole jalur lebar (broadband antena).



1.6.RUMUS – RUMUS

a.   

Modulation Depth dapat dihitung dengan rumus sbb :
 ……………………………….  (1)
 ……………………………….  (2)
  ……………………………….  (3)

b.    Modulation Power dapat dihitung dengan rumus sbb. :
  …… (4)
 …………………………………….. (5)
 …………………………………….. (6)
 ………………………….. (7)

c.     Space Modulation Depth dan DDM dapat dihitung dengan rumus sbb. :
  ………………………….. (8)
  ………………………….. (9)
 ………………………….. (10)
………………………….. (11)

  ………………………….. (12)
   ………………………….. (13)
DDM dapat ditulis dalam 3 cara :
§  %
§  Modulation factor
§  Micro Ampere (mA)

d.    Rumus untuk menghitung Course Width :

   ………………………….. (14)

dimana :

q = course width

A = jarak antena Localizer terhadap runway end

L = panjang runway

e.     Rumus-rumus ketinggian antena Glide Slope

Sistem antena Glide Slope
hA1
hA2
hA3

Null Reference
l / 4 sin q
2hA1
-

Sideband Reference
l / 8 sin q
3 hA1
-
………………(15)
Capture Effect (M - Type)
l / 4 sin q
2hA1
3hA1


l  = panjang gelombang  =
30 = sudut luncur

f.      Rumus jarak penempatan antena Glide Slope terhadap threshold sebagai berikut :

(1)     Pada kondisi landasan pacu yang rata (flat) mulai titik pendaratan sampai dengan threshold.
       …………………………….…(16)
 







(2)     Pada kondisi landasan pacu yang thresholdnya lebih tinggi dari pada titik pendaratan (down slope).
     ………………………….…(17)
 








(3)     Pada kondisi landasan pacu yang thresholdnya lebih rendah dari pada titik pendaratan (up slope).
    …………………………….…(17)
 







Dimana : D      =    Jarak longitudinal antara Threshold dengan letak antena
               TCH  =    Ambang batas ketinggian pesawat udara di atas Threshold (Threshold Crossing Height)
               q       =    Sudut nominal untuk pendaratan dengan ILS sebesar 3º.
               s       =    Slope kemiringan rata-rata landasan pacu diri Threshold sampai dengan titik pendaratan (tan a).
               a       =    Sudut kemiringan rata-rata landasan pacu diri Threshold sampai dengan titik pendaratan.



1.7.DEFINISI
Teknisi diharap mengenal istilah-istilah yang umum dipakai sebagai berikut:

ALIGNMENT:
            Posisi atau arah yang bertepatan dengan patokan nominalnya.

COURSE LINE:
Tempat kedudukan titik-titik yang terletak paling dekat dengan sumbu landasan pada bidang horizontal dimana DDM= nol (zero).

COURSE BENDS:
Posisi rata-rata jalur pendekatan dari frekwensi dan besarnya perubahan Course Line / Sudut pendaratan dimana masih bisa diikuti untuk pendekatan ke landasan oleh pesawat.

COURSE ROUGHNESS:
Perobahan yang cepat dan tidak teratur dari Course Line/Sudut pendaratan suatu jalur pendekatan yang tidak bisa diikuti untuk pendekatan ke landasan oleh pesawat.

COURSE SCALLOPING:
Perobahan yang cepat dan berirama teratur dari Course Line/Sudut pendaratan suatu jalur pendekatan yang tidak bisa diikuti untuk pendekatan ke landasan oleh pesawat.

COURSE ALIGNMENT ERROR:
Besarnya sudut/linier Course Line rata-rata dari Course Line nominal.

COURSE SECTOR:
Sektor  bidang horizontal yang terletak pada Course Line dan batas tempat kedudukan titik-titik yang dekat dengan Course Line tersebut yamg mempunyai DDM=0.155.

COVERAGE:
Ruang udara yang dipersyaratkan melingkup sinyal RF dengan karakteristik tertentu, yang dipancarkan oleh Localizer, Glide Slope atau Marker Beacon.

DECISION HEIGHT:
Ketinggian yang ditentukan untuk memulai pembatalan pendekatan ke landasan oleh penerbang bila jarak pandang tidak memenuhi syarat untuk pendaratan.

DIFFERENCE IN DEPTH OF MODULATION (DDM):
Persentase kedalaman modulasi (modulation depth) dari sinyal yang besar dikurangi persentase kedalaman modulasi dari sinyal yang kecil.

DISPLACEMENT ERROR:
Pemindahan sudut/linier dari sembarang titik DDM=0 terhadap Course Line nominal atau sudut pendaratan nominal.

DISPLACEMENT SENSITIVITY (Localizer):
Perbandingan DDM terukur terhadap jarah perpindahan posisi kesamping dalam bidang horizontal (lateral) garis patokan.

FACILITY PERFORMANCE CATEGORY I –ILS:
ILS yang memberikan informasi untuk pendekantan ke landasan dari limit jangkauan ILS ke suatu titik dimana Course Line Localizer berpotongan dengan sudut pendaratan Glide Slope pada ketinggian 60 meter atau kuarang yang terletak di atas bidang horizontal yang melalui threshold.

FACILITY PERFORMANCE CATEGORY II –ILS:
ILS yang memberikan informasi untuk pendekantan ke landasan dari limit jangkauan ILS ke suatu titik dimana Course Line Localizer berpotongan dengan sudut pendaratan Glide Slope pada ketinggian 15 meter atau kuarang yang terletak di atas bidang horizontal yang melalui threshold.

FACILITY PERFORMANCE CATEGORY III –ILS:
ILS yang memberikan informasi untuk pendekantan untuk pendaratan ke landasan dari limit jangkauan ILS sampai kepermukaan landasan.

FLAG ALARM:
Indikasi alarm pada peralatan penerima pesawat terbang, sebagai peringatan penerbang bahwa tidak ada informasi pedoman Localizer/Glide Slope yang memenuhi syarat, karena pemancar atau penerima ILS rusak.

GLIDE PATH ANGLE:
Sudut antara garis lurus dari glide parh ILS dengan horizontal.

GLIDE PATH SECTOR:
Sektor bidang vertical yang tersetak pada garis sudut pendaratan ILS dan batas tempat kedudukan titik-titik yang terdekat dengan garis sudut pendaratan tersebut yang mempunyai DDM=0.175

ILS REFERENCE DATUM:
Suatu titik pada ketinggian yang ditentukan dan terletak vertical di atas perpotongan as landasan dan threshold dimana dilalui oleh perpanjangan garis sudut pendaratan ILS.

LOW CLEARANCE ZONE:
Daerah di luar Course Sector atau Glide Path Sector dimana harga DDM lebih kecil dari yang dipersyaratkan untuk daerah tersebut.



2.      PRINSIP PERALATAN
2.1.LOCALIZER
Sistem terdiri dari sistem pemancar, sistem antena dan sistem monitor.
Sistem pemancar terdiri dari dua pemancar, control unit, dua monitor, antena change over, dua power supply dan battery. Sistem pemancar menghasilkan sinyal carrier dimodulasi dengan sinyal navigasi 90 Hz dan 150 Hz. Modulasi tersebut menghasilkan sinyal carrier side band (CARR) dan side band only (SB) yang akan dipancarkan melalui antena.
Sistem antena terdiri dari 14 LPDA, sebuah antena network yang mengombinasikan sinyal CARR dan SB dari pemancar dan monitor network yang mengombinasikan sinyal pick up dari antena dan field monitor untuk memonitor course position dan course width pancaran Localizer.
Sistem monitor terdiri dari dua integral dan dua near field monitor yang menerima sinyal monitor dari monitor network. Jika sinyal monitor tidak sesuai dengan preset limit, akan terjadi indikasi alarm dan control unit akan mentransfer atau shutdown pemancar.
Peralatan pemancar terdiri dari RF OSC unit, PA unit, MSG unit, PH CONT unit dan DISP unit.
PLL synthesizer RF OSC membangkitkan sinyal VHF 108 – 112 MHz dan dibagi ke sistem CARR dan SB. PA unit menguatkan keluaran sinyal CARR menjadi 15 W (modulation depth 40%) dengan gain sekitar + 40.8 dBm dan sinyal SB 0.3 W dengan gain sekitar + 27 dBm. PA unit juga berfungsi menghasilkan sinyal RF envelope untuk sinyal AGC dan sinyal deteksi fase.
MSG unit menghasilkan sinyal 90 Hz + 150 Hz dan sinyal 90 Hz – 150 Hz, kemudian dimodulasikan AM pada VCA dan diteruskan ke directional coupler pada PA unit untuk mendeteksi phase error terhadap sinyal REF dari PH CONT unit kemudian dikembalikan ke RF OSC unit dan dibandingkan dengan sinyal referensi dari MSG unit. Rangkaian loop ini juga berfungsi sebagai AGC/ALC agar power output konstan.
DISP unit berfungsi mengontrol dan mengeset data yang dikirimkan ke pemancar yaitu CARR AMP, SB AMP, MOD DP, MOD BAL, SB PH, ID LVL, ID NORM, ID SPC, ID CNT, 3 dB ATT ON, SB OFF, 90 Hz OFF, 150 Hz OFF.
Panel Monitor Control digunakan untuk mengontrol dan memonitor sub sistem Localizer, menunjukkan status dan menyediakan remote interface. Monitor Control terdiri dari MON unit, TST SG unit, MPU unit, Control Unit, COM unit.
MON unit memonitor sinyal INTG dan sinyal ID yang dipick up dari antena transmisi dan sinyal NF dari antena monitor.
Parameter yang dimonitor adalah Modulation factor, RF level, DDM, SDM dan  kemudian dibandingkan dengan alarm setting dari MPU unit dan menyimpannya sebagai data.
TST SG unit membangkitkan sinyal modulasi 90/150 Hz untuk mengkalibrasi MON unit.
MPU Unit berfungsi mengolah data monitoring dari MON unit, Control Unit dan peralatan eksternal menjadi data pengukuran. MPU unit juga menyediakan interface dengan RMMS dan BITE menggunakan sistem RS-232 C untuk serial communication, menerima alarm setting dari BITE kemudian mengeset alarm setting pada MON unit.
Control Unit berfungsi mengontrol operasi monitor, pemancar dan antena change over, memilih operasi remote/local dan mengirim data ke MPU unit dan COM unit. Control unit menganalisa alarm dari MON unit untuk transfer otomatis dan shutdown pemancar.
COM unit digunakan untuk komunikasi dengan RCSU, mengirim dan menerima sinyal kontrol dan monitor via modem atau kabel melalui port Ch A RS-232 C.

2.2.GLIDE SLOPE
Peralatan Glide Slope identik dengan peralatan Localizer, kecuali sebagai berikut :
Sistem antena terdiri dari 2 antena untuk tipe NR dan SBR dan 3 antena tipe M-Array (CE) serta sebuah antena field monitor untuk memonitor course position dan course width pancaran Glide Slope.
Sistem monitor terdiri dari dua near field monitor yang menerima sinyal monitor dari antena field monitor. Jika sinyal monitor tidak sesuai dengan preset limit, akan terjadi indikasi alarm dan control unit akan mentransfer atau shutdown pemancar.
PLL synthesizer RF OSC membangkitkan sinyal UHF 328.6 – 335.4 MHz dan dibagi ke sistem CARR dan SB. PA unit menguatkan keluaran sinyal CARR menjadi 5 W (modulation depth 80%) dengan gain sekitar + 34.1 dBm dan sinyal SB 0.05 W dengan gain sekitar + 24.7 dBm.
DISP unit berfungsi mengontrol dan mengeset data yang dikirimkan ke pemancar yaitu CARR AMP, SB AMP, MOD DP, MOD BAL, SB PH, 3 dB ATT ON, SB OFF, 90 Hz OFF, 150 Hz OFF.
MON unit hanya memonitor sinyal NF dari antena monitor.

2.3.MARKER BEACON
Peralatan Marker Beacon dibandingkan dengan peralatan Localizer dan Glide Slope memiliki perbedaan-perbedaan sebagai berikut :
Sistem antena terdiri dari sebuah antena yagi dua elemen.
Sistem monitor terdiri dari dua integral monitor. Jika sinyal monitor tidak sesuai dengan preset limit, akan terjadi indikasi alarm dan control unit akan mentransfer atau shutdown pemancar.
Peralatan pemancar terdiri dari MOD unit, PA unit, dan DISP unit.
MOD unit membangkitkan sinyal carrier 75 MHz dan dimodulasi dengan sinyal audio 400 Hz, 1300 Hz atau 3000 Hz. PA unit menghasilkan keluaran sinyal    3 W (OM), 1 W (MM dan IM)  dengan modulation depth 95%.
DISP unit berfungsi mengontrol dan mengeset data yang dikirimkan ke pemancar yaitu RF AMP, MOD DP, ID NORM, ID SPC, ID CNT.
MON unit memonitor sinyal INTG yaitu ID keying.
TST SG unit membangkitkan sinyal audio 400 Hz, 1300 Hz dan 3000 Hz untuk mengkalibrasi MON unit.



2.4.SPESIFIKASI PERALATAN

Spesifikasi berikut di bawah hanya meliputi parameter utama saja, untuk parameter yang menyeluruh dapat dilihat pada buku manual dari pabrik.

LOCALIZER
NILAI NOMINAL
Frequency  Range
 108 - 111,975 MHz
Frequency  Stability
 ± 0,001 %
Course Width
 Adjustable 2.4° s/d 6°
Coverage
 25 NM dalam daerah ±10°

 17 NM antara ±10° s/d ±35°

 10 NM diluar ±35°
Nominal Power Output
 15 W
Modulation Depth
90Hz & 150Hz
 20 ± 2%
Identification Frequency
 (1020 ± 5 ) Hz
Modulation Depth For

Identification 1020 Hz

 10 ± 5%
GLIDE SLOPE

Frequency  Range
 328,6 – 335,4 MHz
Frequency  Stability
 ± 0,001 %
Glide Angle
 Adjustable 2° s/d 4°
Coverage
 10 NM dalam daerah ±8° dari C/L

 & 0.45q s/d 1.75q
Nominal Power Output
 ± 5 watt

Modulation Depth

90Hz & 150Hz
 40 ± 2.5 %
MARKER BEACON

Frequency  Range
 75 MHz
Frequency  Stability
 ± 0,001 %
Nominal Power Output
 Outer : 3 W  Inner/Middle : 1 W
Modulation Frequency
 400 ± 1 Hz, 1300 ± 1 Hz, 3000 ± 1 Hz
Modulation Depth
 95 ± 4 %



3.    PERSYARATAN GROUND INSPECTION
            Rekomendasi toleransi dari ICAO DOC 8071 Vol. II

LOCALIZER

No.
Parameter
Cat.
Nominal
Toleransi
1.
Course
Alignment
I
II

III
C/L
Sama dg ± 10.5 m (± 35 ft)
Sama dg ± 7.5 m (± 25 ft)
[Sama dg ± 4.5 m (± 15 ft)]
Sama dg ± 3.0m (± 10 ft)
2.
Displacement
Sensitivity
I
II

III
0.00145 DDM/m
(0.00044 DDM/ft)
di ILS ref. Datum

Sama dg ± 17%
Sama dg ± 17%
[Sama dg ± 10%]
Sama dg ± 10%
3.
Off Course
Clearance
I
II
III
DDM > 0.18
Pada kedua sisi Course Line bertambah 0.18 DDM linier.
4.

Polarization

I
II
III
Tidak ada polarisasi vertikal
Kesalahan DDM 0.016
Kesalahan DDM 0.008
Kesalahan DDM 0.005
5.

Carrier Frequency :

Single Frekwensi
Dual Frekwensi
Perbedaan Frek.

Frekwensi kerja
± 0.005%
± 0.002%
antara 5 kHz dan 14 kHz
6.

Output Power :

Single Frekwensi
Dual Frekwensi

Ditentukan waktu kalibrasi perdana

> 50% dari standar.
> 80% dari standar untuk sistem Course.
> 50% dan < 100% untuk sistem Clearance.
7.

Tone Frequency

I
II
III
90 Hz dan 150 Hz
± 2.5% [1.5%]
± 1.5%
± 1.0%
8.

Modulation Depth

(90 Hz dan 150 Hz)
I
II
III
20% pada C/L
18% - 22%
18% - 22% [19% - 21%]
19% - 21%
9.

Modulation Depth

(1020 Hz)

10%
7% - 15%
10.

Modulation Depth

(Voice)

35%
30% - 40% (rata-rata)
11.

Harmonic Content

Of 90Hz And 150Hz Tones
I
II
III

Tidak > 10% tiap tone.
Tidak > 10% tiap tone.
Harmonik kedua untuk 90 Hz tidak > 5% untuk Kat. III
12.
Fluctuation Of
Course Line
III
Tidak ada fluktuasi
0.005 DDM (5 mA) puncak-ke-puncak dalam band frekwensi.
0.01 sampai 10 Hz
13.
90 Hz Dan 150 Hz
Phasing
I
II
III

   sama fase
20º
20º relatif terhadap 150 Hz  
10º
14.
Monitor System
Operation
I

II
III
Kesalahan waktu radiasi < 10 detik.
< 5 detik [3 detik].
< 2 detik [ 1 detik].

15.
Monitor Course
Alignment Alarm
I
II
III
± 10.5 m (± 35 ft)
± 7.5 m (± 25 ft)
± 6.0 m (± 20 ft)
Tidak lebih dari nominal limit.
16.
Monitor
Displacement
Sensitivity Alarm

± 17%
Tidak lebih dari nominal limit.
17.

Monitor Power

Reduction Alarm

Single Frekwensi
Dual Frekwensi



< 50%
< 20%
Tidak lebih dari nominal limit.
18.
Course Structure
Along Runway
III

Dari ILS ref. Datum ke ILS Point D: ±5mA. Dari Point D ke ILS Point E :±5mA. Pada ILS Point D, meningkat linier menjadi 10mA pada ILS Point E.

GLIDE SLOPE



Parameter
Cat.
Nominal
Toleransi
1.

Angle Stability

I
II
III

Sudut nominal q
± 7.5%  Sudut nominal q
± 7.5%  Sudut nominal q
± 4.0%  Sudut nominal q
2.
Displacement
Sensitivity
(Half Sector)
I
II
III
Harga nominal pada waktu kalibrasi perdana
± 25%
± 20%
± 15%
3.
Clearance Below
Path
I
II
III

Tidak kurang dari harga nominal
4.

Carrier Frequency

Single Frekwensi
Dual Frekwensi
Perbedaan Frek.

   

Frekwensi kerja

± 0.005%
± 0.002%
antara 4 kHz dan 32 kHz
5.
Output Power :
Single Frekwensi
Dual Frekwensi

Ditentukan waktu kalibrasi perdana

> 50% dari standar.
> 80% dari standar untuk sistem Course.
> 50% dan < 100% untuk sistem Clearance.
6.

Tone Frequency

(90 Hz Dan 150 Hz)
I
II
III
  
   90 Hz dan 150 Hz
± 2.5% [1.5%]
± 1.5%
± 1.0%
7.

Modulation Depth

(90 Hz Dan 150 Hz)

    40%
± 2.5%
8.

Harmonic Content

Of 90Hz and 150Hz Tones
I
II
III

Tidak > 10% tiap tone.
Tidak > 10% tiap tone.
Harmonik kedua untuk 90 Hz tidak > 5% untuk Kat. III
9.
Fluctuation Of
Glide Path
III
Tidak ada fluktuasi
0.02 DDM (18 mA) puncak-ke-puncak dalam band frekwensi
0.01 sampai 10 Hz
10.
90 Hz Dan 150 Hz
Phasing
I
II
III

   Sama fase
20º
20º relatif terhadap 150 Hz  
10º
11.
Monitor System
Operation
I

II
III
Kesalahan waktu radiasi < 6 detik.
< 2 detik [1 detik].
< 2 detik [1 detik].

12.
Monitor Angle
Alarm

± 7.5% dari sudut nominal.
Tidak lebih dari nominal limit.
13.
Monitor
Displacement
Sensitivity Alarm

± 25% dari harga nominal yang diseleksi
Tidak lebih dari nominal limit.
14.
Monitor Power
Reduction Alarm
Single Frekwensi
Dual Frekwensi




< 50%
< 50%
Tidak lebih dari nominal limit.

2 komentar:

  1. Permisi Bang, kebetulan ada analisa yang Saya butuhkan dengan rumus-rumus yang di share diatas, tetapi gambar rumus tsb tidak muncul Bang. Apakah ada e-mail yang bisa Saya hubungi? Terimakasih sebelumnya. Ini e-mail Saya: christoverdavid@gmail.com

    BalasHapus
  2. gambarnya tidak bisa dimuat sama sekali

    BalasHapus