Jumat, 15 Maret 2019

ANTENNA



TRANSMISSION LINE










Diploma III Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara Angkatan IV


    DENNIS APRIYANTO A.
071/D.III/TNU.IV/11



MAKASSAR
2013


KATA PENGANTAR


Sgala puji syukur hanya kepada ALLAH, karena berkah, rahmat serta karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul “TRANSMISSION LINE”.Penulisan Makalah ini adalah salah satu bentuk penilaian yang dilakukan oleh dosen mata kuliah TRANSMISSION LINE dalam salah satu tugas wajib.
Sehubungan dengan terselesaikannya penulisan Makalah ini, maka  penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setingi-tinginya kepada yang terhormat :
1. Orang tua serta keluarga tercinta yang telah ikhlas dan terus menerus mendoakan, dan tak pernah bosan memberikan motivasi.
2.  Bapak Fisondah Gigih, M.M selaku dosen mata kuliah TRANSMISIION LINE
3.  Bapak Bayu Dewangga, S.sit selaku dosen mata kuliah Transmission Line
4. Teman–teman DIII Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara Angkatan IV Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan Makassar, yg telah banyak membantu & memberikan dukungan dalam penulisan laporan ini.
5. Segenap dosen Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara yang telah membimbing dan memberi dukungan.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun sebagaimana kata pepatah tiada gading yang tak retak, oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pihak mana saja guna penyempurnaan penulisan ini.
Harapan penulis, kiranya Makalah ini dapat menjadi suatu bacaan yang bermanfaat dan diterapkan pada bidang-bidang lain.

Makassar, 1 JULI 2013
           
             Penulis           





BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Dalam sejarah komunikasi, perkembangan teknik informasi tanpa menggunakan kabel ditetapkan dengan nama “Antena”. Antena berasal dari bahasa latin ”Antena” yang berarti “tiang kapal layar”. Dalam pengertian sederhana kata latin ini berarti juga ”penyentuh atau peraba” sehingga kalau dihubungkan dengan teknik komunikasi berarti bahwa antena mempunyai tugas menyelusuri jejak gelombang elektromagnetik, hal ini jika antena berfungsi sebagai penerima. Sedangkan jika sebagai pemancar maka tugas antena tersebut adalah menghasilkan sinyal gelombang elektromagnetik. Sinyal gelombang radiasi elektromagnetik yang berasal dari antena terdiri dari dua komponen yaitu medan listrik dan medan magnetik. antena pemancar dibagi menjadi dua klasifikasi dasar yaitu: Antena Hertz (half-wave) dan Antena Marconi (quarter-wave).  Antena hertz biasanya dipasang sepanjang dengan ground dan diposisikan untuk memancarkan gelombang vertikal ataupun horisontal. Antena marconi dioperasikan dengan sebuah akhir yang ditanahkan dan disambung secara tegak lurus menuju tanah atau permukaan yang berfungsi sebagai ground.
Sifat antena yang ideal antara lain:
1.     Menerima secara efisien sinyal-sinyal yang diinginkan tanpa memindah band.
2.     Secara normal mempunyai sifat omnidirectional, baik untuk gelombang panjang maupun pendek. Antena directional dibutuhkan untuk gelombang VHF/UHF maupun gelombang mikro.
3.     Mempunyai perubahan resistensi dan reaktansi yang kecil terhadap perubahan frekuensi sinyal.
4.     Efek pemudaran (fading) seminimal mungkin, baik untuk gelombang panjang, medium maupun gelombang pendek.
5.     Efek interferensi dari instalasi listrik dalam rumah sekecil mungkin.
6.     Harus tahan karat atau kerusakan terhadap cuaca dan juga mudah pemasangannya
7.     Antena harus murah dan baik dipandang.

Antena dipole yang paling umum adalah jenis antenna yang digunakan untuk menangkap sinyal VHF televisi , sering disebut bahasa sehari-hari nya sebagai “telinga kelinci” atau “antenna telinga kelinci.”Sementara di sebagian besar aplikasi elemen dipole diatur sepanjang baris yang sama, telinga kelinci yang dapat disesuaikan panjang dan sudutnya, dipole lebih besar kadang-kadang digantung di bentuk V dengan pusat dekat peralatan radio di tanah atau berakhir di tanah dengan pusat yang didukung.. Beberapa elemen ekstra untuk mendapatkan penerimaan yang lebih baik seperti loop (terutama untuk transmisi VHF), yang dapat turnable sekitar sumbu vertikal, atau dial, yang memodifikasi sifat listrik antena pada setiap posisi dial.
Ditempat-tempat terpencil atau dalam keadaan darurat sering diperlukan daya improvisasi untuk membuat antena dari bahan-bahan yang terdapat disekeliling kita. Antena sederhana ini (dipole) dapat dibuat dari bahan sembarang logam yang bisa didapatkan misalnya sepotong kawat jemuran atau sepotong pipa kecil bekas rak piring atau sebatang ruji sepeda. Untuk antena VHF 2 meteran, konfigurasi antena yang digunakan adalah vertikal, untuk memperoleh polarisasi vertikal.
Keadaan seperti inilah yang sangat dibutuhkan di tempat-tempat terpencil seperti itu untuk membuat keadaan gelombang elektromagnetik di alam dapat ditangkap lebih sempurna. Antena Dipole ditemukan oleh fisikawan Jerman Heinrich Hertz sekitar 1886 dalam percobaan perintis dengan gelombang radio.



  1. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, penulis mencoba mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul sebagai berikut :
1.    Perlunya pengamatan secara teori tentang Antenna Dipole
2.    Kurangnya pengetahuan yang lebih spesifik tentang Antenna Dipole
C.   Rumusan Masalah
Guna memperkecil ruang lingkup permasalahan yang ada maka perlu adanya review tentang Antenna Dipole

D.   Tujuan Penulisan

Agar Penulis dapat mengetahui bagaimana teori tentang Antenna Dipole beserta penjelasannya

E.   Manfaat Penulisan

a.    Penulisan ini berguna untuk menambah pengetahuan teori tentang Antenna Dipole
b.    Dapat membantu teknisi dalam menanggulangi masalah apabila terjadi sesuatu pada Antenna jenis Dipole


BAB II
I S I

1.    Pengertian dan Penjelasan
Sebuah antenna dipole adalah sebuah radio antenna yang dapat dibuat sangat sederhana dengan menggunakan kawat . Ini terdiri dari dua konduktor logam batang atau kawat, paralel berorientasi dan collinearsatu sama lain (sesuai dengan satu sama lain), dengan ruang kecil di antara mereka. Frekuensi radio tegangan diberikan ke antena di tengah, antara dua konduktor. Antenna ini adalah antenna praktis sederhana dari sudut pandang teoretis. Mereka digunakan sendiri sebagai antenna,   terutama di daerah-daerah  terpencil ,sering disebur “telinga kelinci” antena televisi , dan sebagai unsur didorong dalam banyak jenis antena, seperti Yagi. Antenna Dipole ditemukan oleh fisikawan Jerman Heinrich Hertz sekitar 1886 dalam percobaan perintis dengan gelombang radio. Antena dipole bisa terdiri hanya satu kawat saja disebut single wire dipole, bisa juga dengan dua kawat yang ujung-ujungnya dihubungkan dinamakan two wire folded dipole, bisa juga terdiri atas 3 kawat yang ujung-ujungnya disambung dinamakan three wire folded dipole. Antenna dipole adalah antenna yang terbuat dari satu elemen pemancar yang dibagi menjadi dua bagian (dengan panjang tidak harus sama).  Daya RF dicatukan pada bagian tengah.





Apabila outer dari coax tidak di-ground dan disambung dengan seutas logam sepanjang ¼ Lambda lagi, menjadi antena dengan dua pole dan disebut dipole ½ Lambda (di artinya dua). Antena dipole bisa terdiri hanya satu kawat saja disebut single wire dipole, bisa juga dengan dua kawat yang ujung-ujungnya dihubungkan dinamakan two wire folded dipole, bisa juga terdiri atas 3 kawat yang ujung-ujungnya disambung dinamakan three wire folded dipole.
Antena lain yang juga mempunyai dua pole adalah antena delta loop rhombic, quad dan cubical quad. Dalam tulisan ini hanya dibicarakan single wire dipole.





  1. Jenis – jenis Antenna Dipole
    1. The Short Dipole






   Panjangnya kurang dari l/2.
   Impedansinya secara umum bersifat capacitive.
   Hambatan pancaran (radiation resistance) sangat kecil
   SWR bandwidth cukup kecil, < 1% dari frekuensi.
   Directivity is ~1.8 dBi. Pola radiasi seperti pada gambar disamping












  Untuk  dipole yang lebih panjang dari l/5, antara antenna dan coax nya dapat di matchingkan dengan menggunakan “loading coils” 
  Untuk hasil terbaik, coil ditempatkan ditengah tiap-tiap elemen antenna dipole
   Loading coils dapat memberi losses tambahan sekitar  1 dB bahkan lebih
  Untuk dipole yang lebih panjang dari l/3, matching antara antenna dan coax nya dapat menggunakan linear loading
  Untuk dipole yang sangat pendek (< l/5), dibutuhkan semacam matching network karena Re(Zin)< 2Ω
    1. The Half Wave (l/2) Dipole


                               



         Panjangnya sekitar l/2 (0.48 l untuk dipole kabel)
         Impedansi sekitar is 40 - 80 ohm dan bersifat resistif (tanpa sifat reactive) sehingga sangat baik untuk jika menggunakan coax
         Directivity ~ 2.1 dBi
         SWR Bandwidth is ~ 5% of design frequency
    1. Long Dipole
  • Dipole panjang adalah dipole yang panjangnya  > l/2
  • Self impedansinya bervariasi mulai 150 sampai 3000 Ω bahkan lebih. Sebuah dipole yang panjangnya odd multiple of l/2 akan beresonansi dengan Zin ~ 150 Ω
  • Directivity dari sebuah dipole akan maximum pada panjang 1.28 l. 
  • Pola radiasinya menjadi semakin complex jika semakin panjang sebab side lobe semakin banyak




    1. Antenna Double Zepp






         Dipole yang panjangnya sekitar 1l
         Self impedansinya ~ 3000 ohm
         Antenna dapat di matched dengan coax menggunakan 450 ohm series matching
         Directivity ~ 3.8 dBi
         SWR Bandwidth ~ 5% of design frequency
    1. The Extended Double Zepp






         Panjangnya sekitar 1.28l
         Self impedance sekitar  150 -800 ohm
         Antenna dapat di matched dengan 50 ohm coax mengggunakan series matching  
         Directivity ~ 5.0 dBi. (ini adalah directivity maksimum pada antenna yang dicatu pada bagian tengah)
    1. The 3l/2 Dipole






         Panjangnya sekitar 1.48l
         Self impedance  ~ 110 ohms
         Antenna dapat di matched dengan 50 ohm coax manggunakan mtching 75 ohm ¼ gelombang
         Directivity ~ 3.3 dBi.
    1. Antenna Folded Dipole
Sebuah antena folded dipole adalah sebuah dipole dengan pencatuan ditengah (center fed half dipole) dengan didampingi ½ dipole lain yang dipasang dekat dengan dipole utama dan dihubungkan diujungnya.
Jarak antara kedua dipole tersebut adalah 1/64 lambda dari frequency kerjanya dan panjang secara keseluruhan adalah ½ lambda seperti gambar 1 dibawah ini.























Perhitungan lambda dapat dicari dari rumus Lambda(meter)=300/Frequency(MHz) (1) Misalkan frekuensi kerjanya 14 MHz maka Lambdanya adalah 21 meter dan ½ lambdanya menjadi 10.5 meter. Secara kelistrikan maka sebuah antena dipole dapat diexpresikan sebagai sebuah rangkaian resonansi seri yang terdiri dari sebuah komponen resistive dan dua buah komponen reaktive. Pada frekwensi resonansinya impedansinya akan merupakan kombinasi 2 diatas  menjadi resistive karena pada saat resonansi komponen reaktivenya menjadisama dan saling menghilangkan dan tahanan resultantenya menjadi 73.16 Ohms seperti dipole biasa.Umumnya dikarenakan dimensi fisik dari antena yang berbeda beda maka sebuah antena dipole ½ Lambda tidak melebihi atau berkisar antara 68 Ohms tergantung pada rasio panjang dan diameter dari kawat/bahan yang dipakai. Sebuah antena Folded Dipole secara kelistrikan berbeda dengan dipole biasa dimana selain rangkaian resonan serinya dia juga mempunyai rangkaian resonan paralel. Dengan menjadikan satu dikedua ujungnya akan menimbulkan efek rangkaian resonansi paralel tersebut.Bila kedua ujungnya dijadikan satu akan menjadikan tegangan RF dikedua ujungnya sama nilainya sehingga distribusi tegangan dan arus RF di kedua element tersebut akan sama dengan dipole biasa.Bilamana kedua bahan antena folded dipole tersebut sama diameternya maka tahanan input di titik catunya menjadi 4 kali dari dipole tunggal biasa. Secara teoritis  4 X73.16 = 293 Ohm. Ini menjadikan alasan untuk menggunakan kabel transmisi twin lead, dimana untuk daya pancar besar menggunakan kawat paralel dengan ukuran tertentu akan tetapi bila daya pancar kecil dapat menggunakan kabel transmisi penerima TV. Kenaikan tahanan di titik catu terjadi akibat dari adanya pembagian yang sama dari arus RF dikedua element paralel tersebut. Adanya pembagian arus RF di titik catu sama dengan hanya ½ arus RF di titik catu seperti yang terjadi pada antena dipole biasa. Jadi dengan daya yang sama kuat
diukur di titik catu, baik daya pancar maupun daya terima, arus RFnya hanya akan setengahnya sehingga tahanan di titik catu tersebut naik 4 kali. Ini dapat dijelaskan dari rumus dibawah ini :
 R = P/I2 ohms (2) ~ 75 Ohms Bila mempunyai arus RF (I) setengahnya dan daya (P) dibuat tetap, bilamana setengah arus RF tersebut sinyal persegi (untuk mudahnya), harga akhirnya hanya ¼ dari harga bila bukan sinyal persegi.
R = P/[I/2]2 = P/[I2/4]= 4P/I2 = 300 ohms (3

  1. Manfaat dipole pada beberapa bands
·  Memungkinkan dalam menggunakan pencatuan pada bagian tengah antenna pada frekuensi yang  
    • Pencatuan dapat menghasilkan low-loss transmission line (ladder line)
    • Dapat menggunakan impedance matching pada transceiver
·  Batas frekuensi terrendah dapat di set sesuai dengan kemampuan matching network nya. Biasanya dipole dapat digunakan pada 1/2 dari frekuensi resonansinya.


·                      Pola radiasi menjadi semakin kompleks ketika frekuensinya semakin tinggi.   
Kebanyakan,  radiasinya adalah pada dua area dibagian tengah tiap antenna
·                      Tidak ada panjang khusus/tertentu selama antenna tidak beresonansi
  1. Polarisasi Antenna Dipole
Gelombang elektromagnet yang melaju di udara atau di angkasa luar terdiri atas komponen gaya listrik dan komponen gaya magnet yang tegak lurus satu sama lain. Gelombang radio yang memancar dikatakan terpolarisasi sesuai arah komponen gaya listriknya. Untuk antena dipole maka polarisasinya searah dengan panjang bentangannya, bila antena tersebut dipasang horizontal, maka polarisasinya horizontal pula. Agar dapat menerima gelombang radio secara baik, maka antena harus mempunyai polarisasi yang sama dengan polarisasi gelombang radio yang datang. Arah polarisasi ini akan tetap sepanjang lintasan gelombang radio kecuali bila gelombang tersebut sudah dipantulkan oleh ionosphere, maka polarisasinya bisa berubah. Untuk itu, maka antena untuk keperluan komunikasi jarak jauh pada HF atau MF dapat dibuat vertikal atau horizontal. Pada band MF dan HF, biasanya kita gunakan polarisasi horizontal sedangkan untuk VHF (pada radio 2 meteran) biasa digunakan polarisasi vertikal. Kita tahu bahwa pancaran VHF tidak menggunakan pantulan ionosphere sehingga polarisasinya sampai ke antena pesawat lawan bicara masih tetap vertikal. Sedangkan pesawat 2 meteran banyak dipasang pada mobil dan antena mobil hanya bisa vertikal saja.











          Pada HF bands, dipole hampir selalu ber polarisasi horizontal. Hal ini memungkinkan untuk mendapatkan sudut pancaran yang rendah dengan vertical dipole (electrically) dekat dengan permukaan tanah
          Reflection losses juga lebih besar pada vertically polarized RF
          Ketinggian dari tiang/menara antenna vertical dipole dapat juga menjadi masalah

  1. Pola Radiasi Antenna Dipole
Salah  satu  karakteristik  antenna  dipole tunggal yang akan dibahas disini adalah pola radiasi  antenna. Pola  radiasi  antena  terjadi karena  adanya  gelombang  elektromagnetik yang  dipancarkan  lewat  udara  bebas  dalam suatu  bentuk  radiasi  (pancaran) tertentu dalam medan radiasi, yaitu medan jauh (Farfield/Fraunhofer) [2,3,4,7,11,15]. Pola radiasi antenna bisa  berubah-ubah  berdasarkan  nilai parameter  yang ditentukan  sebagai  variabel, misalnya faktor pengali panjang gelombang. Dipole memiliki omnidirectional pola radiasi, berbentuk seperti toroida (doughnut) simetris terhadap sumbu dipole. Radiasi maksimum pada sudut kanan dipole, jatuh ke nol pada sumbu antena. Keuntungan maksimum teoritis dari sebuah dipole Hertzian adalah 10 log 1,5 atau 1,76 dBi. Keuntungan teoritis maksimum λ/2-dipole adalah 10 log 1,64 atau 2,15 dBi.
  1. Gain Antenna
Pancaran gelombang radio oleh antena makin jauh makin lemah, melemahnya pancaran itu berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya, jadi pada jarak dua kali lipat kekuatannya menjadi 1/22 atau seperempatnya. Angka tersebut masih belum memperhitungkan melemahnya pancaran karena hambatan lingkungan dalam perjalanannya. Kecuali sifat tersebut di atas, sifat lain dari antena adalah bahwa kekuatan pancaran ke berbagai arah cenderung tidak sama. Pancaran gelombang radio oleh antena vertikal mempunyai kekuatan yang sama ke segala arah mata angin, pancaran semacam ini dinamakan omnidirectional. Pada antena dipole, pancaran ke arah tegak lurus bentangannya besar sedang
pancaran ke samping kecil, pancaran semacam ini disebut bi-directional. Dalam teknik radio kekuatan pancaran ke segala arah digambarkan sebagai pola pancaran (radiation pattern) seperti terlihat pada gambar berikut ini.








Pola 1 adalah pola pancaran antena dipole (antena 1), apabila ada antena lain (antena 2) yang mempunyai pola radiasi seperti pada pola 2, maka titik A akan menerima signal lebih kuat daripada pancaran antena 1, dikatakan bahwa antena 2 mempunyai GAIN. Gain dinyatakan dengan dB, sebagai pembanding untuk menentukan besarnya gain adalah dipole.
  1. Cara Matching Antenna Dipole
Cara matching antena yang baik ialah dengan menggunakan alat khusus ialah DIP METER dan IMPEDANCE METER atau dapat juga menggunakan SWR ANALYZER. Apabila alat tersebut tidak tersedia, matching dilakukan dengan menggunakan transceiver dan SWR meter. Pertama-tama pasanglah antena dengan konfigurasi yang dikehendaki. Pasanglah SWR meter diantara transceiver dengan transmission line (coaxial cable). Selanjutnya atur transceiver pada power yang paling rendah, sekitar 5-10 Watt dengan mode AM atau CW. Tentukan frekuensi kerja yang dikehendaki, misalnya 3.850 MHz. Coba transmit sambil mengamati SWR meter, putarlah tombol pengatur frekuensi sedemikian sehingga didapatkan Standing Wave Ratio (SWR) yang paling rendah. Bila frekuensi tersebut lebih rendah dari 3.850 MHz berarti sayap-sayap dipole terlalu panjang, jadi harus diperpendek. Bila frekuensi terlalu tinggi berarti sayap-sayap dipole-nya terlalu pendek. Untuk memperpanjang haruslah disambung, ini kurang menyenangkan. Jadi pemotongan awal antena harus dilebihi dari panjang theoritis, dan pada waktu dipasang dilipat balik sehingga panjangnya sama dengan panjang theoritis. Bila frekuensi match terlalu rendah, perpendek antena 10 CM setiap sayapnya. Bila masih terlalu rendah diperpendek lagi. Begitu seterusnya sehingga diperoleh SWR yang rendah ialah kurang dari 1:1.5. Cara memendekkan tidak dengan dipotong tetapi dilipat balik dan menumpuk rapat, lipatan yang mencuat akan membentuk capasitance head dan mempengaruhi SWR



Melipat Ujung Antenna

Antena dipole dapat dioperasikan secara harmonic, ialah dipekerjakan pada frekuensi kelipatan ganjil dari frekuensi kerja aslinya. Misalnya antena untuk 7 MHz dapat pula digunakan untuk bekerja pada 21 MHz (kelipatan 3). Tentu saja SWR-nya akan lebih tinggi daripada bila digunakan pada frekuensi aslinya. Penempatan antena disarankan agak jauh dari kawat telepon dan kawat listrik untuk menghindari timbulnya telephone interference dan television interference. Bentangan antena yang sejajar dengan kawat telepon atau kawat listrik dengan jarak kurang dari lima meter akan dapat menimbulkan gangguan pada pesawat telepon, televisi dan perangkat audio lainnya. Makin rendah letak antena, sayap-sayapnya cenderung makin pendek. Untuk itu dalam pekerjaan matching, antena diletakkan pada ketinggian yang sebenarnya. Begitu pula diameter kawat akan berpengaruh terhadap panjangnya, makin besar diameter makin pendek antenanya, hal ini disebabkan karena kapasitansi antena terhadap bumi. Matching antena pada saat tanah basah, misalnya sehabis turun hujan, sayap dipole menjadi lebih pendek. Kecuali itu dalam pemasangan antena perlu memperhatikan lingkungan yang mungkin mengganggu antena itu sendiri. Misalnya adanya atap dari bahan seng atau atap rumah yang dilapisi dengan aluminium foil cenderung akan menyulitkan matching antena.
    1. TRAP DIPOLE DAN TRAP MONOPOLE
Untuk stasiun radio yang space antena-nya terbatas dapat diatasi dengan membelokkan ujung antena disesuaikan ruangan yang tersedia. Cara lain adalah dengan menggunakan antena trap dipole, antena dengan satu trap dapat bekerja pada 3 band. Berikut ini diberikan contoh pembuatan antena dengan satu trap yang mampu bekerja pada band 80 meter, 40 dan 15 meter dengan kepanjangan total sekitar 21-23 meter.



Trap Dipole


Panjang sayap bagian dalam a sekitar 10 meter dan panjang sayap bagian ujung b sekitar 1.5 sampai 2 meter. Panjang bagian-bagian tersebut sangat tergantung pada lingkungan, sehingga harus dicoba-coba, sedang ukuran trap adalah 80 µH.
Setelah antena dipasang penuh, matching pertama dilakukan pada band 40 meter, segmen sayap a diatur panjangnya sehingga match pada frekuensi yang dikehendaki, misalnya pada 7.050 MHz.
Bila antena sudah match pada ferkuensi tersebut, pekerjaan dilanjutkan pada band 80 meter. Dengan mengatur sayap-sayap bagian ujung (segmen b) antena diusahakan match pada frekuensi yang dikehendaki, misalnya pada frekuensi 3.850MHz. Setelah itu, kembali check lagi pada band 40 meter, bila keadaan tetap seperti semula maka pekerjaan matching selesai. Pengaturan panjang segmen sayap bagian ujung (bagian a) dilakukan sedikit-sedikit karena bagian ini lebih peka daripada segmen bagian a.
Untuk band 15 meter tidak perlu dilakukan matching karena band 15 meter menggunakan harmonik.
dapat ditempuh jalan dengan memasang satu sayap saja dari antena trap dipole. Antena disambungkan pada inner dari ciaxial cable, sedangkan outer dari coaxial cable di-ground. Antena ini dinamakan monopole, istilah lengkapnya multiband trap monopole.

    1. Rotary Dipole
Antena dipole dapat pula dibuat dari pipa aluminium, antena semacam ini bisa diputarputar sehingga dinamakan rotary dipole. Untuk band-band 10 meter sampai dengan 40 meter, masih dapat dibuat dengan panjang ½ lambda penuh. Akan tetapi untuk band 80 meter akan sulit konstruksinya karena terlalu panjang sehingga ujung-ujungnya akan melengkung dan tidak kuat. Dengan menggunakan cara seperti pada trap dipole, maka rotary dipole dapat dibuat untuk band 80 meter.



Dengan mengubah-ubah jumlah gulungan pada trap dan mengubah-ubah letak trap, antena trap dipole dapat diatur panjangnya sesuai kebutuhan, dengan konsekuensi tidak dapat digunakan untuk 3 bander oleh rekan-rekan amatir radio. Untuk mengubah-ubah jumlah gulungan
    1. Multiband Vertical
Apabila ruangan yang tersedia begitu sempitnya sehingga untuk membentangkan antena trap monopole secara horizontal tidak cukup, maka antena trap monopole dapat dipasang dengan konfiguasinya vertikal. Tentu saja antena ini tidak dapat lagi dibuat dari kawat akan tetapi harus
dari pipa aluminium seperti halnya dengan rotary dipole.
Antena vertikal semacam ini agar bisa bekerja dengan baik diperlukan sejumlah ground plane yang dipasang pada pangkal antena dan dihubungkan dengan outer dari coaxial cable. Ground plane dibuat untuk masing-masing band, dihubungkan dengan outer coaxial cable dan
dipasang horizontal. Ground plane dibuat juga dengan trap, akan tetapi lilitan trap dibuat lebih banyak sedemikian sehingga ground plane bisa pendek.





d.      Balun
Balun adalah alat yang digunakan untuk menyesuaikan impedansi antara antena dengan coaxial cable ia digunakan juga untuk menghubungkan antara feeder line yang unbalance misalnya coaxial cable dengan antena yang balance misalnya antena dipole. Balun dapat dipandang sebagai suatu transformator untuk link kopling antara feeder line dengan antena. Ia terdiri atas gulungan kawat diatas ferrite ( batangan atau toroidal) atau dapat juga inti udara. Balun dengan inti ferrite, harus diperhatikan pemilihan jenis ferritenya.




Di pasaran terdapat berbagai jenis toroid, jenis-jenis tersebut mempunyai sifat yang berbeda ialah response-nya terhadap frekuensi. Ada toroid untuk frekuensi audio dan toroid untuk flter AC (frekuensi rendah), ini tidak cocok untuk balun. Ferrite batangan digunakan untuk antena radio MW (frekuensi tinggi) bisa digunakan.
    1. Feeder Line
Feeder line atau transmission line adalah penghubung antara antena dan transceiver, ia berfungsi untuk meneruskan getaran listrik dari transceiver ke antena dan sebaliknya. Berbagai macam feeder line yang dapat digunakan oleh rekan-rekan amatir radio. Coaxial cable banyak dipakai oleh rekan-rekan karena mudah didapatkan di pasaran serta mudah handlingnya, misalnya coaxial cable nomor RG-8/U atau RG-58/U mempunyai impedansi 50 OHM.









Twin lead agak sulit ditemukan di pasaran, jenis ini terkenal dengan nama feeder TV, umumnya mempunyai impedansi 300 OHM. Sedangkan open wire feeder atau terkenal dengan julukan tangga monyet dapat dibuat sendiri, impedansinya dapat diatur sesuai kebutuhan, umumnya sampai 600 OHM. Characteristic impedance dari open wire feeder ( ?o) adalah fungsi dari diameter kawat (d) dan jarak antara kedua kawat (D), dapat diperhitungkan dengan rumus berikut.



    1. Antenna VHF Sederhana
Ditempat-tempat terpencil atau dalam keadaan darurat sering diperlukan daya improvisasi untuk membuat antena dari bahan-bahan yang terdapat disekeliling kita. Antena sederhana ini dapat dibuat dari bahan sembarang logam yang bisa didapatkan misalnya sepotong kawat jemuran atau sepotong pipa kecil bekas rak piring atau sebatang ruji sepeda. Untuk antena VHF 2 meteran, konfigurasi antena yang digunakan adalah vertikal, untuk memperoleh polarisasi vertikal.






Batang logam yang didapat tersebut dipotong sepanjang ¼ Lambda dan disambung dengan inner dari coaxial cable. Antena semacam ini sudah dapat digunakan dengan cukup bagus. Untuk lebih sempurna dapat ditambahkan ground plane yang dihubungkan dengan outer dari coaxial cable 3 atau 4 biji dipasang horizontal. Panjang masing-masing ground plane ¼ lambda, antena semacam ini disebut antena ground plane (periksa gambar 13 a). Kecuali antena ground plane, antena VHF sederhana yang lain adalah antena dipole yang dipasang vertikal. Pada antena ini harus diperhatikan tarikan coaxial cable ialah harus tegak lurus arah dipole atau coax jangan sampai sejajar dengan dipole.

  1. Aplikasi Antenna Dipole
Ditempat-tempat terpencil atau dalam keadaan darurat sering diperlukan daya improvisasi untuk membuat antena dari bahan-bahan yang terdapat disekeliling kita. Antena sederhana ini dapat dibuat dari bahan sembarang logam yang bisa didapatkan misalnya sepotong kawat jemuran atau sepotong pipa kecil bekas rak piring atau sebatang ruji sepeda. Untuk antena VHF 2 meteran, konfigurasi antena yang digunakan adalah vertikal, untuk memperoleh polarisasi vertikal.
Batang logam yang didapat tersebut dipotong sepanjang 1⁄4 Lambda dan disambung dengan inner dari coaxial cable. Antena semacam ini sudah dapat digunakan dengan cukup bagus. Untuk lebih sempurna dapat ditambahkan ground plane yang dihubungkan dengan outer dari coaxial cable 3 atau 4 biji dipasang horizontal. Panjang masing-masing ground plane 1⁄4 lambda, antena semacam ini disebut antena ground plane. Kecuali antena ground plane, antena VHF sederhana yang lain adalah antena dipole yang dipasang vertikal. Pada antena ini harus diperhatikan tarikan coaxial cable ialah harus tegak lurus arah dipole atau coax jangan sampai sejajar dengan dipole.
·         Antena dipol digunakan dalam berbagai elektronik sehari-hari. Sebagai contoh, sebuah antena dipol digunakan pada televisi set untuk menerima siaran (yang ikonik ” telinga kelinci” ). Namun, pada 17 Februari 2009, ini akan menjadi usang.
·         Sebuah dipol dilipat adalah metode yang sangat efektif untuk menerima sinyal FM untuk radio juga.
·         Radio menara – seperti tiang radio Warsawa – juga dianggap antena dipol. Ini adalah efektif dalam penyiaran sinyal radio untuk bermil-mil.
·         Antena dipol juga banyak digunakan dalam militer, di mana mereka dibangun ke dalam peralatan seperti perangkat navigasi dan radio.

  1. Gambar  - Gambar Antenna Dipole






                                























                                                              



BAB III
PENUTUP
1)      KESIMPULAN




















2)      SARAN



DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar