Minggu, 12 Oktober 2014

DME

PRINSIP DASAR DME
DME adalah sebuah alat navigasi  untuk mengukur jarak dari base transponder dengan pesawat. Jarak yang di berikan adalah sudut miring antara pesawat dan transmiter dari DME ini dan bukan jarak sesungguhnya antara pesawat dan DME.
DME bekerja pada range frekuensi UHF 962 – 1213 Mhz. yang mana pancarannya tidak tergantung pada keaadaan cuaca dan pola pancarnya secara line of sight.
DME pada pesawat terdiri dari transmiter dan receiver UHF yang disebut dengan INTEROGATOR dan DME pada ground station disebut TRANSPONDER




TRANSPONDER
Transponder berfungsi sebagai pendeteksi sinyal pertanyaan dari interogerator. Sinyal yang diterima kemudian dikodekan dan diproses. Hal ini dapat dilakukan dikarenakan transponder mempunyai rangkaian encoding dan decoding. Sehingga transponder  hanya dapat dipicu oleh pasangan pulsa yang diterima yang mempunyai durasi dan jeda yang sama (match) dengan frekuensi signal interogerator. Selanjutnya di pancarkan kembali sebagai sinyal jawaban ke interogerator.
         Pengukuran jarak yang dilakukan dengan membandingkan lama pengiriman sinyal pertanyaan sampai menerima sinyal jawaban dilakukan sangat singkat. Kecepatan sinyal pancaran yang dihasilkan mendekati kecepatan cahaya ( 3.108  m/s ) , sehingga pesawat dianggap  diam sewaktu mengirim sinyal pertanyaan sampai menerima sinyal jawaban . Keakuratan jarak yang di hasilkan sekitar 0,2 % dari jarak yang sesungguhnya atau berkisar lebih kurang 120 meter .
Ada beberapa sinyal yang dipancarkan oleh transponder, yaitu;
1.Signal Identifikasi
   Signal ini dipancarkan dengan kode morse tiap 30 detik. Signal ini berfungsi untuk memberikan informasi lokasi Bandara kepada pesawat. Pada Bandara Polonia signal identifikasi yang dipancarkan yaitu MDN. merupakan audio tone sebesar 1350 Hz yang dipancarkan dalam bentuk kode morse. Jika DME colocated DVOR maka kode identifikasinya dikontrol dari DVOR, sedangkan jika berdiri sendiri atau yang colocated dengan DVOR itu rusak maka kode identifikasinya berasal dari DME itu sendiri. Perbandingan Waktu pancar kode ident antara DVOR dengan DME adalah 3 : 1.
2.Signal reply
     Signal ini dipancarkan oleh transponder apabila menerima signal interogator, dengan mode yang sama tetapi frekuensi berbeda, berdasarkan frekuensi kerja transponder DME tersebut. Selisih dari frekunsi interogasi dengan frekuensi replay sebesar 63 MHz. Lamanya waktu antara signal interogasi dengan signal reply (delay time) sebesar 50 µs.
3.Signal squitter
      Pulsa ini dipancarkan setiap saat. Pulsa ini merupakan pulsa membawa dari pulsa reply dan akan tetap dipancarkan secara random walaupun transpoder tidak menerima pulsa interrogator. Apabila  transponder tidak menerima pulsa interrogator dan tidak sedang memancar pulsa Ident, pulsa squiter akan terpancar tanpa membawa muatan ( ident maupun reply ). Pulsa ini diambil kembali kemudian diberikan ke AGC ( Automtic Gain Control ) yang berfungsi untuk mengatur power generator pulsa squitter.

INTEROGERATOR
Interogerator merupakan sebuah pemancar radar yang mengirimkan pasangan pulsa dan memicu sebuah transponder. Sistem ini biasanya dikombinasikan dalam satu unit dengan alat penjawab, yang menerima sinyal balasan dari transponder dan menghasilkan output yang sesuai. Hal ini disebut juga dengan interrogator-transmiter.



BLOCK DIAGRAM DME

Prinsip kerja DME adalah pesawat memberikan pertanyaan berupa kode yang terdapat pada interogator pesawat yang akan dikirimkan pada transponder. Pertanyaan dari interogator pada pesawat tersebut kemudian mentriger (memicu) transponder untuk mengirimkan pulsa jawaban pada pesawat dengan frekuensi yang berbeda. Pesawat mengetahui jarak dari transponder berdasarkan perbedaan waktu antara sinyal yang dikirim oleh pesawat dengan sinyal yang diterima dipesawat dan kemudian di nyatakan dalam nautical miles.
BAB II
TYPE DME
TYPE DME ADA 3 :
          1.DME/N (Narrow)
          2.DME/P (Precision)
          3.DME/W (Wide)
1.DME/N
Berfungsi  memberikan layanan operasional yang di butuhkan untuk enroute.
a.Akurasi Transponder
Pada pengukuran jarak dari 0 (nol) sampai 370 km (200 NM) dari transponder, toleransi keakuratan tidak boleh lebih besar dari 460 m (0.25 NM) ditambah 1.25 % dari jarak pengukuran.
b. Frekuensi Pengulangan Pulsa Interogerator
Frekuensi pengulangan pulsa pada interogerator (Pulse Repetition Frequency) rata-rata tidak akan melebihi 30 pasang pulsa/sekon. Frekuensi pengulangan ini dapat dimaksimalkan hingga 150 pasang pulsa/sekon. Namun bila setelah 150 pasang pulsa/sekon telah dipancarkan, interogerator tetap tidak memperoleh indikasi pengukuran, frekuensi pengulangan akan menjadi  60 pasang pulsa/sekon sampai pencarian berhasil. Namun bila setelah 30 detik masa pencarian tidak juga berhasil, maka frekuensi pengulangan tidak akan memancarkan lebih dari 30 pasang pulsa/sekon.


2.DME/P
Adalah dasar pengukuran jarak secara tepat  pada MLS.DME type ini mempunyai 2 type mode:
a.     final approach (FA) mode
merupakan kondisi cara kerja DME/P yang mendukung operasi penerbangan pada final approach dan wilayah runway.
b.    Initial approach (IA) mode
Kondisi dimana DME/P dapat mendukung operasi penerbangan yang mana berhubungan dengan DME/N.

3.DME/W
Mempunyai fungsi yang sama seperti DME/N.namun ,DME/N dan DME /W mempunyai perbedaan dalam karakteristik, dalam hal bentuk spektrum pola pancar. Dimana pola pancar DME/W lebih lebar dibanding DME/N.

MODE DME
DME mempunyai 4 mode, yaitu mode W, mode X, mode Y, dan mode Z. Mode adalah sebuah metode pengkodean transmisi DME dengan jeda waktu antar pasangan pulsa sehingga tiap-tiap frekuensi dapat digunakan lebih dari sekali.Mode W sama dengan mode X dan mode Y sama dengan mode Z. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam  pengaplikasiannya hanya terdapat 2 mode. Di indonesia yang dipakai adalah mode x, seperti halnya pada bandara polonia medan.

1.Mode X
·       Pasangan pulsa terpisah 12 micro second
·       Lebar pulsa adalah 3,5 micro second.
     2.Mode Y
·       Pasangan pulsa terpisah sejauh 36 micro second untuk interogasi dan 30 micro second untuk transponder.
·       Lebar  pulsa adalah 3,5 micro second.













BAB III
PENEMPATAN DME
Penempatan DME dapat digabungkan pemasangannya dengan ILS, MLS, dan VOR untuk suatu tujuan tertentu. Ketika pesawat memilih frekuensi VOR atau ILS suatu bandara, maka pesawat tersebut secara otomatis juga akan mendapatkan frekuensi dari DME.
a.     DME yang colocated dengan VOR disebut DME high power sebab power outputnya sebesar 1000 watt.
b.    DME yang colocated dengan Glide Slope ILS disebut DME low power sebab power outputnya sebesar 100 watt.
STANDAR TEKNIS PENEMPATAN
a. Antena DME dapat ditempatkan pada tiang antena sinyal reference VOR ataupun tower antenna Glide Path ILS (Gambar a dan Gambar b).
b. Penempatan peralatan DME menjadi satu ruangan dengan VOR atau Glide Path ILS.
c. Bilamana penempatan antena DME dibuat tiang tersendiri, dgn ketentuannya:
1)  DME untuk VOR ditempatkan pada tepi counterpoise peralatan VOR,(Gambar a).
2) Tiang DME untuk ILS ditempatkan pada lokasi di samping luar antena Glide Path dengan jarak sekitar 5m  dan berada satu garis yang tegak lurus dengan centerline runway. (Gambar b)

Kondisi lahan dan lingkungan yang telah memenuhi persyaratan untuk penempatan VOR atau Glide Path ILS, dapat  telah memenuhi persyaratan untuk peralatan DME.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar