TRANSMISSION LINE

Diploma III Teknik
Telekomunikasi dan Navigasi Udara Angkatan IV
DENNIS APRIYANTO A.
071/D.III/TNU.IV/11
MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
Sgala puji syukur hanya
kepada ALLAH, karena berkah, rahmat serta karunia-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan Makalah ini dengan judul “TRANSMISSION
LINE”.Penulisan
Makalah ini adalah salah satu bentuk penilaian yang dilakukan oleh dosen mata
kuliah TRANSMISSION LINE dalam salah satu tugas wajib.
Sehubungan dengan
terselesaikannya penulisan Makalah ini, maka
penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setingi-tinginya
kepada yang terhormat :
1. Orang
tua serta keluarga tercinta yang telah ikhlas dan terus menerus mendoakan, dan
tak pernah bosan memberikan motivasi.
2. Bapak
Fisondah Gigih, M.M selaku dosen mata kuliah TRANSMISIION
LINE
3. Bapak
Bayu Dewangga, S.sit selaku dosen mata kuliah Transmission Line
4. Teman–teman
DIII Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara Angkatan IV Akademi Teknik dan
Keselamatan Penerbangan Makassar, yg
telah banyak membantu &
memberikan dukungan dalam penulisan laporan ini.
5. Segenap
dosen Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara yang telah membimbing dan
memberi dukungan.
Penulis
telah berusaha semaksimal mungkin, namun sebagaimana kata pepatah tiada gading
yang tak retak, oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari pihak mana saja guna penyempurnaan penulisan ini.
Harapan
penulis, kiranya Makalah ini dapat menjadi suatu bacaan yang bermanfaat dan
diterapkan pada bidang-bidang lain.
Makassar, 1 JULI 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam sejarah komunikasi,
perkembangan teknik informasi tanpa menggunakan kabel ditetapkan dengan nama “Antena”. Antena berasal dari bahasa latin ”Antena” yang berarti “tiang kapal layar”.
Dalam pengertian sederhana kata latin ini berarti juga ”penyentuh atau peraba”
sehingga kalau dihubungkan dengan teknik komunikasi berarti bahwa antena
mempunyai tugas menyelusuri jejak gelombang elektromagnetik, hal ini jika antena berfungsi sebagai penerima. Sedangkan jika sebagai pemancar maka tugas
antena tersebut adalah menghasilkan sinyal gelombang elektromagnetik. Sinyal gelombang radiasi elektromagnetik yang berasal dari antena terdiri dari dua komponen yaitu medan listrik dan medan magnetik. antena pemancar dibagi menjadi dua klasifikasi dasar yaitu: Antena Hertz
(half-wave) dan Antena Marconi (quarter-wave). Antena hertz biasanya dipasang sepanjang dengan ground dan
diposisikan untuk memancarkan gelombang vertikal ataupun horisontal. Antena marconi dioperasikan dengan sebuah akhir yang ditanahkan dan
disambung secara tegak lurus menuju tanah atau permukaan yang berfungsi sebagai
ground.
Sifat antena yang ideal antara lain:
1. Menerima secara efisien sinyal-sinyal yang diinginkan tanpa memindah band.
2. Secara normal mempunyai sifat omnidirectional, baik untuk gelombang
panjang maupun pendek. Antena directional dibutuhkan untuk gelombang
VHF/UHF maupun gelombang mikro.
3. Mempunyai perubahan resistensi dan reaktansi yang kecil terhadap perubahan
frekuensi sinyal.
4. Efek pemudaran (fading) seminimal mungkin, baik untuk gelombang
panjang, medium maupun gelombang pendek.
5. Efek interferensi dari instalasi listrik dalam rumah sekecil mungkin.
6. Harus tahan karat atau kerusakan terhadap cuaca dan juga mudah
pemasangannya
7. Antena harus murah dan baik dipandang.
Antena dipole yang paling umum adalah
jenis antenna yang digunakan untuk menangkap sinyal VHF televisi , sering disebut bahasa sehari-hari nya sebagai “telinga kelinci” atau “antenna telinga kelinci.”Sementara di sebagian
besar aplikasi elemen dipole diatur sepanjang baris yang sama, telinga kelinci
yang dapat disesuaikan panjang dan sudutnya, dipole lebih besar kadang-kadang
digantung di bentuk V dengan pusat dekat peralatan radio di tanah atau berakhir
di tanah dengan pusat yang didukung.. Beberapa elemen ekstra untuk mendapatkan
penerimaan yang lebih baik seperti loop (terutama untuk transmisi VHF), yang
dapat turnable sekitar sumbu vertikal, atau dial, yang memodifikasi sifat
listrik antena pada setiap posisi dial.
Ditempat-tempat terpencil atau dalam keadaan darurat sering diperlukan daya
improvisasi untuk membuat antena dari bahan-bahan yang terdapat disekeliling
kita. Antena sederhana ini (dipole) dapat dibuat dari bahan sembarang logam
yang bisa didapatkan misalnya sepotong kawat jemuran atau sepotong pipa kecil
bekas rak piring atau sebatang ruji sepeda. Untuk antena VHF 2 meteran,
konfigurasi antena yang digunakan adalah vertikal, untuk memperoleh polarisasi
vertikal.
Keadaan seperti inilah yang sangat dibutuhkan di tempat-tempat terpencil
seperti itu untuk membuat keadaan gelombang elektromagnetik di alam dapat
ditangkap lebih sempurna. Antena Dipole ditemukan oleh fisikawan Jerman Heinrich Hertz sekitar 1886 dalam percobaan perintis dengan gelombang
radio.
- Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang
diatas, penulis mencoba mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul sebagai
berikut :
1. Perlunya pengamatan secara teori
tentang Antenna Dipole
2. Kurangnya pengetahuan yang
lebih spesifik tentang Antenna Dipole
C.
Rumusan Masalah
Guna memperkecil ruang
lingkup permasalahan yang ada maka perlu adanya review tentang Antenna
Dipole
D. Tujuan Penulisan
Agar Penulis dapat mengetahui bagaimana teori
tentang Antenna Dipole beserta penjelasannya
E. Manfaat Penulisan
a.
Penulisan ini berguna untuk menambah pengetahuan
teori tentang Antenna Dipole
b.
Dapat membantu teknisi dalam menanggulangi
masalah apabila terjadi sesuatu pada
Antenna jenis Dipole
BAB II
I S I
1. Pengertian dan Penjelasan
Sebuah antenna dipole adalah sebuah radio antenna yang dapat dibuat sangat sederhana dengan menggunakan kawat . Ini terdiri dari dua konduktor logam batang atau kawat, paralel
berorientasi dan collinearsatu
sama lain (sesuai dengan satu sama lain), dengan ruang kecil di antara mereka. Frekuensi radio tegangan diberikan ke antena di tengah, antara dua konduktor. Antenna ini
adalah antenna praktis sederhana dari sudut pandang teoretis. Mereka digunakan
sendiri sebagai antenna, terutama di daerah-daerah terpencil
,sering disebur “telinga kelinci” antena
televisi , dan sebagai unsur didorong dalam banyak jenis antena, seperti Yagi.
Antenna Dipole ditemukan oleh fisikawan Jerman Heinrich Hertz sekitar 1886 dalam percobaan perintis dengan gelombang
radio. Antena dipole bisa terdiri hanya satu kawat saja disebut
single wire dipole, bisa juga dengan dua kawat yang ujung-ujungnya dihubungkan
dinamakan two wire folded dipole, bisa juga terdiri atas 3 kawat yang
ujung-ujungnya disambung dinamakan three wire folded dipole. Antenna dipole adalah antenna yang terbuat dari satu elemen pemancar yang
dibagi menjadi dua bagian (dengan panjang tidak harus sama). Daya RF dicatukan
pada bagian tengah.

Apabila outer dari coax tidak
di-ground dan disambung dengan seutas logam sepanjang ¼ Lambda lagi, menjadi
antena dengan dua pole dan disebut dipole ½ Lambda (di artinya dua). Antena
dipole bisa terdiri hanya satu kawat saja disebut single wire dipole, bisa juga
dengan dua kawat yang ujung-ujungnya dihubungkan dinamakan two wire folded
dipole, bisa juga terdiri atas 3 kawat yang ujung-ujungnya disambung dinamakan
three wire folded dipole.
Antena lain yang juga mempunyai dua pole adalah antena
delta loop rhombic, quad dan cubical quad. Dalam tulisan ini hanya dibicarakan
single wire dipole.

- Jenis – jenis Antenna Dipole
- The Short Dipole


•
Panjangnya kurang dari l/2.
•
Impedansinya secara umum bersifat capacitive.
•
Hambatan pancaran (radiation resistance) sangat
kecil
•
SWR bandwidth cukup kecil, < 1% dari
frekuensi.
•
Directivity is ~1.8 dBi. Pola radiasi seperti
pada gambar disamping


•
Untuk
dipole yang lebih panjang dari l/5, antara
antenna dan coax nya dapat di matchingkan dengan menggunakan “loading
coils”
•
Untuk hasil terbaik, coil ditempatkan ditengah
tiap-tiap elemen antenna dipole
•
Loading coils dapat memberi losses tambahan
sekitar 1 dB bahkan lebih
•
Untuk dipole yang lebih panjang dari l/3, matching antara antenna dan coax nya dapat menggunakan linear loading
•
Untuk dipole yang sangat pendek (< l/5), dibutuhkan semacam matching network karena Re(Zin)< 2Ω
- The Half Wave (l/2) Dipole


•
Panjangnya sekitar l/2 (0.48 l untuk dipole kabel)
•
Impedansi sekitar is 40 - 80 ohm dan bersifat
resistif (tanpa sifat reactive) sehingga sangat baik untuk jika menggunakan
coax
•
Directivity ~ 2.1 dBi
•
SWR Bandwidth is ~ 5% of design frequency
- Long Dipole
- Dipole panjang adalah dipole yang panjangnya > l/2
- Self impedansinya bervariasi mulai 150 sampai 3000 Ω bahkan lebih. Sebuah dipole yang panjangnya odd multiple of l/2 akan beresonansi dengan Zin ~ 150 Ω
- Directivity dari sebuah dipole akan maximum pada panjang 1.28 l.
- Pola radiasinya menjadi semakin complex jika semakin panjang sebab side lobe semakin banyak
- Antenna Double Zepp


•
Dipole yang panjangnya sekitar 1l
•
Self impedansinya ~ 3000 ohm
•
Antenna dapat di matched dengan coax menggunakan
450 ohm series matching
•
Directivity ~ 3.8 dBi
•
SWR Bandwidth ~ 5% of design frequency
- The Extended Double Zepp


•
Panjangnya sekitar 1.28l
•
Self impedance sekitar 150 -800 ohm
•
Antenna dapat di matched dengan 50 ohm coax
mengggunakan series matching
•
Directivity ~ 5.0 dBi. (ini adalah directivity
maksimum pada antenna yang dicatu pada bagian tengah)
- The 3l/2 Dipole


•
Panjangnya sekitar 1.48l
•
Self impedance
~ 110 ohms
•
Antenna dapat di matched dengan 50 ohm coax
manggunakan mtching 75 ohm ¼ gelombang
•
Directivity ~ 3.3 dBi.
- Antenna Folded Dipole
Sebuah
antena folded dipole adalah sebuah dipole dengan pencatuan ditengah (center fed
half dipole) dengan didampingi ½ dipole lain yang dipasang dekat dengan dipole
utama dan dihubungkan diujungnya.
Jarak antara
kedua dipole tersebut adalah 1/64 lambda dari frequency kerjanya dan panjang
secara keseluruhan adalah ½ lambda seperti gambar 1 dibawah ini.

Perhitungan lambda dapat dicari
dari rumus Lambda(meter)=300/Frequency(MHz) (1) Misalkan frekuensi kerjanya 14
MHz maka Lambdanya adalah 21 meter dan ½ lambdanya menjadi 10.5 meter. Secara
kelistrikan maka sebuah antena dipole dapat diexpresikan sebagai sebuah
rangkaian resonansi seri yang terdiri dari sebuah komponen resistive dan dua
buah komponen reaktive. Pada frekwensi resonansinya impedansinya akan merupakan
kombinasi 2
diatas menjadi resistive karena pada
saat resonansi komponen reaktivenya menjadisama dan saling menghilangkan dan
tahanan resultantenya menjadi 73.16 Ohms seperti dipole biasa.Umumnya
dikarenakan dimensi fisik dari antena yang berbeda beda maka sebuah antena
dipole ½ Lambda tidak melebihi atau berkisar antara 68 Ohms tergantung pada
rasio panjang dan diameter dari kawat/bahan yang dipakai. Sebuah antena Folded
Dipole secara kelistrikan berbeda dengan dipole biasa dimana selain rangkaian
resonan serinya dia juga mempunyai rangkaian resonan paralel. Dengan menjadikan
satu dikedua ujungnya akan menimbulkan efek rangkaian resonansi paralel
tersebut.Bila kedua ujungnya dijadikan satu akan menjadikan tegangan RF dikedua
ujungnya sama nilainya sehingga distribusi tegangan dan arus RF di kedua
element tersebut akan sama dengan dipole biasa.Bilamana kedua bahan antena folded
dipole tersebut sama diameternya maka tahanan input di titik catunya menjadi 4
kali dari dipole tunggal biasa. Secara teoritis
4 X73.16 = 293 Ohm. Ini menjadikan alasan untuk menggunakan kabel
transmisi twin lead, dimana untuk daya pancar besar menggunakan kawat paralel
dengan ukuran tertentu akan tetapi bila daya pancar kecil dapat menggunakan
kabel transmisi penerima TV. Kenaikan tahanan di titik catu terjadi akibat dari
adanya pembagian yang sama dari arus RF dikedua element paralel tersebut. Adanya
pembagian arus RF di titik catu sama dengan hanya ½ arus RF di titik catu
seperti yang terjadi pada antena dipole biasa. Jadi dengan daya yang sama kuat
diukur di titik catu, baik daya pancar maupun daya
terima, arus RFnya hanya akan setengahnya sehingga tahanan di titik catu
tersebut naik 4 kali. Ini dapat dijelaskan dari rumus dibawah ini :
R = P/I2 ohms (2)
~ 75 Ohms Bila mempunyai arus RF (I) setengahnya dan daya (P) dibuat
tetap, bilamana setengah arus RF tersebut sinyal persegi (untuk mudahnya), harga
akhirnya hanya ¼ dari harga bila bukan sinyal persegi.
R = P/[I/2]2
=
P/[I2/4]= 4P/I2
=
300 ohms (3
- Manfaat dipole pada beberapa bands
·
Memungkinkan
dalam menggunakan pencatuan pada bagian tengah antenna pada frekuensi yang
- Pencatuan dapat menghasilkan low-loss transmission line (ladder line)
- Dapat menggunakan impedance matching pada transceiver
· Batas frekuensi terrendah dapat di set sesuai dengan
kemampuan matching network nya. Biasanya dipole dapat digunakan pada 1/2 dari
frekuensi resonansinya.
·
Pola
radiasi menjadi semakin kompleks ketika frekuensinya semakin tinggi.
Kebanyakan, radiasinya
adalah pada dua area dibagian tengah tiap antenna
·
Tidak ada
panjang khusus/tertentu selama antenna tidak beresonansi
- Polarisasi Antenna Dipole
Gelombang elektromagnet yang
melaju di udara atau di angkasa luar terdiri atas komponen gaya listrik dan
komponen gaya magnet yang tegak lurus satu sama lain. Gelombang radio yang
memancar dikatakan terpolarisasi sesuai arah komponen gaya listriknya. Untuk
antena dipole maka polarisasinya searah dengan panjang bentangannya, bila
antena tersebut dipasang horizontal, maka polarisasinya horizontal pula. Agar dapat menerima gelombang radio secara
baik, maka antena harus mempunyai polarisasi yang sama dengan polarisasi gelombang
radio yang datang. Arah polarisasi ini akan tetap sepanjang lintasan gelombang
radio kecuali bila gelombang tersebut sudah dipantulkan oleh ionosphere, maka
polarisasinya bisa berubah. Untuk itu, maka antena untuk keperluan komunikasi
jarak jauh pada HF atau MF dapat dibuat vertikal atau horizontal. Pada band MF dan HF, biasanya kita gunakan
polarisasi horizontal sedangkan untuk VHF (pada radio 2 meteran) biasa
digunakan polarisasi vertikal. Kita tahu bahwa pancaran VHF tidak menggunakan
pantulan ionosphere sehingga polarisasinya sampai ke antena pesawat lawan
bicara masih tetap vertikal. Sedangkan pesawat 2 meteran banyak dipasang pada
mobil dan antena mobil hanya bisa vertikal saja.

•
Pada HF
bands, dipole hampir selalu ber polarisasi horizontal. Hal ini memungkinkan
untuk mendapatkan sudut pancaran yang rendah dengan vertical dipole
(electrically) dekat dengan permukaan tanah
•
Reflection
losses juga lebih besar pada vertically polarized RF
•
Ketinggian
dari tiang/menara antenna vertical dipole dapat juga menjadi masalah
- Pola Radiasi Antenna Dipole
Salah satu karakteristik antenna dipole tunggal
yang akan dibahas disini adalah pola radiasi antenna. Pola
radiasi antena terjadi karena adanya gelombang
elektromagnetik yang dipancarkan lewat udara
bebas dalam suatu bentuk radiasi (pancaran) tertentu
dalam medan radiasi, yaitu medan jauh (Farfield/Fraunhofer) [2,3,4,7,11,15].
Pola radiasi antenna bisa berubah-ubah berdasarkan nilai
parameter yang ditentukan sebagai variabel, misalnya faktor
pengali panjang gelombang. Dipole memiliki omnidirectional pola radiasi,
berbentuk seperti toroida (doughnut) simetris terhadap sumbu dipole. Radiasi maksimum pada sudut
kanan dipole, jatuh ke nol pada sumbu antena. Keuntungan maksimum teoritis dari
sebuah dipole Hertzian adalah 10 log 1,5 atau 1,76 dBi. Keuntungan teoritis
maksimum λ/2-dipole adalah 10 log 1,64 atau 2,15 dBi.
- Gain Antenna
Pancaran
gelombang radio oleh antena makin jauh makin lemah, melemahnya pancaran itu
berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya, jadi pada jarak dua kali lipat
kekuatannya menjadi 1/22 atau seperempatnya. Angka tersebut masih belum
memperhitungkan melemahnya pancaran karena hambatan lingkungan dalam
perjalanannya. Kecuali sifat tersebut di atas, sifat lain dari antena adalah
bahwa kekuatan pancaran ke berbagai arah cenderung tidak sama. Pancaran
gelombang radio oleh antena vertikal mempunyai kekuatan yang sama ke segala
arah mata angin, pancaran semacam ini dinamakan omnidirectional. Pada antena
dipole, pancaran ke arah tegak lurus bentangannya besar sedang
pancaran ke samping kecil, pancaran
semacam ini disebut bi-directional. Dalam teknik radio kekuatan pancaran ke
segala arah digambarkan sebagai pola pancaran (radiation pattern) seperti
terlihat pada gambar berikut ini.

Pola 1 adalah pola pancaran antena
dipole (antena 1), apabila ada antena lain (antena 2) yang mempunyai pola
radiasi seperti pada pola 2, maka titik A akan menerima signal lebih kuat
daripada pancaran antena 1, dikatakan bahwa antena 2 mempunyai GAIN. Gain
dinyatakan dengan dB, sebagai pembanding untuk menentukan besarnya gain adalah
dipole.
- Cara Matching Antenna Dipole

Melipat Ujung Antenna
Antena
dipole dapat dioperasikan secara harmonic, ialah dipekerjakan pada frekuensi
kelipatan ganjil dari frekuensi kerja aslinya. Misalnya antena untuk 7 MHz
dapat pula digunakan untuk bekerja pada 21 MHz (kelipatan 3). Tentu saja
SWR-nya akan lebih tinggi daripada bila digunakan pada frekuensi aslinya. Penempatan
antena disarankan agak jauh dari kawat telepon dan kawat listrik untuk
menghindari timbulnya telephone interference dan television interference.
Bentangan antena yang sejajar dengan kawat telepon atau kawat listrik dengan
jarak kurang dari lima meter akan dapat menimbulkan gangguan pada pesawat telepon,
televisi dan perangkat audio lainnya. Makin rendah letak antena, sayap-sayapnya
cenderung makin pendek. Untuk itu dalam pekerjaan matching, antena diletakkan
pada ketinggian yang sebenarnya. Begitu pula diameter kawat akan berpengaruh
terhadap panjangnya, makin besar diameter makin pendek antenanya, hal ini
disebabkan karena kapasitansi antena terhadap bumi. Matching antena pada saat
tanah basah, misalnya sehabis turun hujan, sayap dipole menjadi lebih pendek.
Kecuali itu dalam pemasangan antena perlu memperhatikan lingkungan yang mungkin
mengganggu antena itu sendiri. Misalnya adanya atap dari bahan seng atau atap
rumah yang dilapisi dengan aluminium foil cenderung akan menyulitkan matching
antena.
- TRAP DIPOLE DAN TRAP MONOPOLE
Untuk stasiun radio yang space antena-nya terbatas
dapat diatasi dengan membelokkan ujung antena disesuaikan ruangan yang
tersedia. Cara lain adalah dengan menggunakan antena trap dipole, antena dengan
satu trap dapat bekerja pada 3 band. Berikut ini diberikan contoh pembuatan antena
dengan satu trap yang mampu bekerja pada band 80 meter, 40 dan 15 meter dengan
kepanjangan total sekitar 21-23 meter.

Trap Dipole
Panjang sayap bagian dalam a sekitar 10 meter dan
panjang sayap bagian ujung b sekitar 1.5 sampai 2 meter. Panjang bagian-bagian
tersebut sangat tergantung pada lingkungan, sehingga harus dicoba-coba, sedang
ukuran trap adalah 80 µH.
Setelah antena dipasang penuh, matching pertama
dilakukan pada band 40 meter, segmen sayap a diatur panjangnya sehingga match
pada frekuensi yang dikehendaki, misalnya pada 7.050 MHz.
Bila antena sudah match pada ferkuensi tersebut,
pekerjaan dilanjutkan pada band 80 meter. Dengan mengatur sayap-sayap bagian
ujung (segmen b) antena diusahakan match pada frekuensi yang dikehendaki,
misalnya pada frekuensi 3.850MHz. Setelah itu, kembali check lagi pada band 40
meter, bila keadaan tetap seperti semula maka pekerjaan matching selesai.
Pengaturan panjang segmen sayap bagian ujung (bagian a) dilakukan
sedikit-sedikit karena bagian ini lebih peka daripada segmen bagian a.
Untuk band 15 meter tidak perlu dilakukan matching
karena band 15 meter menggunakan harmonik.
dapat ditempuh jalan dengan memasang satu sayap saja
dari antena trap dipole. Antena disambungkan pada inner dari ciaxial cable,
sedangkan outer dari coaxial cable di-ground. Antena ini dinamakan monopole,
istilah lengkapnya multiband trap monopole.
- Rotary Dipole
Antena dipole dapat pula dibuat dari pipa aluminium,
antena semacam ini bisa diputarputar sehingga dinamakan rotary dipole. Untuk
band-band 10 meter sampai dengan 40 meter, masih dapat dibuat dengan panjang ½
lambda penuh. Akan tetapi untuk band 80 meter akan sulit konstruksinya karena
terlalu panjang sehingga ujung-ujungnya akan melengkung dan tidak kuat. Dengan
menggunakan cara seperti pada trap dipole, maka rotary dipole dapat dibuat
untuk band 80 meter.

Dengan mengubah-ubah jumlah gulungan pada trap dan
mengubah-ubah letak trap, antena trap dipole dapat diatur panjangnya sesuai
kebutuhan, dengan konsekuensi tidak dapat digunakan untuk 3 bander oleh
rekan-rekan amatir radio. Untuk mengubah-ubah jumlah gulungan
- Multiband Vertical
Apabila ruangan yang tersedia begitu sempitnya
sehingga untuk membentangkan antena trap monopole secara horizontal tidak
cukup, maka antena trap monopole dapat dipasang dengan konfiguasinya vertikal.
Tentu saja antena ini tidak dapat lagi dibuat dari kawat akan tetapi harus
dari pipa aluminium seperti halnya dengan rotary
dipole.
Antena vertikal semacam ini agar bisa bekerja
dengan baik diperlukan sejumlah ground plane yang dipasang pada pangkal antena
dan dihubungkan dengan outer dari coaxial cable. Ground plane dibuat untuk
masing-masing band, dihubungkan dengan outer coaxial cable dan
dipasang horizontal. Ground plane dibuat juga
dengan trap, akan tetapi lilitan trap dibuat lebih banyak sedemikian sehingga
ground plane bisa pendek.
d.
Balun
Balun adalah alat yang digunakan untuk menyesuaikan
impedansi antara antena dengan coaxial cable ia digunakan juga untuk
menghubungkan antara feeder line yang unbalance misalnya coaxial cable dengan
antena yang balance misalnya antena dipole. Balun dapat dipandang sebagai suatu
transformator untuk link kopling antara feeder line dengan antena. Ia terdiri
atas gulungan kawat diatas ferrite ( batangan atau toroidal) atau dapat juga
inti udara. Balun dengan inti ferrite, harus diperhatikan pemilihan jenis
ferritenya.

Di pasaran terdapat berbagai jenis toroid, jenis-jenis
tersebut mempunyai sifat yang berbeda ialah response-nya terhadap frekuensi.
Ada toroid untuk frekuensi audio dan toroid untuk flter AC (frekuensi rendah),
ini tidak cocok untuk balun. Ferrite batangan digunakan untuk antena radio MW
(frekuensi tinggi) bisa digunakan.
- Feeder Line
Feeder line atau transmission line adalah penghubung
antara antena dan transceiver, ia berfungsi untuk meneruskan getaran listrik
dari transceiver ke antena dan sebaliknya. Berbagai macam feeder line yang
dapat digunakan oleh rekan-rekan amatir radio. Coaxial cable banyak dipakai
oleh rekan-rekan karena mudah didapatkan di pasaran serta mudah handlingnya,
misalnya coaxial cable nomor RG-8/U atau RG-58/U mempunyai impedansi 50 OHM.

Twin lead agak sulit ditemukan di pasaran, jenis ini
terkenal dengan nama feeder TV, umumnya mempunyai impedansi 300 OHM. Sedangkan open
wire feeder atau terkenal dengan julukan tangga monyet dapat dibuat sendiri,
impedansinya dapat diatur sesuai kebutuhan, umumnya sampai 600 OHM.
Characteristic impedance dari open wire feeder ( ?o) adalah fungsi dari
diameter kawat (d) dan jarak antara kedua kawat (D), dapat diperhitungkan
dengan rumus berikut.

- Antenna VHF Sederhana
Ditempat-tempat terpencil atau dalam keadaan darurat
sering diperlukan daya improvisasi untuk membuat antena dari bahan-bahan yang
terdapat disekeliling kita. Antena sederhana ini dapat dibuat dari bahan
sembarang logam yang bisa didapatkan misalnya sepotong kawat jemuran atau
sepotong pipa kecil bekas rak piring atau sebatang ruji sepeda. Untuk antena
VHF 2 meteran, konfigurasi antena yang digunakan adalah vertikal, untuk
memperoleh polarisasi vertikal.

Batang logam yang didapat tersebut dipotong sepanjang
¼ Lambda dan disambung dengan inner dari coaxial cable. Antena semacam ini
sudah dapat digunakan dengan cukup bagus. Untuk lebih sempurna dapat
ditambahkan ground plane yang dihubungkan dengan outer dari coaxial cable 3
atau 4 biji dipasang horizontal. Panjang masing-masing ground plane ¼ lambda,
antena semacam ini disebut antena ground plane (periksa gambar 13 a). Kecuali
antena ground plane, antena VHF sederhana yang lain adalah antena dipole yang
dipasang vertikal. Pada antena ini harus diperhatikan tarikan coaxial cable
ialah harus tegak lurus arah dipole atau coax jangan sampai sejajar dengan
dipole.
- Aplikasi Antenna Dipole
Ditempat-tempat terpencil atau dalam keadaan darurat sering diperlukan daya
improvisasi untuk membuat antena dari bahan-bahan yang terdapat disekeliling
kita. Antena sederhana ini dapat dibuat dari bahan sembarang logam yang bisa
didapatkan misalnya sepotong kawat jemuran atau sepotong pipa kecil bekas rak
piring atau sebatang ruji sepeda. Untuk antena VHF 2 meteran, konfigurasi
antena yang digunakan adalah vertikal, untuk memperoleh polarisasi vertikal.
Batang logam yang didapat tersebut dipotong sepanjang 1⁄4 Lambda dan
disambung dengan inner dari coaxial cable. Antena semacam ini sudah dapat
digunakan dengan cukup bagus. Untuk lebih sempurna dapat ditambahkan ground
plane yang dihubungkan dengan outer dari coaxial cable 3 atau 4 biji dipasang
horizontal. Panjang masing-masing ground plane 1⁄4 lambda, antena semacam ini
disebut antena ground plane. Kecuali antena ground plane, antena VHF sederhana
yang lain adalah antena dipole yang dipasang vertikal. Pada antena ini harus
diperhatikan tarikan coaxial cable ialah harus tegak lurus arah dipole atau
coax jangan sampai sejajar dengan dipole.
·
Antena dipol digunakan dalam berbagai elektronik
sehari-hari. Sebagai contoh, sebuah antena dipol digunakan pada televisi set
untuk menerima siaran (yang ikonik ” telinga kelinci” ). Namun, pada 17
Februari 2009, ini akan menjadi usang.
·
Sebuah dipol dilipat adalah metode yang sangat
efektif untuk menerima sinyal FM untuk radio juga.
·
Radio menara – seperti tiang radio Warsawa –
juga dianggap antena dipol. Ini adalah efektif dalam penyiaran sinyal radio
untuk bermil-mil.
·
Antena dipol juga banyak digunakan dalam
militer, di mana mereka dibangun ke dalam peralatan seperti perangkat navigasi
dan radio.
- Gambar - Gambar Antenna Dipole




BAB III
PENUTUP
1)
KESIMPULAN
2)
SARAN
DAFTAR PUSTAKA